Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024

Mengapa Hampir Tidak Ada Perempuan Jadi Jenderal?(Renungan Hari Kartini)

21/4/2014

 
Oleh: Sulistyowati Irianto
Dewan Redaksi Jurnal Perempuan
([email protected])
Picture
Apakah karena tidak ada perempuan yang berminat jadi tentara, polisi, atau tidak mampu melakukan tugas-tugas kemiliteran atau polisional ? Bukan, tetapi karena hukum di kemiliteran itu yang membatasi perempuan untuk berkarier maksimal setara seperti laki-laki. Di Angkatan Udara ada seorang perempuan jadi Jenderal, di Angkatan Laut ada satu jenderal perempuan. Di kepolisian pernah ada beberapa polisi perempuan jadi jenderal, dan saat ini mungkin tinggal seorang, yang pernah jadi Kapolda Banten (data ini masih perlu diverifikasi).

Di Angkatan Darat, sepertinya belum pernah ada Jenderal perempuan. Mengapa? Karena ada peraturan yang menyatakan bahwa perempuan boleh menjadi anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, ASAL TIDAK MELUPAKAN KODRATNYA. Artinya, perempuan boleh menjadi ABRI, tetapi dia akan ditempatkan di bagian administrasi dan logistik. Oleh karena itu (hampir) tidak ada yang bisa jadi jenderal karena tidak pernah berpengalaman tempur. Padahal untuk menjadi jenderal, syarat utamanya harus punya pengalaman tempur! Jadi perempuan yang berhasil menjadi jenderal di AU atau AL itu pastilah perempuan super hebat, sehingga tidak bisa dicegah untuk meraih puncak prestasi.

KEPOLISIAN
Kalau kita melihat data tentang struktur jabatan di kepolisian di seluruh provinsi di Indonesia, maka akan didapati semakin tinggi pangkat, semakin banyak laki-laki dan semakin sedikit perempuan. Bahkan di seluruh provinsi, angka perempuan di struktur-struktur tinggi jumlahnya nol. Semuanya didominasi laki-laki. Kemana perempuan? Dalam perekrutan, berapa ribu-pun polisi baru, maka ada kuota bagi perempuan polisi, yaitu 500 saja. Mengapa? Karena katanya kapasitas tempat pendidikan polwan hanya 500. Jadi bila ada rekrutmen polisi di berbagai daerah, berapa ratus pun perempuan yang melamar, maka yang dipilih cuma dua atau tiga perempuan dari setiap daerah.

Padahal ada banyak penelitian mengatakan: polwan sangat diminati masyarakat, karena tidak mudah disogok, bisa mengatasi kejahatan dengan cara yang humanis. Ada tradisi (bukan peraturan tertulis), bahwa bila suami istri menjadi polisi, maka pangkat istri tidak boleh lebih tinggi dari suaminya. Ada beberapa kawan polwan pangkatnya kolonel, kepada mereka ditanya, “Apakah ibu mau jadi Jenderal, tetapi suami ibu tidak jadi Kapolda?” atau “Suami ibu tidak jadi Gubernur Akpol?”. Bisa dipastikan para perempuan itu memilih pensiun sebagai kolonel daripada suaminya tidak menjadi jenderal dan pejabat.

Di beberapa daerah, bahkan di Aceh, saya pernah berjumpa polwan yang mengatakan, "Bu, sebenarnya kami bisa menjaga keamanan, menjaga pilkada, tetapi atasan kami bilang, kamu pulang saja urusi suami dan anak!” Jadi bukan karena perempuan tidak bisa dan tidak mampu, tetapi pembedaan, pembatasan, pengucilan berdasarkan jenis kelamin itu datang dari para tokoh dan pembesar yang berkuasa pula merumuskan berbagai produk hukum di negeri kita.

Wahai para perempuan, jangan pernah berputus asa. Jadilah warga bangsa yang pandai dan berkarakter, mengabdi bangsa dan masyarakat.


Comments are closed.

    Author

    Dewan Redaksi JP, Redaksi JP, pemerhati masalah perempuan

    Jurnal Perempuan terindeks di: 
    Picture
    Picture
    Picture

    Archives

    July 2018
    May 2018
    March 2018
    February 2018
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    June 2017
    November 2016
    July 2016
    June 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    May 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014
    May 2014
    April 2014
    March 2014
    February 2014
    January 2014
    December 2013
    September 2013
    August 2013
    July 2013
    June 2013
    April 2013
    March 2013
    January 2013
    December 2012
    November 2012
    October 2012
    September 2012
    August 2012
    June 2012

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024