Andi Misbahul Pratiwi (Mahasiswi Teknik Informatika Universitas Gunadarma dan Ketua Umum LISUMA) [email protected] Banyak dari kita mengenal kisah Mahabharata dari cerita nenek moyang sampai dengan serial televisi. Kisah tentang kelima pandawa yang tersohor di kerajaan hastinapura, tentang pecahnya perang Bharatayudha, tentang para kurawa yang selalu menyimpan dendam, dan tentang perempuan-perempuan tangguh yang berpengaruh dalam masyarakat patriarki. Semenjak epik terpanjang dari india ini difilmkan di televisi semua kalangan usia ikut meraba-raba alur kisahnya. Mahakarya ini sungguh menyajikan sebuah pesan kehidupan. Bagaimana sebuah kemenangan dan kekalahan tidak berarti apapun ketika dendam masih terpelihara mengalahkan nila-nilai kehidupan yang apik. Sebuah kisah yang diawali dengan ratapan kesedihan sang raja, Drestarastra, serta diakhiri dengan kedamaian luar biasa yang dicapai dari pertarungan harga diri, pergulatan emosi dan pematangan berpikir para pelakunya. Sang Arjuna pun menjadi idola kaum hawa. Dengan wajah yang rupawan dan mengambil peran seorang bijaksana, Arjuna pun menghipnotis dunia, saya sebagai seorang awam ikut terbawa menikmati alur kisah ini bersama sang Arjuna. Memanjakan mata saya mengikuti setiap episodenya dan belajar bahwa ternyata ada perempuan hebat di belakang, di samping dan di depan sang Arjuna. Seorang perempuan yang ruangnya terbatasi oleh kultur patriarki. Siapakah dia? Seperti apa rupanya? Sejauh mana pemikirannya? Perempuan itu bernama Drupadi, anak perempuan yang dipertaruhkan ayahnya, Abiyasa, karena rupanya yang elok. Pelelangan tubuh itupun dimenangkan oleh Arjuna. Tubuh Drupadi tidak mendapat eksistensinya pada saat itu, dia tidak dapat memilih untuk tidak dipertaruhkan, karena dia merasa ayahnya adalah penanggung jawab atas dirinya. Seperti teori tentang manusia yang dikemukakan oleh Sartre seorang filsuf eksistensialis bahwa filsafat eksistensialisme mengenai “Ada” terdiri dari 3 klasifikasi, yaitu, (1) Being in it self (tidak berkesadaran, objek), (2) Being for it self (sadar, subjek), (3) Being for others (sadar, hubungan antara subjek, hubungan sosial). Dari klasifikasi tersebut maka Sartre berusaha mendefinisikan eksistensi manusia, keberadaan manusia, kehadiran manusia sebagai suatu yang disebut “Ada”. Manusia adalah sebagai subjek, berarti manusia ada dalam kategori kedua (being for it self), kemudian bagaimana manusia itu bisa dikatakan sebagai subjek? Sarte mengatakan bahwa untuk menjadi subjek manusia harus bebas, harus memilih, harus bertanggung jawab. Manusia itu harus memiliki eksistensi yang berarti dapat menentukan hidupnya, bukan esensi yang hanya ditentukan pilihannya. Manusia adalah arsitek bagi hidup mereka sendiri. Bertolak dari teori Sarte mengenai eksistensialisme, maka jika Drupadi tidak dapat menolak untuk dipertaruhkan, ketika dia tidak dapat mengontrol kepemilikan tubuhnya, ketika dia tidak bisa mandiri dalam memilih dan bertanggung jawab, maka bisa dikatakan pada memoar itu Drupadi ditempatkan sebagai objek, sebagai benda, sebagai properti kepemilikan ayahnya, sebagai budak patriarki. Arjuna memenangkan Drupadi dalam sebuah arena pertarungan dan menjadikannya istri yang sah, kemudian membawa Drupadi ke istana Hastinapura. Arogansi relasi kuasa Arjuna untuk memenangkan Drupadi dan ketidakberdayaan gadis cantik pada saat itu membawa Drupadi menjadi seorang istri dari lima laki-laki anak raja yaitu Pandawa (Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa). Sebagai seorang perempuan yang bisa dikatakan poliandri, Drupadi harus melayani kebutuhan seksual suami-suaminya di kerajaan Hastinapura, dalam epik ini diceritakan bahwa setelah Drupadi melayani suaminya maka dia akan bersuci pada sebuah api kudus. Kita tahu bahwa cerita mengenai Mahabharata tentunya sangat erat kaitannya dengan perselisihan antara kurawa dan pandawa. Pada salah satu memoar wiracarita ini, kurawa menantang Yudhistira untuk bermain dadu, singkat cerita dengan latar belakang Yudhistira yang tidak terlalu mahir bermain dadu, kalahlah sang pangeran bijak ini dengan kurawa. Pada babak pertama harta benda sudah dipertaruhkan, pada babak kedua permainan dadu inipun Yudhistira kalah dan harus mempertaruhkan harga dirinya dan saudara-saudaranya, namun Yudhistira tetap melanjutkan permainan dan akhirnya dengan terpaksa mempertaruhkan Drupadi, untuk kedua kalinya Drupadi dijadikan bahan taruhan. Harta kekayaan Yudhistira pun sudah diserahkan kepada kurawa sehingga dia jatuh miskin, kemudian pada hari itu juga kurawa menyeret Drupadi ke istana Kuru dan memberitahukan bahwa ia telah dimenangkan oleh para kurawa dalam permainan dadu melawan Yudhistira (suaminya). Pada kegetiran perasaan Drupadi itu, Bisma berkata kepada kurawa bahwa, orang yang tidak memiliki kekayaan tidak bisa mempertaruhkan milik orang lain, tapi di sisi lain, Bisma menyimpulkan seorang istri harus selalu berada dibawah perintah dan kebijaksanaan suami. Namun bagaimana mungkin seorang suami mempertaruhkan istrinya kepada para penjahat, sungguh situasi ini menjelaskan betapa besar tembok patriarki. Bahkan kurawa mengatakan bahwa Drupadi adalah seorang perempuan yang bersuami lima, maka dia pantas untuk ditelanjangi di hadapan majelis kuru. Dengan rambut yang acak-acakan dan pakaian yang hampir lepas karena diseret oleh Dursasana, Drupadi termakan amarah. Tidak gentar Drupadi menjawab dengan berani bahwa raja Yudhistira telah diundang untuk bermain dadu dalam perjamuan ini, meskipun mereka tahu bahwa Yudhistira tidak punya keterampilan bermain dadu, dan Yudhistira telah dijebak untuk melawan penjudi jahat. “Bagaimana bisa kemudian dikatakan Yudhistira telah mempertaruhkan sesuatu dengan sukarela”, dengan tegas Drupadi melontarkan pertanyaan itu didepan majelis istana Kuru. Drupadi menegaskan bahwa ia adalah menantu Kurawa, ia adalah istri yang sah raja Yudhistira dan tindakan mereka hanya membuat Kurawa itu kehilangan harga diri. Kembali Drupadi menegaskan, ia masih ingin mendapatkan jawaban atas pertanyaannya: apakah Drupadi dianggap dimenangkan atau tidak? Tidak ada satupun majelis kuru yang menjawab pertanyaan Drupadi. Singkat cerita majelis Kuru melepaskan Drupadi dari perbudakannya akibat pertaruhan. Sepenggal kisah yang saya deskripsikan diatas, dapat kita ketahui bahwa dalam sebuah epik Mahabharata ada sosok perempuan tangguh yang mempertahankan harga dirinya, yang saya sangat kagumi adalah keberaniannya untuk membela dirinya bahkan suaminya yang telah mempertaruhkan dirinya, tanpa menyulut api peperangan. Dengan demikian Drupadi telah menunjukkan eksistensinya sebagai seorang manusia, seorang perempuan yang berhak dan bertanggung jawab atas tubuh dan pilihannya. Kekuatan dan keberanian Drupadi menguatkan statusnya sebagai tokoh perempuan mandiri yang layak dipuja. Masyarakat India seantero negeri mengaitkan Drupadi dengan pemujaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di India Selatan, kultus Drupadi sangat kuat. Mereka memiliki kuil yang dipersembahkan untuk Drupadi dan ia dipuja sebagai dewi. Terlepas dari kisah bahwa ia memiliki lima suami, di India Selatan Drupadi disembah sebagai dewi yang perawan, yang memurnikan penyembahannya dari dosa dan membawa keselamatan. Pusat kultus Drupadi dikenal sebagai Gingee di Arcot Selatan, Tamil Nadu, India. Gingee diakui sebagai kuil utama sang dewi dan seringkali kuil-kuil baru menggunakan batu Gingee atau tanah Gingee untuk mengukuhkan citra sebagai kuil Drupadi. Pemujaan terhadap Drupadi juga tersebar diseluruh Tamil Nadu dan sekitarnya, bahkan hingga ke tempat-tempat yang jauh seperti Sri Lanka, Singapura, Fiji, dan Pulau Reunion[1]. Catatan Belakang: [1] Sharma, Kavita A. Terj. Perempuan-Perempuan Mahabharata. Jakarta: Gramedia, 2013. Terj. The Queens of Mahabharata, 2006.
3 Comments
Ema
30/3/2017 11:11:43 pm
Drupadi...Sy kira pengarang kisah tdk sekedar bertutur covering sj...Sgt filosofis mnt sy. Jd, Bg sy kisah Drupadi pun dmk.tdk sekedar urusan pelecehan tubuh... Tp mslh harga diri dijatuhkan...Dan pada saat dijatuhkan dia berani melawan. Jauh dr itu mnt sy perlu dikuak,bgmn pensikapan sikap lahiriah maupun perasaan Drupadi pasca kejadian tsb dan bgmn dampaknya di Indonesia hari mgkn sampai kematiannya.... 😊
Reply
Leave a Reply. |
AuthorFeminis muda Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
September 2021
Categories |