Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Wacana Feminis

Kenapa Para Pria Membenci Twilight dan 50 Shades of Grey?

25/2/2015

 
Nadya Karima Melati
Mahasiswi Jurusan Ilmu Sejarah, FIB, UI
nadyazurakarima@gmail.com
Picture
9gag.com
Picture
9gag.com
Kita bisa memandang dari dua sisi yang berbeda untuk menyikapi batal tayangnya sinema Fifty Shades of Grey ke Indonesia atau yang biasa disingkat 50SOG. Satu, bersyukur karena 50SOG menampilkan tayangan yang para penulis dan penggemar sebut BDSM dan konten seksualitasnya memang cukup sulit untuk masyarakat kita yang masih menabukan seks. Kedua, sedih karena film ini cukup populer dan menjadi bagian dari globalisasi, kita sebal dengan sikap masyarakat yang menabukan seks dan memandang seksualitas dalam sinema tersebut sebagai bagian dari kebebasan berekspresi. Saya tidak akan banyak menyinggung tentang konten 50SOG di tulisan ini, saya hanya ingin berkomentar perihal ramainya jokes menyindir 50SOG di dunia maya berupa meme yang nyaris tidak bisa dihitung lagi melalui 9gag.com. Situs 9gag.com adalah situs jokes internasional yang berupa gambar atau meme. Jokes yang menyasar secara visual gambar dan tulisan, secara fungsi meme memang bersifat sebagai hiburan.

Uniknya, 50SOG sebagai fenomena ditentang oleh para laki-laki. Melalui meme-meme yang saya contohkan di pembuka tulisan ini, terlihat gender dan jenis kelamin pembuat meme. Fenomena meledek 50SOG oleh para laki-laki ini penah terjadi ketika Novel Twilight Saga karya Stephenie Meyer dibuat dalam versi layar lebar. Walau ketika kemunculan perdana Twilight tidak mendapat serangan berupa meme, para laki-laki menolak dengan tegas Twilight yang menurut mereka cerita dan tokohnya tidak masuk akal. Laki-laki tidak mengerti mengapa para perempuan menggandrungi cerita picisan tersebut dan kita perempuan tidak mau memahami mengapa para laki-laki membenci kedua film tersebut. Baik Christian Grey dan Edward Cullen tokoh utama laki-laki dalam kedua film tersebut dianggap membuat standar maskulin yang tidak realistis. Mana mungkin seorang pria bisa punya kekuatan berlari atau mengangkat barang seperti Superman dan menggunakan hal itu hanya untuk menolong wanita yang pada kedua sinema tersebut pasif, pendiam dan suka memberi kode-kodean. Grey seorang Milioner yang bertampang bak model pakaian dalam yang para pria menganggap tidak mungkin hal itu bisa dilakukan. Baik Grey dan Cullen mengunakan kekuatan uang ataupun fisik untuk membuat gadis pujaannya berada dalam genggamannya. Dan si gadis dibiarkan takluk dan menurut. Para pria tidak menyukai standarisasi seperti Grey ataupun Cullen, mereka tidak mau dipaksa untuk jadi serba bisa dan selalu tampan. Selain itu, jalan cerita kedua sinema tersebut punya tipe yang sama, a Cinderella stories, perempuan biasa saja yang mendapatkan pria kaya. Mereka, para pria lelah dituntut untuk menjadi super duper kaya dan bisa membeli perusahaan tempat si perempuan idaman bekerja, karena untuk mengurus dirinya saja mereka sudah pontang-panting.

Para laki-laki sudah menolak untuk mengikuti standar yang dibuat media untuk dianggap menjadi tampan dan maskulin. Bagaimana dengan kita perempuan? Ketika ada sinema yang membuat si tokoh utama pasif dan berpendidikan rendah dengan wajah dan tubuh supermodel apa kita menolak mereka seperti yang dilakukan para pria? Tidak, kita justru terjebak dan menyukai si tokoh, kita mendambakan untuk menjadi si tokoh utama yang cukup dengan modal wajah cantik, tubuh langsing dan pasif bisa mendapatkan pria kaya raya hidup bahagia selama-lamanya. Kita mau saja dihipnotis media untuk mengikuti standar cantik berkulit putih seperti yang ditampilkan model iklan losion di televisi ataupun majalah. Kita tidak marah dan menuntut balik pria melalui meme menolak penggambaran seksi yang harus seperti Megan Fox dalam film Transformers. Kita malah terobsesi dan mengikuti standar imposible tubuh dan wajah Megan Fox dengan diet yang ketat tanpa olahraga dan baca buku. Padahal jika kita mengamati film kesukaan laki-laki, Transformers atau Iron Man, sosok perempuan idaman mereka adalah yang tangkas, aktif, berani dan cerdas seperti Pepper dan Mikaela. Para laki-laki memang melihat maskulinitas sebagai kewajiban tetapi mereka menolak standar-standar mustahil yang dibuat. Sedangkan perempuan, masih dipilihkan untuk menentukan kewajiban cantik yang tidak pernah selesai. 

Comments are closed.

    Author

    Feminis muda 

    Jurnal Perempuan
    ​terindeks di: 
    Picture

    RSS Feed

    Archives

    September 2021
    July 2021
    June 2021
    January 2021
    May 2020
    March 2020
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    September 2018
    August 2018
    June 2018
    December 2017
    September 2017
    August 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    October 2016
    September 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa