Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa
Wacana Feminis

BDSM dalam Novel Fifty Shades of Grey Karya E. L. James: Refleksi Relasi Seksual

18/3/2016

 
Isyfi Afiani
(Alumni Program Magister Pengkajian Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah Surakarta)
mynameisavie@gmail.com
PictureDok. Pribadi
Novel Fifty Shades of Grey (FSOG) karya E. L. James menarasikan relasi seksual BDSM antara Anastasia Steele dengan Christian Grey. Novel FSOG yang terbit pada tahun 2011 terjual lebih dari 70 juta kopi, dan menjadi topik pembicaraan sejak novel tersebut dipublikasikan. Respons pembaca terhadap novel FSOG sangatlah beragam, dari pendapat yang memunculkan isu dominasi laki-laki dan kekerasan seksual antara Anastasia dan Christian, hingga pendapat bahwa BDSM merupakan eksperimen seksual perempuan. Dalam artikel ini saya mencoba menarasikan secara deskriptif bagaimana relasi seksual BDSM tercermin dalam novel Fifty Shades of Grey karya E. L. James dengan menggunakan argumentasi dua sisi (both views opinions) dari perspektif psikologi dan feminisme.
​
 
BDSM dalam Perspektif Psikologi
BDSM adalah istilah yang mengacu pada perilaku erotis yang melibatkan Bondage & Discipline, Dominant/Submissive, dan Sadism & Masochism—walau tak semua pelaku BDSM mengaplikasikan syarat-syarat tersebut (Emulf dan Inalla, 1993), pengalaman traumatis (Stolorow, 1975; Valenstein, 1973), kegagalan perkembangan psikologis (Bychowski, 1959; Mollinger, 1982), dan konflik infantile (Blum, 1976). Beberapa pakar psikologi menghubungkan masokisme dan sadisme dalam BDSM dengan kondisi kejiwaan seperti kegelisahan/anxiety (Bond, 1981; Freud 1961; Socarides, 1974; Stolorow, 1975), dan depresi (Blum, 1988). Dari keragaman pendapat mengenai BDSM oleh pakar psikologi dan pengkaji BDSM tersebut, Berslow menyatakan ada kerancuan pada terminologi BDSM; apakah sadisme dan masokisme dianggap sebagai fenomena seksual, atau sebagai fenomena psikologi, atau justru keduanya. Karena itulah perlu adanya dasar yang kuat dari data-data empiris untuk menguji teori tentang istilah BDSM dengan tepat (Berslow, 1989).
 
BDSM dalam Perspektif Feminisme
Menurut McKinnon, erotisme kekerasan laki-laki terhadap perempuan adalah masalah utama dalam feminisme, karena paradigma tersebut muncul ketika seks dianggap sebagai pengekangan, gangguan, pelanggaran, dan objektifikasi (McKinnon dalam Cynthia Grant Bowman et. al ed. 2011, h. 121).
  • Violence is sex when it is practiced as sex. If violation of the powerless is part of what is sexy about sex, as well as central in the meaning of male and female, the place of sexuality in gender and the place of gender in sexuality need to be looked at together (McKinnon dalam Cynthia Grant Bowman et. al ed. 2011, h. 121).
Paradigma ini memicu agresi laki-laki dan subordinasi perempuan menjadi terseksualisasi (McKinnon 2011, h. 121).  
  • Dominance, principally by men, and submission, principally by women, will be the ruling code through which sexual pleasure is experienced. Sexism will be a political inequality that is sexually enjoyed, if unequally so (McKinnon dalam Cynthia Grant Bowman et. al ed. 2011, h. 121).
 
Menurut McKinnon, ketidaksetaraan gender muncul berdasarkan persetujuan;

  • It may be worth considering that heterosexuality, the predominant social arrangement that fuses this sexuality of abuse and objectification with gender in intercourse, with attendant trauma, torture, and dehumanization, organizes women’s pleasure so as to give us a stake in our own subordination (McKinnon dalam Cynthia Grant Bowman et. al ed. 2011, h. 121).
 
Untuk mendukung pernyataan McKinnon tersebut, saya merujuk Robin West dalam The Difference in Women’s Hedonic Lives: A Phenomenological Critique of Feminist Legal Theory (2000). West mengkritik pandangan feminisme liberal—bahwa kebahagiaan manusia bergantung pada pilihan objektifnya—dan pandangan feminisme radikal yang mengolerasikan keadilan/kesetaraan dengan kebahagiaan. Selanjutnya, West menyatakan bahwa S/M adalah implementasi dari kepercayaan, ketimbang kepatuhan, karena dalam S/M memungkinkan Submisif untuk melampaui subjektivitasnya, sehingga ia mampu membebaskan dirinya dari belenggu. Bagi West, perbedaan antara submisi dari kepercayaan dan submisi dari kepatuhan terletak pada subjek dan bersifat subjektif (West 2000, h. 149 & 198).

  • That this total abdication of responsibility can be erotic, reflects a genuine human truth and a deep human need . . . When we grant power to another to control – to author – our acts, that grant may, and I have argued often does, express a deep seated and forgotten (or not so forgotten) fear. But it might not. It might also express our total trust in that other. That ‘other’ might be trustworthy (West 2000, h. 198).
 
Relasi BDSM dalam Novel Fifty Shades of Grey
Dalam novel FSOG, E. L. James menarasikan bagaimana Anastasia Steele (tokoh utama perempuan), seorang mahasiswi Sastra Inggris di sebuah Universitas di Portland, jatuh cinta dengan sosok Grey (tokoh utama laki-laki) seorang miliarder muda yang kaya, tampan, pintar, dan metroseksual. Alur cerita berawal dari peristiwa dimana Ana harus menggantikan sahabatnya, Kate, untuk mewawancarai Grey—yang merupakan donator utama kampus mereka—sebagai tugas kuliah. Dalam pertemuan wawancara tersebut keduanya saling menunjukkan ketertarikan. Penampilan Ana yang lugu, innocent, dan pemalu, cukup menarik perhatian Grey. Dan Ana pun tak mampu menafikan karisma Grey sebagai sosok laki-laki tampan yang biasa ia jumpai di karya-karya sastra fiksi. Pertemuan tersebut berlanjut dengan kencan-kencan yang mereka jalani, hingga pada akhirnya mereka bersepakat untuk melakukan relasi BDSM. Relasi BDSM antara Anastasia Steele dan Christian Grey mengacu pada sistem relasi Budak dan Tuan yang terikat dalam sistem kontrak (consents). Adapun isi kontrak/ perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak serta bagaimana relasi BDSM antara Ana dan Grey yang tercermin dalam novel FSOG adalah sebagai berikut:
 
Kontrak (Consents)
Pada dasarnya, isi kontrak antara Ana dan Grey mencakup posisi masing-masing individu dalam relasi BDSM—Grey sebagai Dominant dan Ana sebagai Submissive, serta hal-hal yang diinginkan ataupun yang tidak diinginkan oleh masing-masing dari mereka, terkait aksi seksual (sexual action) yang mereka lakukan. Poin-poin yang termaktub di dalam kontrak tersebut tentu saja lebih menguntungkan Grey sebagai Dominant, dan merepresi Ana sebagai Submissive.
 
Poin-poin kontrak relasi BDSM antara Ana dan Grey mencakup disiplin bagi Submissive—pengaturan jam tidur, pola makan, olah raga, cara berpakaian, penampilan, kesehatan dan kebersihan, demi terjaganya kualitas diri Submissive yang berpengaruh pada kualitas performa seksual pada saat berhubungan seks (James 2012, h. 77), batas maksimal/hard limits—aksi yang tidak diperbolehkan saat berhubungan seksual seperti penggunaan api, ataupun jenis senjata tajam yang dapat melukai Submissive (James 2012, h. 80), dan syarat-syarat pelayanan (service provisions) diantaranya (1) Dominant harus harus menjaga keamanan dan kenyamanan Submissive, (2) memperlakukan Submissive sebagai propertinya untuk selalu dimiliki, diatur, didominasi, dan menggunakan tubuhnya sebagai objek seksual, (3) Dominant diperkenankan mendisiplinkan Submissive dengan mencambuk, memukul bagian pantat, serta mengikat Submissive sebagai bentuk hukuman ataupun untuk kesenangan Dominant, (4) Submissive harus menerima Dominant sebagai tuannya, dalam arti bahwa dirinya adalah properti bagi Dominant yang harus menuruti segala perintah Dominant, termasuk perintah untuk tidak menyentuh dan menatap mata Dominant secara langsung (James 2012, hh. 128-130).
 
Aksi Seksual (Sexual Action)
  •  “I want you, and I want you now. And if you’re not going to let me spank you – which you deserve – I’m going to fuck you on the couch this minute, quickly, for my pleasure, not yours (James 2012, h. 247).”
  • “Jika aku menginginkanmu, aku menginginkanmu sekarang juga. Dan jika kamu tak ingin kupukul—mana yang kauinginkan—aku akan menyetubuhimu di sofa saat ini juga, secepatnya, demi kenikmatanku, bukan kenikmatanmu (James 2012, h. 247).
 
Penggalan narasi diatas menunjukkan bagaimana Grey menjalankan peranannya sebagai Dominant dalam relasi BDSM yang dijalaninya dengan Ana. Grey memperlakukan Ana sebagai properti yang bisa ia atur dan disiplinkan sesuai dengan kehendaknya dan demi kepuasannya. Dan di setiap aksi seksual, Grey selalu melibatkan kekerasan fisik/sadisme seperti memukul pantat Submissive (James 2012, h. 200), mencambuk (James 2012, h. 230), dan mengikat tangan Submissive (bondage) (James 2012, h. 191) sebagai pola dari aksi seksualnya.
 
Mengacu pada pendapat pakar psikologi bahwa BDSM adalah sebuah traumatic disorder—terjadi karena sebuah pengalaman traumatis—perilaku sadisme Grey tersebut bisa disimpulkan sebagai impact dari pengalaman seksual masa lalunya dengan Nyonya Robinson. Dalam novel FSOG dinarasikan bahwa saat usia anak-anak, Grey menerima perlakuan sexual abusive dari Nyonya Robinson yang berusia jauh lebih tua darinya (James 2012, h. 120). Pengalaman traumatis tersebut makin diperkuat ketika Grey menyebut dirinya sebagai the fifty shades of fucked up (James 2012, h. 198)—trauma seksual yang menyebabkan Grey tak ingin disentuh oleh pasangannya saat berhubungan seksual.
 
Namun jika ditelaah lebih lanjut, berdasarkan data-data narasi yang terdapat dalam novel FSOG, sadisme yang dilakukan Grey terhadap Ana sebenarnya tidak ditujukan untuk menyiksa, namun untuk menstimulus (Ana) secara seksual agar Ana pun mendapatkan kenikmatan/ pleasure  yang sama seperti Grey. Berikut penggalan narasi ketika Grey akan mencambuk Ana:
  • “I will use this. It will not hurt, but it will bring your blood to the surface of your skin and make you very sensitive.”
  • “Aku akan menggunakan ini. Ini tidak akan menyakitimu, namun akan menaikkan darahmu dan membuatmu merasa sensitif (James 2012, h. 334).”
Untuk menopang opini tersebut, saya menuju pada narasi berikutnya yang mampu membuktikan apakah Ana benar-benar merasakan kenikmatan ketika Grey menstimulusnya:
…he flicks again, this time hitting my nipple, and I throw my head back as my nerve endings sing…
….dia mengibaskan (cambuk) lagi, kali ini memukul putingku, dan aku menghempaskan kepalaku karena syaraf-syarafku mulai naik.
 
“Does that feel good?” he breathes.
“nikmat?”
“Yes.”
“Ya (James 2012, h. 230).”

Pada dasarnya, relasi BDSM ini tidak akan terwujud tanpa adanya persetujuan antara ke dua belah pihak baik Dominant maupun Submissive. Lantas apa yang mendasari Ana untuk menerima posisinya sebagai Submissive? Saya mengacu pada West (2000) menyatakan bahwa S/M adalah implementasi dari kepercayaan, ketimbang kepatuhan. Berikut adalah narasi yang menunjukkan bahwa Ana menjalani perannya sebagai Submissive berdasarkan pada sebuah kepercayaannya kepada Grey:

I can show you how pleasurable pain can be. You don’t believe me now, but this is what I mean about trust. There will be pain, but nothing that you can’t handle. Again, it comes down to trust. “Do you trust me, Ana?”
Aku dapat meyakinkanmu tentang kenikmatan dalam sakit. Itulah yang kumaksud tentang kepercayaan. Akan ada sakit, tapi tak ada yang tak bisa kau atasi. “Kamu mempercayaiku, Ana?”
“Yes, I do.” I respond spontaneously, not thinking… because it’s true – I do trust him.
“Ya, aku mempercayaimu.” …karena itu benar—aku benar-benar mempercayainya (James 2012, h. 245).

Di samping itu, West juga berpendapat bahwa dalam S/M memungkinkan Submissive untuk melampaui subjektivitasnya sehingga ia mampu membebaskan dirinya dari belenggu. Hal ini dapat ditunjukkan dengan narasi tentang bagaimana Ana menikmati setiap aksi seksual yang diterimanya dari Grey sebagai bentuk kenikmatan/pleasure, bukan sebagai belenggu/bondage sebagai berikut:

He hits me again across the buttocks. The crop stings this time. My eyes are closed as I try to absorb the myriad of sensations coursing through my body. Very slowly, he rains small, biting licks of the crop down my belly, heading south. I know where this is leading, and I try and psyche myself up for it – but when he hits my clitoris, I cry out loudly.
Dia memukuli pantatku lagi. Dengan cambuk. Mataku terpejam seperti merasakan ribuan serangga menyerang tubuhku. Dengan perlahan, ia menyentuhkan ujung cambuk pada bagian perutku, dan terus ke bawah. Aku tahu kemana arahnya, dan aku mencoba, dan aku merasakannya—namun ketika dia menekan klitorisku, aku berteriak.
“Oh… please!” I groan.
“Oh…!” Aku mengerang.
I am lost. Lost in a sea of sensation…completely seduced.
Aku tersesat dalam sensasi yang luar biasa…nikmat…(James 2012)
 
Kesimpulan
Perdebatan BDSM sebagai penyimpangan ataupun kekerasan seksual perlu dikaji dengan pendekatan yang lebih intens seperti yang dikatakan pakar psikologi Berslow (1989), bahwa perlu adanya dasar yang kuat dari data-data empiris untuk menguji teori BDSM dengan tepat. Novel Fifty Shades of Grey karya E. L. James memberikan pandangan lain terhadap implementasi relasi seksual BDSM melalui kedua tokoh utamanya: Anastasia dan Grey. Analisis relasi seksual BDSM dalam novel FSOG menunjukkan bahwa baik Dominant maupun Submissive sama-sama mendapatkan kenikmatan seksual dari hubungan yang mereka jalani.
 
Daftar Pustaka:  
Berslow, M. 1989. “Sources of Confusion in the Study and Treatment of Sadomasochism”. Journal of Sexual Behavior and Personality.
 
Bond, A. 1981. “The Masochist is the Leader”. Journal of the American Academy of Psychoanalysis.
 
Blum, H. 1976. Sadomasochism in Psychoanalytic Process, within and beyond the Pleasure.
 
Bychowski, G. 1959. “Some Aspects of Masochistic Involvement”. Journal of the American Psychoanalytic Association.
 
Emulf, K. E. & Inalla, S. M. 1995. Sexual Bondage: a Review and Unobtrusive Investigation. Archives Sexual Behavior.
 
Freud, S. 1961. The Economic Problem in Masochism in Jay Strachey (Ed. And Trans). The Standard Edition of the Complete Psychological Work of Sigmund Freud, Vol. 18. London: Hoghart Press.
 
James, EL. 2012. Fifty Shades of Grey. Great Britain: Arrow Books.
 
MacKinnon, C. 2011.  Sexuality, in Feminist Jurisprudence: Cases and Materials. (Cynthia Grant Bowman et. al ed).
 
West, R. 2000. “The Difference in Women’s Hedonic Lives”. Psychoanalytic Quarterly.
 
Socarides, C. 1974. “The Function of Moral Masochism with Special Reference to the Defense Process”. International Journal of Psychoanalysis Vol 39.
 
Stolorow, R. 1975. “The Narcissistic Function of Sadomasochism (and Sadism)”. International Journal of Psychoanalysis Vol 56.
 


Nana
18/3/2016 05:16:05 pm

nana
18/3/2016 05:25:08 pm

Saya juga pernah membaca novel tersebut. Dan saya juga setuju. Dengan adanya kontrak tersebut berarti ada persetujuan dan keduanya saling setuju. Namun, saya kira itu karena Grey mulai mencintai Ana. Lalu bagaimana dengan BDSM yg dilakukan Grey yg merupakan akibat dari kepahitan masa lalu tersebut?

risma link
19/3/2016 11:17:56 am

assalamualaikum wr, wb.aki saya:IBU,adele dan SEKELUARGA mengucapkan banyak2
terimakasih kepada ata s angka togel yang di
berikan "4D"yatu< 8617> alhamdulillah ternyata itu benar2 jebol dan berkat
bantua AKI MANGKUBONO melunasi semu hutang2 orang tua saya yang
ada di BANK dan bukan hanya itu. aki. alhamdulillah sekarang saya
sudah bisa bermodal sedikit untuk mencukupi kebutuhan keluarga saya
sehari2. itu semua berkat bantuan sekali lagi makasih banyak
yah aki… yang ingin merubah nasib seperti saya hubungi di
nomor: -0852-0333-3887

risma link
19/3/2016 11:17:19 am

assalamualaikum wr, wb.aki saya:IBU,adele dan SEKELUARGA mengucapkan banyak2
terimakasih kepada ata s angka togel yang di
berikan "4D"yatu< 8617> alhamdulillah ternyata itu benar2 jebol dan berkat
bantua AKI MANGKUBONO melunasi semu hutang2 orang tua saya yang
ada di BANK dan bukan hanya itu. aki. alhamdulillah sekarang saya
sudah bisa bermodal sedikit untuk mencukupi kebutuhan keluarga saya
sehari2. itu semua berkat bantuan sekali lagi makasih banyak
yah aki… yang ingin merubah nasib seperti saya hubungi di
nomor: -0852-0333-3887


Comments are closed.

    Author

    Feminis muda 

    Jurnal Perempuan
    ​terindeks di: 
    Picture

    RSS Feed

    Archives

    September 2021
    July 2021
    June 2021
    January 2021
    May 2020
    March 2020
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    September 2018
    August 2018
    June 2018
    December 2017
    September 2017
    August 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    October 2016
    September 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | yjp@jurnalperempuan.com
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa