Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
Wacana Feminis

Kisah Tiga Perempuan

19/9/2014

 
Wara Aninditari Larascintya Habsari
(Relawan Divisi Pemantauan dan Advokasi Impunitas Kontras)
[email protected]
PictureDok. Pribadi
Dua minggu lalu tiga orang ibu berkumpul di satu ruang. Ketiganya berbicara bergantian. Mengungkapkan keresahan dan harapan mereka tentang keberlanjutan penyelesaian kasus kematian anak dan juga suami mereka. Seorang ibu yang anaknya mati tertembak di depan Semanggi berkata lirih tentang celah kecil di langit kebenaran. Celah itu adalah terpilihnya pasangan Joko Widodo dan M. Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI ke-7. Dalam senandung yang ia bisikkan terdengar secuil keputusasaan menggelayuti suara beratnya. “Kesehatan saya sepertinya sudah tidak memungkinkan lagi untuk setiap hari Kamis berdiri di depan Istana. Semoga dengan tumbuhnya kesadaran anak muda dan terpilihnya Jokowi sebagai Presiden, bisa memberi kado kecil untuk kami-kami yang sudah lama berjuang”, begitu kata beliau.

Keputusasaan itu ditangkap oleh seorang perempuan lainnya yang 16 tahun lalu kehilangan anaknya. Anak yang menjadi harapan keluarga itu mati dalam sebuah mal yang dikunci dari luar, lalu dibakar pasukan lelaki berambut cepak. Ia bukan satu-satunya perempuan yang kehilangan anak. Ia bukan satu-satunya orang tua yang terpaksa mengubur mimpi mereka menikmati masa tua yang indah di dalam sebuah rumah hangat dengan gaung tawa kanak-kanak, anak-anak dari anak mereka. Perempuan itu hanya datang seorang diri. Ia mengaku bahwa kebanyakan kondisi keluarga korban tragedi masa lalu itu tidak memungkinkan untuk ikut memperjuangkan keadilan dan pengungkapan kebenaran atas peristiwa yang merengut nyawa anak-anak mereka. Ibu yang sudah tua terpaksa menjajakan dagangan ke para tetangga. Bapak yang sudah renta terpaksa bekerja sepanjang hari guna memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

Tragedi tahun itu memupuskan harapan mereka akan kesejahteraan di hari tua. Namun rupanya si ibu yang satu ini punya pendapat yang berbeda. Baginya meski pedih dan harus berkali-kali menanggung luka karena pemerintah ingkar janji, segala apa yang ia lakukan bukan hanya untuk dirinya sendiri. Adalah tugasnya menyuarakan letih, sedih, semangat, dan harapan korban pelanggaran HAM berat masa lalu kepada khalayak. Kepada para pemuda-pemudi penerus bangsa. Perempuan itu tegas menasihati sang perempuan pertama. Bahwa tidak ada satu pun korban yang memilih atau meminta dirinya menjadi korban, tetapi berjuang mencari keadilan adalah sebuah pilihan bagi korban.

Seorang perempuan lainnya tertangkap basah menitikkan air mata dalam pertemuan itu. Ia terharu mendengar elegi yang dinyanyikan sang perempuan kedua. Perempuan itu bukan tanpa luka. Tidak. Ia terluka karena suaminya dibunuh. Ia terluka karena yang membunuh suaminya tidak hanya masih bebas berkeliaran, namun ia terluka karena pembunuh suaminya bahkan kini dipercaya menjadi pimpinan tim penasihat dari gugus depan perumus pemerintahan baru, Hendropriyono.

Perempuan terakhir menekan segala resah. Ia mencoba meniupkan ruh semangat yang masih tersisa di raganya. Ia mengutip kembali sebuah dongeng yang dikisahkan Romo baik hati:
Kita adalah lilin raksasa. Lilin itu kita bawa kemana-mana. Lilin itu kita pikul bersama. Lilin itu melukai raga juga jiwa kita. Kadang kala lilin itu meradang terang. Tak jarang lilin itu tertunduk redup terkena terpaan badai keputusasaan. Lilin itu dibawa berlari. Terus berlari mencari sebuah cawan suci tempat si api abadi bisa menari-nari. Sayangnya suatu hari tangan-tangan kita basah akan lelah. Sayangnya suatu hari kaki-kaki kita tersandung batu kecewa. Lilin raksasa itu tergelincir, lalu jatuh ke tanah. Terpantul keras di bawah sana. Serpihannya menyebar segala arah.
Tak disangka serpihan putih itu bukan melukai hati kita. Serpihan itu ditangkap tangan-tangan muda sebelum padam menyentuh tanah. Jadilah ia lilin-lilin kecil yang menyala kecil. Lilin-lilin kecil itulah, mereka. Mereka yang percaya bahwa keadilan dan pengungkapan kebenaran itu akan tiba. Lalu kita berlari bersama. Membawa lilin-lilin kecil menuju cawan suci tempat api abadi bisa menari-nari.



Comments are closed.

    Author

    Feminis muda 

    Jurnal Perempuan
    ​terindeks di: 
    Picture

    RSS Feed

    Archives

    September 2021
    July 2021
    June 2021
    January 2021
    May 2020
    March 2020
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    September 2018
    August 2018
    June 2018
    December 2017
    September 2017
    August 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    October 2016
    September 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024