Apa yang terjadi saat KPK "dibunuh" perlahan di depan mata kita? Tentu tak bisa kita bungkam. Puisi ini saya tulis tahun 2009 ketika KPK mengalami cobaan yang berat. Kini di tahun 2015, terulang lagi. Namun kali ini komplotan koruptor semakin menguat, pemimpin-pemimpin negeri tak memiliki nyali.
KETIKA BUNDA MELAHIRKAN KORUPTOR malam itu bunda mengerang kesakitan suaranya melolong jauh menukik ulu hati segala sumpah serapah keluar dari mulutnya ditahannya sekuat mungkin kepala yang hendak menyembul tak dihiraukannya air tuban memecah kakinya mengejang, kukunya menggaruk tepi dipan “jangan kau lahir anak jahanam, jangan kau ada anak durhaka…” bunda bertarung sekuat tenaga nada protes tak dihiraukan pihak berotoritas muka angker bermasker mengikat tubuh bunda suntikan demi suntikan dipaksakan bunda sudah jadi terdakwa demi kepentingan bersama katanya, demi keamanan semua “jangan kau paksakan kehendak, jangan kau main kuasa…” bunda bangkit seketika membebaskan diri matanya merah menyala dipandangnya semua sekeliling ruangan jelas mereka telah berkomplot membela anak setan bunda berjongkok sambil meludah rambutnya tergerai, payudaranya bergayut “jangan kau hina diriku, jangan kau ambil nyawaku…” secepat kilat bunda menyambar gunting persalinan dirobeknya perut yang besar membuncit anak itu lahir di tengah genangan darah tali pusar menjerat dirinya melilit anaknya segerombolan penguasa bergegas memutusnya dan lepas mereka tertawa, operasi berhasil bunda terdiam bunda tersungkur lemah hanya ada pesan lirih terdengar: “namanya Koruptor, ia lahir hasil selingkuh para pejabat bejad…” bunda terbujur kaku. 14 November 2009.
gandhi
11/2/2015 03:08:40 pm
Ini namanya Puisi revolusioner ffrontal atas kemunafikan
ira aribasah
16/2/2015 11:03:30 pm
Vulgar amat Dis. Rasanya seorg ibu hanya melahirkan Ч∂ŋƍ baik2 saja. Kan ada pepatah; "bukan salah Bunda mengandung".. AHOI.! Comments are closed.
|
AuthorDewan Redaksi JP, Redaksi JP, pemerhati masalah perempuan Jurnal Perempuan terindeks di:
Archives
July 2018
|