Yayasan Jurnal Perempuan (YJP) dan Yayasan Toeti Heraty Roosseno (YTHR) kembali meluncurkan Toeti Heraty Scholarschip (THS) sebagai wujud dukungan konsisten untuk pendidikan tinggi bagi perempuan Indonesia. Sebagaimana tahun sebelumnya, kegiatan peluncuran THS 2023 tersebut dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom, pada Kamis (13/7/2023). Peluncuran tersebut tidak hanya menjadi momentum pewartaan para penerima beasiswa THS 2023 saja, tetapi juga menyertakan diskusi publik dengan tajuk “Pendidikan Tinggi Perempuan dan Penguatan Aktivisme Feminis” yang mengundang Sulistyowati Irianto, dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia, selaku pembicara. Peluncuran THS 2023 turut menghadirkan tiga pemberi sambutan; Migni Noerhadi selaku Ketua YTHR, Abby Gina selaku Direktur Eksekutif YJP, Darwin Cyril Noerhadi selaku Dewan Pengawas YJP, serta moderator yang membersamai keseluruhan rangkaian acara, Iqraa Runi. Iqraa yang juga berperan sebagai koordinator THS mengawali pengantarnya dengan menjelaskan apa yang menjadi bahan evaluasi pada tahun pertama dan rangkaian proses seleksi tahun kedua. “Pada tahun lalu kami menemukan bahwa kekurangan yang paling tampak adalah tidak adanya representasi perempuan dari Indonesia Timur,” terangnya. Oleh karena itu, Iqraa menambahkan bahwa pada tahun kedua ini, THS membuka jalur afirmasi bagi mahasiswi-mahasiswi Indonesia Timur dengan memperluas cakupan bidang kajian yang tidak hanya terbatas pada filsafat dan kajian gender, tetapi juga bidang sosial-humaniora, dengan catatan kepemilikan pengalaman atas aktivisme gender sebagai kriterianya. Setelah melalui serangkaian proses seleksi, Iqraa menyebut bahwa kemudian terhimpun 10 kandidat yang terdiri atas lima mahasiswa Strata-2 dan lima mahasiswa Strata-1 yang dua di antaranya berasal dari Indonesia Timur. Cyril, dalam sambutannya, menerangkan kisah-kisah aktivisme yang dibagikan oleh para kandidat dalam wawancara bersamanya, mulai dari advokasi terhadap kasus kekerasan seksual, penerjemahan naskah tokoh perempuan yang terlupakan, partisipasi program-program United Nations Children's Fund (UNICEF), hingga kampanye rutin pada sosial media. Pada akhir sambutannya, Cyril meresmikan ke-10 nama penerima beasiswa THS 2023, yang di antaranya adalah Dian Aditya Ning Lestari, Asri Pratiwi Wulandari, Lisa Aulia, Fadilla Dwianti Putri, Maria Noviyanti Meti, Merlinda Santina Ximenes, Dian Agustini, Kezia Krisan Putri Harsono, Hany Fatihah Ahmad, dan Dwi Rizky Atiqah Nurcahya. Keberadaan THS 2023 sebagai dorongan pendidikan tinggi bagi perempuan disampaikan oleh Abby dalam sambutannya. Hal ini juga menjadi upaya menepis stigma misoginis mengenai kapasitas intelektual perempuan, terutama ketika masih banyak kelompok masyarakat yang mengandaikan bahwa pendidikan pada perempuan merupakan ‘investasi’ sia-sia. Hal ini dibenarkan oleh Merlinda Santina Ximenes, perwakilan penerima beasiswa THS 2023, yang menyebut bahwa disparitas gender dalam pendidikan di Indonesia Timur, utamanya Nusa Tenggara Timur, masih sangat besar. Ia menyayangkan hal tersebut karena bagi Merlinda pendidikan merupakan upaya pengembangan potensi untuk menentukan arah hidupnya dan membawa perubahan pada tingkat yang lebih luas. “Educate a woman and you educate the nation. Artinya, pendidikan bagi perempuan membentuk masyarakat secara keseluruhan. Ia mengubah bukan hanya pada diri sendiri, tetapi juga keluarga, komunitas, dan masyarakat,” tegas Merlinda. Rangkaian acara berikutnya merupakan diskusi publik yang dipantik oleh Sulistyowati Irianto dengan judul materi “Women and Knowledge”. Dalam penjelasan Sulistyowati, ia menyebut pada ketiadaan akses pengetahuan untuk perempuan bukan hanya disumbang oleh faktor ekonomi semata, melainkan juga terdapat hukum yang mengakomodasi hal tersebut. “Fokus dari hukum di Indonesia hanya pada teks, tetapi tidak melihat lebih jauh pada substansi mengenai keadilan perempuan,” ujarnya.
Oleh karena itu ia bersama CEDAW Working Group Indonesia berupaya untuk mengarusutamakan gender dalam kurikulum-kurikulim di fakultas hukum Indonesia. Sulistyowati juga menambahkan berdasarkan pengalamannya melaksanakan program-program berbasis universitas merupakan literasi hukum (legal literacy) dan juga produk-produk afirmasi gender seperti yang dilakukan oleh THS secara anual yang membentuk sisterhood. Senada dengan yang disampaikan Sulistyowati, Abby menyampaikan harapannya untuk program THS tidak hanya berhenti pada bantuan dana pendidikan, tetapi lebih lanjut dapat menjadi ruang untuk membangun solidaritas lingkaran feminis yang aman. (Ayom Mratita Purbandani) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |