foto dok: fandor.com Oleh: Khanifah "Arab Saudi adalah negara yang sangat tradisional dan konservatif, dengan masyarakatnya yang sangat tribal (kesukuan)," demikian Haifaa Al-Mansour, sutradara perempuan pertama Arab Saudi bertutur setelah filmnya, Wadjda mendapatkan sambutan meriah di Festival Film Venesia pada akhir Agustus 2012. Film karya Haifaa ini menceritakan tentang seorang gadis berusia 11 tahun bernama Wadjda dan keinginannya untuk memiliki sepeda. Namun, di Riyadh, sebuah kota besar di Arab Saudi, perempuan tidak boleh memiliki kemewahan itu. Sepeda adalah dunia laki-laki, dan perempuan mestilah tinggal di dalam rumah. Wadjda ingin melawan tradisi itu. Dia ingin memiliki sepeda untuk berlomba dengan anak laki-laki dan membuktikan bahwa dia bisa menjadi pemenang. Namun ibunya berkata, "Perempuan tidak menaiki sepeda. Kamu tidak akan bisa mengandung dan mempunyai anak jika kau menaiki sepeda". Tapi Wadjda tetap pada keinginannya, dia bahkan mengikuti kompetisi membaca Al-Qur'an dan berencana untuk menggunakan uang hadiahnya untuk membeli sepeda yang harganya 800 Riyal. Selain ingin bisa memiliki sepeda dan berlomba dengan teman-teman laki-lakinya, Wadjda juga senang mendengarkan lagu-lagu pop dan menyukai sepak bola. Dia bahkan memiliki beberapa kaset lagu pop dan gelang suporter sepak bola. Namun hal tersebut membuat Wadjda dimarahi di sekolah. Gurunya melarang Wadjda mendengarkan musik dan menyukai sepak bola. Film ini memotret betapa perlakuan masyarakat Arab Saudi terhadap perempuan dan laki-laki sangat berbeda. Di sekolah, anak-anak perempuan dilarang menyentuh kitab suci Al-Qur'an saat mereka menstruasi, diharuskan memakai kerudung dan mereka juga dilarang tertawa di halaman, sebab suara perempuan dianggap sebagai pemancing hasrat laki-laki. Sementara laki-laki bebas melakukan apa saja tanpa batasan. Proses pembuatan film Wadjda ini pun dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Haifaa bahkan harus bersembunyi di dalam mobil Van saat menyutradarai film ini di Riyadh dan memberikan instruksi kepada kru-nya yang kebanyakan laki-laki melalui walkie-talkie. Semua itu dilakukan untuk menghindari kemungkinan masyarakat Arab yang memprotes, dan menyuruh menghentikan proses pembuatan film itu. Haifaa mengakui bahwa Arab Saudi adalah tempat yang sangat sulit bagi perempuan dan perempuan harus bersatu untuk memperjuangkan kebahagiaannya. Perempuan perlu melakukan hal-hal yang membuatnya bahagia dan bercerita mengenai apa yang ingin dia ceritakan dan dunia sudah siap untuk mendengar. Haifaa Al-Mansour lahir pada 1974 dan merupakan putri penyair Abdul Rahman Mansour yang juga mengenalkan padanya bagaimana melakukan pembuatan film. Haifaa belajar Sastra di American University di Kairo dan belajar Film di University of Sidney. Sebelumnya, Haifaa sudah pernah menyutradarai tiga film pendek yaitu: Who?, The Bitter Journey, dan The Only Way Out. Film The Only Way Out mendapatkan penghargaan di Uni Emirat Arab dan Belanda. Kemudian film dokumenternya yang berjudul Women Without Shadows menceritakan kehidupan seorang perempuan di Teluk Persia dan mendapatkan penghargaan sebagai film dokumenter terbaik di Golden Dagger di Festival Film Muscat dan diputar di 17 festival internasional. Sementara itu, film Wadjda sudah mulai didistribusikan ke Jerman, Swiss dan Perancis, serta akan banyak tempat lagi di masa mendatang. Satu-satunya tempat yang tidak memungkinkan untuk pemutaran film ini adalah di Arab Saudi sendiri, dimana bioskop dilarang di sana. Namun Haifaa berharap hal tersebut akan berubah. Dia menambahkan bahwa membuat perempuan tentang perempuan di Arab Saudi itu tidak semata berarti dia mengatakan bahwa kondisi perempuan di Arab Saudi memang berat, tapi dia juga ingin mengatakan bahwa kondisinya memang berat dan kita harus berjuang agar kondidi ini bisa lebih baik. *Lihat cuplikan film, klik di sini (Sumber: www.guardian.co.uk, www.euronews.com, dan www.alarabiya.net)
alexandra
2/11/2012 03:21:39 am
sampe ke indonesia dan diputer di indonesia ngga? 21/8/2013 06:39:40 am
I really enjoyed reading through the post! I am not familiar with the social and political conditions in Saudi Arabia but I found no reason to feel this task regarding cycling difficult! Anyway thanks for the share! All the best for your efforts! Comments are closed.
|
AuthorDewan Redaksi JP, Redaksi JP, pemerhati masalah perempuan Jurnal Perempuan terindeks di:
Archives
July 2018
|