Rumah adat masyarakat Sahu | Dok. Jeane Prescilia Pakka Jeane Prescilia Pakka (Mahasiswa S-2 Sosiologi Agama, Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana) Tubuh perempuan sejak lama menjadi ruang tempat berbagai tafsir sosial bertarung. Bukan hanya soal daging dan darah, melainkan simbol nilai, kehormatan, dan moralitas yang dikontrol oleh sistem budaya. Di banyak masyarakat tradisional, tubuh perempuan dianggap sebagai penanda keseimbangan sosial di mana tubuh yang harus dijaga, ditata, dan diawasi demi mempertahankan kehormatan komunitas. Namun, di balik penghormatan itu tersembunyi kuasa yang menundukkan. Perempuan disatu sisi dimuliakan, tetapi juga dibungkam oleh tafsir adat yang didominasi oleh suara laki-laki.
0 Comments
Dok. Rumah Produksi Ester Veny Novelia Situmorang (Mahasiswa S-1 Filsafat, Universitas Gadjah Mada) Di tengah gedung bergaya futuristik, sebuah operasi persalinan tengah dilakukan oleh dua orang dokter perempuan. Dari ujung kepala hingga kaki, kedua dokter ini dibalut dengan pakaian medis berwarna merah, menyatu dengan warna darah yang keluar dari bekas hasil sayatan perut perempuan hamil yang perlu mereka selamatkan. Kedua dokter ini adalah Elliot dan Beverly Mantle, dua perempuan kembar yang memilih pekerjaan sebagai dokter kandungan dan membangun sebuah fasilitas kesehatan ibu hamil dan persalinan. Dok. Inun Fariha Nuhba Inun Fariha Nuhba (Mahasiswa S-2 Kajian Wanita, Universitas Brawijaya) Ketimpangan akses dan peran gender di komunitas marginal bukanlah sekadar isu sosial biasa, melainkan permasalahan struktural yang mencerminkan relasi kuasa yang timpang dalam masyarakat. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat Gender Inequality Index (GII) sebesar 0,447 pada tahun 2023, menurun 0,012 dari tahun sebelumnya. Angka ini menunjukkan adanya perbaikan, namun kesenjangan yang signifikan masih tetap ada dan nyata. Dalam konteks tersebut, transformasi sosial yang sensitif gender dan inklusif menjadi proses penting yang melibatkan pemberdayaan semua kelompok, khususnya perempuan, agar dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan pendidikan (Beauvoir, 2010). Dok. Jurnal Perempuan Khairullah Arsyad (Mahasiswa S2 Universitas Hasanuddin) Kita hidup dalam zaman yang penuh akan pergulatan globalisasi, persaingan akademik, dan tuntutan akan kesetaraan. Universitas, sebagai ruang berpikir kritis, seharusnya menjadi tempat yang aman dan adil bagi semua. Universitas, sebagai ruang berpikir dan pembentuk kesadaran kritis, tidak luput dari berbagai ketimpangan struktural dan budaya yang cenderung mempertahankan hierarki kuasa antara dosen dan mahasiswa, laki-laki dan perempuan, maupun antara lembaga dan individu. Di balik semangat meritokrasi dan prestasi, sering tersembunyi praktik-praktik eksklusi, diskriminasi, hingga kekerasan simbolik yang membatasi hak dan ruang aman, terutama bagi mahasiswa perempuan. Dok. Penerbit Sitti Nurliani Khanazahrah (Pendiri Rumah Kajian Filsafat Makassar, Pembina Komunitas Literasi Perempuan Makassar) Untuk pemesanan buku melalui pengembaraanpikiran.blogspot.com Tak bisa disangkal, kita hidup dalam dunia yang gemar memberi batas. Antara laki-laki dan perempuan, antara Muslim dan non-Muslim, antara yang disebut saleh dan yang dituduh sesat. Dalam realitas yang sarat sekat itu, buku ini hadir seperti hujan pertama yang menyapa tanah kering. Membawa harapan, menyuburkan dialog, dan merayakan perjumpaan. Perjuangan Wollstonecraft: Melawan Pernikahan Dini dan Menuntut Hak Pendidikan Anak Perempuan25/6/2025 Dok. Penulis Khairullah Arsyad ( Mahasiswa S2 Universitas Hasanuddin) Pernikahan dini sebagaimana menjadi kenyataan pahit yang dialami oleh jutaan anak perempuan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Di balik alasan adat, moralitas, dan kesopanan, praktik ini terus hidup dan merampas masa depan anak-anak yang seharusnya sedang duduk di bangku sekolah. Angin segar perlahan mendera dengan melihat data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia yang menunjukkan bahwa angka perkawinan anak menurun menjadi 6,92 persen pada tahun 2023, melampaui target RPJMN sebesar 8,74 persen (Kemen PPPA, 2024). Namun, itu bukan salah satu alasan selesainya problematika pernikahan dini yang semakin hari timbul ke permukaan. Dok. Jihan Nur Salsabila Jihan Nur Salsabila (Mahasiswa S-1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) Dalam realitas hari ini, kita dihadapkan pada kerusakan dan ketimpangan yang semakin menjalar setiap harinya. Hutan yang rimbun dengan pepohonan disulap menjadi tambang hanya dalam waktu yang singkat. Mesin-mesin besar mengeruk tanah sedalam-dalamnya, mencari untung di dasar bumi. Hewan-hewan kehilangan ruang hidupnya dan dipaksa musnah. Pabrik-pabrik besar mengirim limbahnya ke sungai-sungai sumber kehidupan. Kebutuhan pangan tidak lagi dihasilkan dari kebun sendiri, melainkan dari toko-toko yang disuplai oleh kapitalis. Perlahan, narasi tentang alam sebagai sumber kehidupan terasa semakin samar dalam keseharian. Dok. Ningdyah Lestari Ningdyah Lestari (Mahasiswa S-1 Ilmu Filsafat, Universitas Indonesia) Kekerasan seksual telah menjadi persoalan pelik yang menghantui berbagai sendi masyarakat Indonesia, tak terkecuali lingkungan pendidikan tinggi. Kampus, yang semestinya menjadi ladang ilmu dan ruang aman untuk tumbuh dan mengembangkan potensi, sering kali justru menjadi area praktik-praktik kekerasan yang tersembunyi di balik tabir akademik. Menurut data dari GoodStats, per 12 Desember 2024, kasus kekerasan seksual di ranah perguruan tinggi mencapai 78 persen dari total keseluruhan kasus yang termasuk dalam kategori "tiga dosa besar" pendidikan (kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi) antara tahun 2021–2024. Data ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi menjadi lingkungan pendidikan dengan kasus kekerasan seksual terbanyak. Dok. Khairullah Arsyad Khairullah Arsyad (Mahasiswa S2 Universitas Hasanuddin) You adalah serial thriller psikologis yang tayang perdana di Lifetime pada 2018 sebelum pindah ke Netflix mulai Season 2. Serial ini diadaptasi dari novel berjudul sama, You (2014) karya Caroline Kepnes, dengan sekuelnya Hidden Bodies (2016) menjadi dasar Season 2. Dok. Gloria Sarah Saragih Gloria Sarah Saragih (Mahasiswa S1 Ilmu Filsafat, Universitas Indonesia) Di tengah dunia yang dikuasai kapitalisme, patriarki, rasisme, dan berbagai sistem penindasan lainnya, istirahat seringkali dipandang sebagai kemewahan atau kelemahan. Namun, bagi kelompok rentan, istirahat bukan sekadar jeda dari kerja, melainkan sebuah tindakan politis. Istirahat adalah bentuk perlawanan terhadap tekanan sistemik untuk terus berproduksi, beban ganda yang dihadapi oleh perempuan, norma-norma gender yang menindas, dan eksploitasi yang tidak berkesudahan. Istirahat melampaui kebutuhan personal dan memasuki ranah politis. Dengan beristirahat, bukan sekedar ketidakhadiran dari aktivitas, tetapi juga sebuah tindakan radikal melawan sistem yang mengkomodifikasi tubuh serta memperpetuasi kelelahan. Istirahat akan diposisikan sebagai elemen fundamental dari perawatan diri (self-care) dan keberlangsungan komunitas. |
AuthorSahabat Jurnal Perempuan Archives
October 2025
Categories |










RSS Feed