Oleh: Citra Benazir
"Pakai baju yang tertutup rapi ya nduk, teman kerja bapakmu mau ke rumah sore nanti." Siapa yang pernah mendengar ucapan seperti ini? Siapa? Pasti perempuan saja Perempuan saja kan Alya Fathinah
“Neng, sekarang mah cuaca panas banget ya,” ujar penjual es jeruk sambil menyiapkan minuman pesananku. “Iya, bener banget pak makanya aku juga beli es jeruk nih biar seger,” aku menimpali ucapan sang bapak yang sok akrab. “Alhamdulillah, itu rezeki buat bapak. Tapi yang sedih mah kalau tiba-tiba ujan deres jadi bapak teh harus cepet-cepet beresin roda, cari tempat yang teduh. Abis raat1 dagangan enggak laku da mereun teu nyambung nya tiris-tiris minum es2,” keluh sang bapak tentang nasibnya. “Atuh mun caang wae oge karunya tukang bajigur, sekoteng, bandrek icalanana teu laku-laku3,” jawabku sembari bercanda. Oleh: Adjie Valeria Christiasih
Desa mengheningkan cipta Pada lampu-lampu kota Terang lampu itu, Menjadi pemandangan di kota Tetapi, tak lagi di desa-desa Yang kian ironi kondisinya Andina Dwifatma
Sepulang dari swalayan, Ira melihat Martin sedang berjongkok di atas rumput taman belakang rumah mereka. Martin mengenakan kaus putih yang tampak basah dan lengket di bagian punggung. Kedua tangannya sibuk mengotak-atik sesuatu. “Martin,” panggil Ira. “Cepat ke sini dan lihat ini!” balas Martin tanpa menoleh. Ira bergegas menghampiri dan ikut berjongkok menghadapi seekor burung nuri kepala hitam. Martin sedang berusaha memasang mangkuk minum di pinggir kandang. Di punggung tangan Martin ada bekas-bekas luka. Oleh: Linda Tagie
Telah ribuan tahun kami membaca kalender yang membentang pada biru langit yang ditorehkan lentik jemari rasi bintang pada setiap purnama “Langit juga bisa baomong*, asal kau tahu cara memahaminya” kata nenek sembari bangun meninggalkan alat tenunnya di bawah balai-balai Ia beranjak ke halaman depan tangan kanannya meraih anyaman kerigi** yang belum selesai di ujung kelaga rai*** dengan sigap Oka Rusmini
Mungkin tanah Bali tak punya peta leluhur di matamu atau hidup tak pernah mengajari keindahan. Daun-daun yang sering dipetik para leluhur di pinggir kali Badung tak pernah mendongengkan silsilah padamu. Aku ingat ketika kanak-kanak air kali itu bercerita banyak padaku dan leluhur duduk dekat kali menjulurkan kaki, kain mereka dibiarkan basah air kali memandikannya dengan riang aku sering berlari dengan sepeda roda tiga mengitari kali. Pohon kelapa mengajari dongeng sebuah Pura katanya, aku harus tahu silsilah tanah. Beratus tumbal telah diciptakan para pemilik tanah. Oleh: Rachmawati Ariany
Nafasku pagi ini penuh Hilang sudah semua peluh Tak ada lagi letih kesuh Segar...damai...bahagia utuh Sesaat kembali bekerja Memanen buah dari pohon dengan lebatnya Gemericik air mengalir di sungai seberang Kicauan burung bersahutan melengking Oleh: Zubaidah Djohar
Mungkin bagi kalian sungai Pinto Sa surga terindah menghempas lelah Melautkan tawa di lingkar kekasih hati Untuk Ibu Toeti Heraty
Oleh: Embun Kenyowati Ekosiwi Sehelai selendang telah hilang dalam sebuah perjalanan, selendang yang selama perjalanan melingkari badan. Ketika sehelai selendang telah hilang orang berpikir, menerka dan bertanya-tanya, siapa yang telah mengambilnya, ataukah tertinggal, atau terjatuh di mana di suatu tempat, di suatu masa Oleh Dian Paramita Sastrowardoyo Setiap kali sebuah mikrolet berlalu di hadapanku, aku tak bisa tak teringat masa kecilku. Masa-masa ketika aku mengisi siang yang terik dan sepi dengan bermain dengan bonekaku. Di dalam kamar itu.
Siang itu sama seperti hari-hari sebelumnya, aku asyik menyisir rambut Barbie, yang rambutnya kelak dipotong lagi setelah sekian kali berganti model, tanpa merasa kesepian. Selalu saja ada ‘seseorang’ yang kurasa menemaniku. Aku cukup menikmati saat-saat seperti itu. Aku rasa mbak Tri, asisten rumah tangga kami, tidak memahami apa saja yang sedang berlangsung di dalam kepalaku, termasuk ketika dia sering menemukan aku tengah berbicara sendiri dalam kesendirian. |
AuthorKumpulan Cerpen Archives
July 2023
Categories |