Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Wacana Feminis

Dimanakah Penceramah Perempuan?

16/7/2015

 
Nadya Karima Melati
(
Mahasiswi Jurusan Ilmu Sejarah, FIB, UI)
nadyazurakarima@gmail.com
PictureDok. Pribadi
Ramadhan sudah memasuki minggu ketiga. Sebagai seorang muslim tentunya saya menyambut gempita dan menjalani seluruh kegiatan ibadah Ramadhan. Tapi sesuatu mengganggu saya ketika menjalani ibadah salat Tarawih di masjid dekat rumah saya. Rumah saya terletak di pinggiran kota Depok. Perumahan perumahan saya memiliki masjid sendiri, di masjid tersebut saya terbiasa salat Tarawih. Setelah bertahun-tahun salat Tarawih disana saya baru menyadari, mengapa tidak pernah ada penceramah perempuan ketika Kultum (Kuliah tujuh menit) Tarawih?

Yang saya ingat, sedari kecil saya selalu memerhatikan isi khotbah Tarawih, waktu masih sekolah dasar hingga SMP. saya diwajibkan memerhatikan dan mencatat isi ceramah ketika Tarawih dan tidak ketinggalan meminta paraf penceramah, hal itu saya lakukan sebagai tugas pesantren kilat di sekolah. Kini saya menyadari ada yang janggal dalam semua Kultum Tarawih yang saya datangi setiap tahun. Tidak pernah ada penceramah perempuan.

Saya pikir itu hanya terjadi di masjid perumahan tempat saya tinggal, namun setelah saya bertanya kepada seluruh teman-teman melalui group di WhatsApp, ternyata baik di perumahan masjid rumah saya dan teman-teman saya, tidak ada penceramah perempuan sama sekali untuk mengisi Kultum salat Tarawih Ramadhan. Saya sangat menyayangkan hal ini. Karena bagaimanapun juga perempuan baik ibu-ibu, bibi-bibi, tante-tante, oma-oma, remaja, sampai anak kecil peserta Tarawih adalah perempuan. Kegelisahan saya ini saya sampaikan ke ibu-ibu DKM (Dewan Kemakmuran Masjid). “Kalau kamu mau penceramah perempuan, beberapa tahun lalu pernah ada Tarawih khusus wanita di aula RT 1, semua penceramah dan materi ceramah adalah perempuan tapi sayangnya kegiatan itu sekarang dihentikan karena dilarang oleh masjid”, Papar ibu pengurus DKM. Saya juga bertanya dengan ustazah perempuan (yang tidak pernah ceramah di depan umum) mengapa tidak pernah ada penceramah perempuan untuk turut mengisi ceramah Ramadhan, “Gak boleh lah, perempuan itu suaranya saja aurat, mana boleh berceramah di depan laki-laki, perempuan kalau mau ceramah ya di depan perempuan saja” ustazah menjawab.

Kapan perempuan pergi masjid? Ibu saya selalu menekankan bahwa perempuan cukup salat di rumah, salat berjamaah hanya untuk laki-laki, perempuan hanya ke masjid jika ada pengajian yang mengundang keduanya, perempuan dan laki-laki (walau yang selalu datang justru ibu-ibu dan bapak-bapak, tidak pernah ada anak muda seusia saya). Tapi di bulan penuh berkah yang selalu saya nanti-nanti saat inilah kesempatan saya (anak muda) pergi ke masjid. Saya ingin mendengar perempuan-perempuan yang juga belajar agama, ustazah yang juga membicarakan tentang hubungan perempuan, sebagai manusia dengan Tuhannya secara vertikal.

Sebenarnya bukan tidak ada penceramah perempuan. Televisi memberi ruang pada perempuan dan islam, selain jadi ikon hijab dan make up halal tentunya, ada satu tayangan televisi yang amat disukai nenek saya, Mamah dan A’a judul acaranya. Saya pikir, Mamah Dedeh jadi satu (dan satu-satunya) ustazah terkenal di masyarakat. Mungkin karena saya jarang nonton televisi atau kurang religious sehingga saya tidak mengenal nama ustazah lain. Saya beberapa kali menonton acara tersebut dan yang saya perhatikan isi ceramah untuk perempuan adalah bagaimana perempuan menjadi muslimah yang baik. Lebih pada pedoman bagaimana perempuan menjalin hubungan dengan manusia laki-laki, sabar dengan suami, perempuan sebagai sumber dosa. Hampir jarang sekali ceramah khusus perempuan yang membahas bagaimana posisi perempuan di mata Allah SWT dan cara menjalin kemesraan dengan Allah SWT selain dengan kesabaran dalam mengurus rumah tangga dan suami.

Salah seorang ustazah NU (Nahdlatul Ulama) yang juga komisioner Komnas Perempuan periode 2010-2015, Neng Dara Affiah, dalam suatu diskusi tentang Gerakan Perempuan Muslim di Indonesia mengatakan bahwa ia sebenarnya mau berceramah di depan laki-laki, tetapi lelaki tidak ada yang mau mendengarkan, perempuan masih dianggap setengah dari laki-laki. Wajar saja, laki-laki masih berpikir seperti itu, karena kepercayaan agama islam terhadap asal laki-laki dan perempuan masih bersandar pada mitos Hawa yang berasal dari tulang rusuk Adam. “Karena asalnya perempuan dari tulang rusuk itu bengkok, jadi harus sering-sering diluruskan”, kata ibu saya.

Ceramah bulan Ramadhan terasa semakin jenuh, saya menyaksikan jemaah Tarawih semakin menipis hingga ujung Ramadhan. Mungkin ini akibat penceramah mengatakan hal yang mirip dalam Kultum Tarawih tentang keutamaan bulan Ramadhan atau mempertahankan ibadah pasca bulan Ramadhan. Berulang-ulang, terus-menerus, bertahun-tahun. Kita sebagai masyarakat masih juga tahun-menahun, terus-menerus, khawatir dunia akan rusak jika perempuan diberi mimbar untuk bicara.


Agam Maulana
25/10/2015 10:31:28 pm

Pertama, memang dalam Islam ada perintah menjaga pandangan. Agar laki-laki tidak bernikmat-nikmat memandangi wanita dan juga sebaliknya (siapa yang bisa jamin ada jamaah yang terpesona dengan penceramah dan malah asyik memandangi paras penceramah dibanding memperhatikan ceramah). Bahkan, jamaah wanita pun dianjurkan melihat langsung ke penceramah sehingga biasanya bagian wanita ditutupi tirai. Dan memang, bahkan jika wanita berceramah di balik tirai pun, kelembutan dan keindahan suara wanita masih mungkin cukup menggetarkan bagi hati laki-laki.

Yang kedua, apa urgensinya menghadirkan penceramah wanita di depan jamaah pria dan wanita. Seperti yang kamu tulis di artikel ini, isi ceramah isinya ya melulu tentang hal itu. Mengenai agama, bagaimana hubungan dengan Tuhan, bagaimana pelaksanaan dalam masyarakat, rumah tangga, pekerjaan, jual beli, dan lain sebagainya. Hanya berbeda cara penyampaian dan metodenya. Tapi agama itu hal yang tauqif (tetap), dimuat dalam kitab suci dan teks hadits, dan mengikuti tafsir yang mapan. Jadi tidak ada tuntutan harus ada penceramah wanita untuk jamaah campuran kecuali memenuhi ego kamu perempuan untuk setara.

nanang
8/6/2016 07:59:56 pm

Saya setuju apa yang dikatakan agam maulana, bahwasanya kaum laki2 tidak boleh memandang perempuan yang bukan mahramnya berlama-lama, bahkan kata rasululloh pandangan kedua itu saja sudah haram, lantas bagaimana perempuan ketika berceramah dipodium atau mimbar tanpa dipandangi oleh jamaah laki2? Sebenarnya menurut rosululloh sebaik2 sholat bagi perempuan adalah dirumah dan bagi laki2 adalah berjamaah dimasjid, namun apabila perempuan ingin berjamaah di masjid kita kaum laki2/suami jgn melarang, disini dapat diambil sedikit kesimpulan bahwa apabila jamaah dimasjid saja tidak diwajibkan apalagi beeceramah Didepan jamaah laki2, dan dijaman sahabat sepeninggal rosululloh belum ada riwayat perempuan berceramah didepan jamaah laki2, bukankah dalam beragama kita hrs mengikut apa yang rosululloh ajarkan(itba') dan para sahabat sepeninggal rosul yg lebih dekat dg beliau? Bagi perempuan tidak dilarang menyampaikan dakwah karena pesan nabi sampaikanlah walau satu ayat, dan dakwah/saling mengingatkan adalah kewajiban setiap muslim, namun harus diingat pula aturan2 dalam agama, bagi perempuan tidak dilarang asalkan berceramahnya diantara kaumnya sendiri(jamaah wanita) bagi nadya, pelajari agama secara benar sebelum membuat tulisan, dan yg lebih penting sy lihat kok g pakai hijab? Perintah berhijab sudah sgt jelas lho?! Semoga kita semua selalu mendpt petunjuk...

aspin
31/5/2017 08:24:15 pm

kalau memang perempuan dlarang berceramah dimesjid hanya karna ditakutkan lelaki tidak fokus pada isi ceramahnya melainkan laki" akan fokus pada parasnya, lalu bagaimana laki" yang ceramah dimesjid didepan perempuan?? bagi saya alasan ini saja tidak cukup..

jj
16/6/2016 04:41:43 pm

Wanita Lebih Banyak Masuk Neraka

أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ قَالَ يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita, disebabkan mereka kufur“. Ditanyakan: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau bersabda: “Mereka kufur kepada suami, kufur terhadap kebaikan. Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja kejelekan darimu maka dia akan berkata: ‘Aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu“.
Takhrij Hadits
Shahih al-Bukhari kitab al-iman bab kufranil-’asyir no. 29; kitab abwabil-kusuf bab shalatil-kusuf jama’atan no. 1052; kitab an-nikah bab kufranil-’asyir wa huwaz-zaujno. 5197
Shahih Muslim kitab al-kusuf bab ma ‘uridla ‘alan-Nabi fi shalatil-kusuf no. 2147
Sunan an-Nasa`i kitab al-kusuf bab qadril-qira`ah fi shalatil-kusuf no. 1493
Musnad Ahmad bab hadits ‘Abdillah ibn ‘Abbas no. 2711, 3374,
Syarah Ijmali
Bagi kaum feminis (penganut faham feminisme; bahwa perempuan harus setara dengan laki-laki dalam semua aspek kehidupan, termasuk rumah tangga), ajaran Islam dinilai banyak memandang rendah kaum perempuan (misogini). Salah satunya hadits di atas yang dinilai merendahkan perempuan karena memastikan perempuan sebagai penghuni neraka paling banyak. Ini tidak ubahnya pandangan negatif Barat Kristen yang menilai wanita sebagai setan penggoda karena menyebabkan Adam dikeluarkan dari surga. Penilaian seperti itu jelas tidak benar, karena justru Islam mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan dan menempatkannya pada posisi yang utama. Misalnya, al-Qur`an membela hak-hak perempuan yang biasa ditindas oleh bangsa Arab Jahiliyyah dalam hal pernikahan, rumah tangga, waris, sebagaimana terekam dalam surat an-Nisa` (perempuan) dan al-Mujadilah (wanita yang menyampaikan gugatan).
Nabi saw juga menyatakan bahwa seorang ibu harus lebih didahulukan penghormatannya daripada penghormatan kepada seorang ayah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ r فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ

jj (continued)
16/6/2016 04:42:58 pm

Nabi saw juga menyatakan bahwa seorang ibu harus lebih didahulukan penghormatannya daripada penghormatan kepada seorang ayah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ r فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw lalu bertanya: “Wahai Rasulullah saw, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baikku?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Kemudian ayahmu.” (Shahih al-Bukhari kitab al-adab bab man ahaqqun-nas bi husnis-shuhbah no. 5971; Shahih Muslim kitab al-birr was-shilah wal-adab bab birril-walidain wa annahuma ahaqqu bihi no. 6664)
Berkaitan dengan hadits ini, Ibn Hajar dalam kitab Fath al-Bari, menguraikan penjelasan dari para ulama yang mengarah pada satu kesimpulan bahwa hak penghormatan terhadap ibu tiga kali lipat melebihi ayah disebabkan ibu yang mengandung, melahirkan, dan menyusui anak. Tiga hal yang tidak dilakukan oleh ayah. Berbagai ayat al-Qur`an yang menyinggung keharusan berbakti kepada orang tua sering menyebut jasa ibu dalam ketiga hal tersebut (Lihat misalnya QS. Al-Ahqaf [46] : 15 dan Luqman [31] : 14)
Terkait hadits di awal, Ibn Hajar dalam kitabnya, Fathul-Bari, mengutip penjelasan al-Qadli Abu Bakar ibn al-’Arabi sebagai berikut: Hadits ini mengisyaratkan adanya jenis kekufuran lain yang berbeda dari kufur kepada Allah swt dan dikategorikan non-muslim. Kufur kepada suami, dikhususkan dalam hadits ini dibanding jenis-jenis dosa lainnya disebabkan adanya rahasia yang tersembunyi, sesuai dengan hadits Nabi saw:
لَوْ أَمَرْت أَحَدًا أَنْ يَسْجُد لِأَحَدٍ لَأَمَرْت الْمَرْأَة أَنْ تَسْجُد لِزَوْجِهَا
Seandainya aku hendak memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, pasti aku akan perintahkan seorang wanita untuk sujud kepada suaminya. (Hadits shahih diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam kitab ar-radla’ bab haqqiz-zauj ‘alal-mar`ah no. 1159)
Hadits di atas menegaskan bahwa suami dari segi hak yang harus dipenuhi oleh seorang istri berada pada level kedua di bawah Allah swt. Kalau seorang istri mengabaikan hak seorang suami, padahal suaminya sudah memenuhi hak istri tersebut, berarti ini merupakan pertanda bahwa istri mengabaikan hak Allah. Oleh karena itu diungkapkan oleh Nabi saw dengan pernyataan “kufur”, meskipun kufurnya tidak sampai keluar dari Islam (Fathul-Bari kitab al-iman bab kufranil-’asyir).

jj (continued)
16/6/2016 04:43:45 pm

Perlu diingat kembali, dalam konteks rumah tangga, Islam telah mengatur bahwa suami harus menjadi pemimpin bagi istrinya. Kepemimpinan dalam Islam tidak berarti diskriminasi atau penindasan seperti sering dipahami kaum feminis. Kepemimpinan dalam Islam identik dengan keadilan. Tanpa keadilan, kepatuhan kepada pemimpin tidak berlaku. Tetapi jika pemimpin memang adil adanya, siapapun wajib untuk mematuhinya. Seperti inilah juga berlakunya ketaatan istri kepada suami, yakni selama suami memimpin dengan adil, maka istri wajib taat. Kewajiban taat tersebut tidak jauh beda dengan kepatuhan anak kepada orangtuanya atau seorang rakyat kepada pemerintahnya. Selama orangtua tidak menyuruh musyrik ataupun kemaksiatan lainnya, maka anak wajib patuh tanpa terkecuali. Demikian juga, selama pemerintah tidak memerintahkan maksiat, maka rakyat wajib taat tanpa pengecualian. Dalam konteks rumah tangga, suami berada satu level di bawah Allah swt. Dalam konteks keluarga, orangtua berada satu level di bawah Allah swt. Dan dalam konteks pemerintahan/kenegaraan, pemerintah berada satu level di bawah Allah swt/Rasul-Nya. Oleh karena itu banyak juga ayat al-Qur`an dan hadits yang memerintahkan taat secara mutlak kepada orangtua dan pemerintah.
Hadits di atas yang menyatakan bahwa perempuan menjadi penghuni neraka yang paling banyak sama sekali tidak boleh dipahami sebagai hadits yang misoginis. Alasannya,pertama, prasangka misoginis serupa pernah muncul pada zaman shahabat (pasca Nabi saw wafat) dan memancing perdebatan di antara kaum lelaki dan perempuan saat itu, yakni apakah kebanyakan penghuni neraka itu memang perempuan atau laki-laki? Muhammad ibn Sirin sampai menyatakan bahwa sebagian laki-laki ada yang sampai berbangga diri dan sombong karena merasa diri lebih unggul dari wanita dalam hal masuk surga. Permasalahan ini kemudian dibawa kepada Abu Hurairah, dan beliau malah membenarkan bahwa wanita lebih banyak yang menjadi penghuni surga daripada lelaki,

jj (continued)
16/6/2016 04:44:26 pm

berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dan Muslim berikut ini:
إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَالَّتِى تَلِيهَا عَلَى أَضْوَإِ كَوْكَبٍ دُرِّىٍّ فِى السَّمَاءِ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ اثْنَتَانِ يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ وَمَا فِى الْجَنَّةِ أَعْزَبُ
Sesungguhnya golongan pertama yang masuk surga wujudnya seperti bulan di malam purnama, golongan selanjutnya wujudnya seperti bintang paling terang di langit dan setiap lelaki di antara mereka memiliki dua istri, tulang betis keduanya terlihat dari balik daging, dan di surga tidak ada orang bujang. (Shahih Muslim kitab al-jannah wa shifati na’imiha bab awwal zamrah tadkhulun-nar no. 7325-7326. Hadits semakna diriwayatkan juga dalam Shahih al-Bukhari kitab bad`il-khalq bab ma ja`a fi shifatil-jannah wa annaha makhluqah no. 3245-3254)
Berkaitan dengan dua hadits yang tampaknya bertentangan di atas, Ibn Hajar menyatakan, tidak mesti ketika disebutkan bahwa wanita penghuni neraka paling banyak, menjadi paling sedikit di surga. Sebab mungkin kedua-duanya, yakni wanita paling banyak di neraka, juga paling banyak di surge, disebabkan jumlahnya lebih banyak. Atau mungkin yang dimaksud hadits pertama wanita menjadi penghuni neraka paling banyak, itu terjadi sebelum syafa’at. Sesudah syafa’at, dan mereka yang sebatas kufur kepada suami (maksiat yang tidak sampai kufur pindah agama) dipindahkan ke dalam surga, maka jadilah penghuni surga pun kebanyakannya wanita (Fath al-Bari kitab bad`il-khalq bab ma ja`a fi shifatil-jannah wa annaha makhluqah).
Kedua, penegasan kebanyakan penghuni neraka wanita hanya sebatas peringatan dini saja untuk kaum wanita agar lebih berhati-hati. Sebab pada riwayat lain, Nabi saw juga menyatakan bahwa kebanyakan penghuni surga adalah orang-orang miskin. Tentu ini tidak berarti bahwa Nabi saw merendahkan orang-orang kaya yang banyak ke neraka, melainkan sebatas peringatan dini kepada orang kaya agar mereka tidak terlena dengan kekayaannya.
اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ
Aku melihat sejenak surga, ternyata aku lihat kebanyakan penghuninya orang-orang miskin. Dan aku lihat sejenak neraka, ternyata aku lihat kebanyakan penghuninya wanita. (Shahih al-Bukhari kitab bad`il-khalq bab ma ja`a fi shifatil-jannah wa annaha makhluqah no. 3241; Shahih Muslim kitab ar-riqaq bab aktsar ahlil-jannah al-fuqara no. 7114)

jj
16/6/2016 04:45:03 pm

Menurut Imam al-Qurthubi, Nabi saw menyatakan bahwa kebanyakan penghuni neraka wanita merupakan peringatan dini yang sesuai dengan fakta yang ada. Yakni bahwa kaum wanita secara umum mudah terlena dengan dunia dan sangat emosional sehingga mudah sekali tersinggung dalam urusan dunia dan harta (at-Tadzkirah 1 : 369). Artinya, tidak jauh beda dengan orang kaya yang rentan dengan sikap angkuh, sombong, dan pelit untuk shadaqah. Walau tentunya bukan berarti kedua-duanya; wanita dan orang kaya, direndahkan oleh Islam, dipandang sebelah mata oleh Allah swt. Tidak sama sekali.
Ketiga, hadits di atas menyebutkan sifat yang menjadi penyebab masuk neraka. Sebagaimana halnya ayat dan hadits lainnya yang sering menyinggung tentang sifat dan sikap yang akan memasukkan ke neraka, berarti yang harus diperhatikan sifatnya itu sendiri, bukan jenis kelaminnya. Ini diperkuat oleh riwayat lain yang menitikberatkan pada sifat wanita yang menjadi penyebab masuk nerakanya, bukan jenis kelaminnya.
وَأَكْثَر مَنْ رَأَيْت فِيهَا مِنْ النِّسَاء اللَّاتِي إِنِ اؤْتَمِنَّ أَفْشَيْنَ وَإِنْ سُئِلْنَ بَخِلْنَ وَإِنْ سَأَلْنَ أَلْحَفْنَ وَإِنْ أُعْطِينَ لَمْ يَشْكُرْنَ
Kebanyakanpenghuni neraka yang aku lihat adalah wanita yang jika diberi amanah untuk dijaga, mereka membocorkannya; jika diminta, mereka bakhil; jika mereka minta, mereka memaksa; dan jika mereka diberi, tidak pandai bersyukur.(Fathul-Bari abwabil-kusuf bab shalatil-kusuf jama’atan)
Dengan kata lain, maksud hadits perempuan banyak menghuni neraka itu adalah: Penghuni neraka dari kalangan perempuan kebanyakannya yang kufur pada kebaikan suaminya. Jadi titik tekannya bukan pada perempuannya, tetapi pada sifat kufur terhadap kebaikan suaminya.
Dalam hal ini, maka berlaku juga kebalikannya. Seorang lelaki, jika ia memang mempunyai sifat yang akan menjadi penyebab ia masuk neraka, maka ia akan masuk neraka. Walau disebut lelakinya, bukan berarti merendahkan jenis kelaminnya, karena hadits hanya menyatakan sifatnya:
مَنْ كَانَتْ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَالَ إِلَى إِحْدَاهُمَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَشِقُّهُ مَائِلٌ
Siapa yang memiliki dua istri, tetapi ia lebih cenderung kepada salah satunya, maka pada hari kiamat nanti ia akan datang dengan sebelah badan yang condong (Sunan Abi Dawud kitab an-nikah bab fil-qism bainan-nisa` no. 2135; Sunan an-Nasa`i kitab ‘isyratin-nisa` bab mailer-rajul ila ba’dli nisa`ihi duna ba’dlin no. 3942; Sunan Ibn Majah kitab an-nikah bab al-qismah bainan-nisa` no. 1969. Hadits shahih).
Hadits ini jika dikaitkan dengan firman Allah swt dalam QS. an-Nisa` [4] : 129, dapat diketahui bahwa jumlah lelaki yang tidak adil kepada istri-istrinya lebih banyak daripada yang adil. Tetapi tidak berarti bahwa status lelakinya kemudian menjadi rendah, atau juga lelaki yang bersitri lebih dari satu harus dipandang secara misoginis (dinilai rendah dan negatif). Tidak sama sekali.
by:Abu Nu'man
Allahu a’lam bish-shawab.


Comments are closed.

    Author

    Feminis muda 

    Jurnal Perempuan
    ​terindeks di: 
    Picture

    RSS Feed

    Archives

    September 2021
    July 2021
    June 2021
    January 2021
    May 2020
    March 2020
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    September 2018
    August 2018
    June 2018
    December 2017
    September 2017
    August 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    October 2016
    September 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa