![]() Oleh: Atnike Nova Sigiro Rubrik: Profil pada JP 109 Kekerasan Seksual dan Ketimpangan Gender Diah Pitaloka, perempuan anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan daerah pemilihan Jabar 3, Kabupaten Cianjur – Kota Bogor. Diah Pitaloka saat ini mengetuai Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia periode 2020 – 2024. Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia merupakan forum anggota parlemen perempuan lintas partai yang memperjuangkan isu-isu perempuan dan kelompok marginal lainnya di DPR RI. Kepengurusan Keanggotaan Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia juga melibatkan para perempuan anggota Dewan Perwakilan Daerah RI. Menurut Diah, persoalan perempuan merupakan persoalan bersama, baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan itu sendiri. ![]() *Tulisan ini pernah dimuat dalam Wawancara pada JP 107 Perempuan dan Pandemi Covid-19 Dr. Pinky Saptandari saat ini adalah Dosen Senior di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIP Unair Surabaya. Ia mengampu mata kuliah Antropologi Gender & Seksualitas, Antropologi Pembangunan, Antropologi Kesehatan & Gizi, Antropologi Psikologi & Psikiatri dan Antropologi Hukum. Pinky menempuh studi S1 bidang Sosiologi di Universitas Airlangga, lalu meneruskan pendidikan S2 bidang Antropologi di Universitas Indonesia. ![]() Oleh Gadis Arivia “I want to live like a butterfly in the sun.” Ini bukan ungkapan Toeti Heraty tapi ungkapan Margaretha Zelle atau Mata Hari, penari perempuan di tahun 1917 yang dituduh telah membunuh 50.000 tentara Perancis. Ia memiliki pacar-pacar yang berpengaruh di berbagai negara, cerdas luar biasa serta menjadi mata-mata terkenal. Toeti Heraty tentu tidak pernah menjadi mata-mata, hanya sekali ia mencoba melakukan kegiatan mata-mata, ketika itu ia benar-benar ingin mengetahui apa yang akan dilakukan komunitas yang mencintainya untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-70. Kegiatan mata-mata tersebut sukses. Karlina Supelli: Pemahaman Kesejarahan Gerakan Perempuan Penting dalam Memaknai Kebangsaan*16/4/2021
![]() *Artikel Wawancara ini dimuat dalam JP 98 Perempuan dan Kebangsaan Dr. Karlina Supelli adalah salah satu filsuf perempuan Indonesia. Saat ini Karlina merupakan dosen tetap pada Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara. Perempuan kelahiran Jakarta, 15 Januari 1958 ini memiliki minat yang mendalam pada kosmologi dan filsafat. Sebelum menggeluti bidang filsafat Karlina dikenal sebagai ahli astronomi, 15 tahun lamanya ia bertekun pada bidang tersebut. Pergelutannya dengan ilmu kosmologi melahirkan pertanyaan dalam diri Karlina tentang bagaimana suatu bermula. Kegelisahan inilah yang menjadi titik pijaknya untuk mengenal, memahami dan setia pada filsafat. Lita Anggraini: Bias Kelas Masih Menjadi Hambatan Besar dalam Advokasi RUU Perlindungan PRT*15/2/2021
![]() *Catatan: Tulisan ini telah diterbitkan dalam JP 89 Rancangan UU Penghapusan Kekerasan Seksual (2016) Lita Anggraini dikenal sebagai aktivis perempuan yang gigih memperjuangkan isu Pekerja Rumah Tangga (PRT). Ia bersama kawan- kawan PRT dan para aktivis ada dalam proses advokasi Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT) selama 13 tahun yang hingga kini belum juga diundangkan. Tiga kali pergantian presiden dan tiga kali pula pergantian jajaran wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak menyurutkan Lita yang menjabat sebagai Koordinator Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT) untuk mewujudkan kebijakan yang memberikan perlindungan dan situasi kerja yang layak bagi PRT. ![]() Sudah dua dekade Azriana Rambe Manalu aktif di gerakan perempuan baik sebagai pengacara probono bagi perempuan korban kekerasan maupun sebagai aktivis perempuan yang membela dan memperjuangkan hak-hak perempuan dan kelompok minoritas. Pada April 2015 Azriana terpilih sebagai Ketua Komnas Perempuan, lembaga negara yang berfokus pada upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan penegakan hak-hak perempuan, untuk periode 2015-2019. Posisinya saat ini sebagai Komisioner Komnas Perempuan bukanlah kali pertama, pada 2007 hingga 2009 ia juga tercatat sebagai Komisioner Komnas Perempuan. ![]() Abby Gina Redaksi Jurnal Perempuan abbygina@jurnalperempuan.com Menurut Ibu apakah kerentanan PRT dan PRT Migran berhubungan langsung dengan persoalan gender? Di mana belum ada kesetaraan gender maka hak-hak perempuan pasti sulit untuk didapatkan dan harus terus diperjuangkan. Menurut saya hubungannya sangat erat karena sebagian besar PRT dan buruh migran adalah perempuan, yang sering mengalami tindak kekerasan baik fisik, psikis maupun seksual. Di masyarakat PRT sebagai salah satu kerja perawatan masih sering dipandang sebelah mata, bukan profesi yang menguntungkan, padahal profesi PRT dan khususnya PRT migran memberikan devisa bagi negara. ![]() Anita Dhewy Jurnal Perempuan anitadhewy@jurnalperempuan.com Gunretno adalah petani sekaligus koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) yang bersama komunitasnya Sedulur Sikep, gigih mempertahankan tanahnya dan menolak pendirian pabrik semen PT Semen Gresik di Sukolilo, Pati pada 2006. Perjuangan Gunretno dan Sedulur Sikep membuahkan hasil dengan dimenangkannya gugatan mereka di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dan Mahkamah Agung pada 2009. Kemenangan ini diikuti dengan ditetapkannya kawasan karst pegunungan Kendeng di Sukolilo sebagai kawasan lindung oleh pemerintah. ![]() “Sebetulnya saya dilematis. Satu sisi saya harus dibebani tanggung jawab memberi nafkah. Kalau saya tidak memberi nafkah, saya salah. Perempuannya (pasangan-red) sebetulnya bisa memberi nafkah, tapi ini juga menjadi beban buat saya. Tradisi mengatakan kewajiban memberi nafkah adalah laki-laki, mengapa tidak sama-sama saja.” (KH. Husein Muhammad) ![]() Waktu itu saya bertanya, “Apakah Anda tidak risau bahwa Anda dicari-cari oleh polisi dan sejumlah aparat dari berbagai negara?” Khun Sa waktu itu menjawab, “Saya bukan bandit, saya bukan teroris, tetapi saya juru selamat ratusan petani di daerah ini,” ujarnya. (Yuli Ismartono, 2003) Kutipan di atas adalah salah satu isi percakapan antara Yuli Ismartono dan Khun Sa seorang “Raja Opium” yang sangat disegani di wilayah Segitiga Emas (golden triangle), yaitu terletak di antara negara Burma, Laos dan Thailand. Bertemu dengan Raja Opium adalah pengalaman jurnalistiknya yang paling dikenang sekaligus sebuah prestasi tersendiri. |
AuthorRedaksi Jurnal Perempuan Archives
March 2023
Categories |