Dalam masyarakat keturunan Tionghoa ada pepatah yang kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya: “Kasih ibu seperti air yang mengalir tiada berhenti. Kasih anak kepada ibu hanya seperti hembusan angin yang berlalu”. Aku punya seorang mama yang cantik, tangguh, kuat, seorang mama yang tidak gampang menyerah pada keadaan apapun juga, seorang mama yang selalu berusaha memberikan yang terbaik buat anak-anaknya. Mamaku selalu bercerita kalau mama sejak masa mudanya selalu menjadi anak yang dapat diandalkan orang tua, yang bekerja keras siang dan malam untuk mencukupi kebutuhan keluarga, membiayai uang sekolah sendiri dan merawat adik-adik mama yang lain karena mama adalah anak pertama dalam keluarganya. Sampai mama menikah pun hari-harinya dilewati dengan penuh perjuangan. Punya papa yang seorang pejudi berat dan tidak bisa diandalkan, buat mama harus bekerja lebih keras lagi untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Mama adalah orang yang tidak pernah mau ataupun mengandalkan orang lain. Jadi, mama buka usaha dengan menjual bubur, masakan matang, kelapa parut, ayam potong, dan jual buah nanas. Setiap pukul 4.00 pagi mama sudah bangun untuk mempersiapkan barang dagangannya. Hingga pukul 9.00 pagi, mama baru selesai dagang, dan ia setelah itu ia baru bisa beristirahat. Tidak terasa 14 tahun berlalu dengan aktivitas yang selalu sama, sampai aku lulus dari SMP, mama memutuskan untuk meninggalkan Indonesia. Dia pergi ke Taiwan dan bekerja sebagai perawat orang tua. Mama pergi dengan membawa satu cita-cita: kelak mama akan membeli rumah yang besar dan punya usaha yang lebih baik untuk dijadikan investasi di masa tuanya. Mama adalah tipe orang yang tidak ingin menyusahkan anak-anaknya. Selama tiga tahun mama pergi bekerja di Taiwan, seminggu sebelum aku menikah, mama akhirnya terpaksa pulang karena statusnya imigran gelap. Mama tertangkap polisi jadi mama dipulangkan ke Indonesia. Mama pulang dengan tangan kosong. Impian untuk membeli rumah pun hilang karena selama tiga tahun bekerja, gaji mama selalu diminta sama papaku yang seorang pejudi ini. Awalnya, mama pergi dengan berbadan gemuk, ketika pulang badannya kurus. Setelah aku menikah, mama memilih untuk tinggal bersamaku. Selama aku menikah, aku dianugerahi empat anak oleh Tuhan. Anak-anakku dari bayi selalu bersama mama. Mereka selalu diberikan kasih sayang oleh mama. Bisa dibilang: selalu dimanja. Apapun yang cucunya inginkan, mama selalu kasih. Tidak pernah ada kata “tidak” dari mulut mama. Sampai aku dan suamiku tertangkap dan mendekam di penjara, mama tetap selalu sabar dalam situasi apapun. Suamiku dipenjara selama satu tahun dua bulan. Dan, selama itu mama berjuang sendiri untuk merawat anak-anakku, membiayai sekolah anakku, membiayai kebutuhanku dan kebutuhan suamiku selama di penjara. Setelah suamiku bebas mama masih tetap berjuang untuk membiayai kebutuhanku di tempat ini. Ia selalu menanti kepulanganku. Sampai pada Selasa malam, 13 Agustus 2019, mama jatuh sakit tidak sadarkan diri. Ia koma. Tiga hari kemudian, Jumat, 16 Agustus 2019, pukul 09.00 pagi mama telah pergi jauh ke tempat yang tidak bisa aku gapai. Mama tidak akan kembali lagi. Dunia seakan runtuh setelah mendengar kabar itu karena aku belum siap mama pergi. Aku belum membahagiakan mama. Masih banyak hal yang ingin aku lakukan bersama mama. Tapi mau bagaimana lagi? Tuhan berkehendak lain. Kini yang aku tahu hanya perjuangan mama sudah berakhir. Pengorbanan mama sudah terlalu banyak buat aku. Waktunya mama istirahat dengan tenang di sana. Satu hal yang aku tahu: mama dan kenangannya selalu hidup di hatiku. Aku adalah orang yang sangat beruntung karena Tuhan memberikan aku seorang Wonder Woman dan itu adalah mama. Sekarang aku ingin menjadi perempuan yang tangguh, kuat, tidak mudah putus asa, dan tidak mudah menyerah pada keadaan. Aku ingin menjadi seorang mama yang selalu dibanggakan oleh anak-anakku. Sama persis seperti mamaku yang sekarang ada di surga. Kalau ditanya orang, “Achen siapa idolamu?”, aku akan menjawab dengan pasti: “Mama”. karena tidak ada yang seperti mama di dunia ini. Mama adalah yang terbaik dan tidak bisa digantikan oleh apapun dan siapapun. Terima kasih mama sudah melahirkan aku, sudah menyayangi aku, sudah berkorban banyak bagiku. Aku cinta mama. Biar Tuhan memberikan tempat yang terbaik untuk mama. Catatan: Tulisan ini merupakan hasil karya dari narapidana perempuan yang mengikuti kelas menulis #SURATPROJECT #SuaraPerempuanDariBalikSekat yang diselenggarakan oleh Jurnal Perempuan, LBH Masyarakat, Magdalene.co, dan Konde.co di dalam Lapas. Nama penulis yang tercantum adalah nama pena yang telah disetujui secara sadar oleh para Narapidana, dimana kami selaku penyelenggara program sebelumnya telah memberikan informasi dalam lembar persetujuan publikasi.
Comments are closed.
|
AuthorKumpulan Cerpen Archives
October 2024
Categories |