Pada tanggal 2-4 Desember 2015 saya menghadiri Pertemuan Pakar dalam Jaringan Negara-Negara OKI (The First Expert Meeting of the OIC Network) terkait isu kependudukan, reproduksi, kematian, kelahiran dan kesehatan anak, bertempat di Ankara, Turki, kerjasama OKI (Organisasi Kerjasana Islam) dan SESRIC (Statistical, Economic and Social Research and Training Centre for Islamic Countries). OKI berisi 57 negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, menyebar dalam wilayah yang sangat luas, terbentang di 4 benua—dari Albania di utara (Eropa) sampai Mozambiq di selatan (Afrika)—dari Guyana di barat (Amerika Latin) sampai Indonesia di timur (Asia). OKI (Organisasi Kerjasama Islam) mencakup beragam suku bangsa, menggunakan puluhan bahasa, dan menerapkan ratusan ragam tradisi. Keragaman ini seharusnya menginspirasi OKI untuk menjadi institusi terdepan mengusung perdamaian dalam kemajemukan. Negara-negara anggota OKI menempati 1/6 wilayah dunia, tapi penduduknya mencapai 23% dari total penduduk dunia. Islam merupakan kelompok agama yang berkembang paling cepat di dunia, menyusul Kristen, Hindu, Yahudi dan lainnya. Itulah mengapa isu kependudukan menjadi sangat krusial. Isu ini diduga akan melahirkan berbagai problem, seperti kemiskinan, pengangguran, kelaparan, kesehatan, kematian balita dan ibu melahirkan, penyebaran penyakit serta kerusakan lingkungan. Meskipun sejumlah progress telah diraih oleh negara-negara anggota OKI, namun OKI masih menghadapi problem yang sangat besar terkait kematian ibu melahirkan, pemenuhan hak dan kesehatan reproduksi, kematian bayi dan balita, serta ledakan penduduk. Ada banyak faktor berkelindan sebagai penyebab, diantaranya: kemiskinan, rendahnya pendidikan, buruknya layanan kesehatan, budaya patriarki, korupsi, serta rendahnya dukungan politik dari pemerintah yang dibuktikan dengan kecilnya dana yang dialokasikan negara-negara OKI untuk merespon isu ini. Rata-rata negara OKI hanya menggunakan 4,4 % dari GDP untuk sektor kesehatan, sangat menyedihkan. Namun, hal yang paling mengemuka adalah ketidakadilan sosial.
Forum ini juga membahas pentingnya kerjasama negara-negara OKI dalam menyukseskan target SDG's. Keberhasilan OKI dalam MDG's lalu sangat kecil. Mengentaskan kemiskinan hanya diraih 8 negara (Iran, Kazakhstan, Kuwait, Malaysia, Maldives, Turki, Turkmenistan, dan UAE (United Arab Emirates)). Mengurangi kematian balita hanya diraih 5 negara (Bahrain, Malaysia, Oman, Turki, UAE). Mengurangi kematian ibu hanya dicapai 5 negara (UAE, Kuwait, Malaysia, Bahrain, Turki). Mengurangi HIV/Aids, Malaria dan penyakit lainnya dicapai hanya 2 negara (Turki dan UAE). Menjaga kelestarian lingkungan hanya diraih 2 negara (UAE dan Malaysia). Sumber data: SESRIC 2014. Catatan: Tulisan ini pertama kali diunggah di http://www.megawatiinstitute.org/home/pemikiran/musdah-mulia/399-negara-islam-bicara-kependudukan-dan-kesehatan-reproduksi.html Comments are closed.
|
AuthorDewan Redaksi JP, Redaksi JP, pemerhati masalah perempuan Jurnal Perempuan terindeks di:
Archives
July 2018
|