
Kematian dari salah seorang tokoh perempuan Suffragette menjadi awal dari pembahasan diskusi dengan pemantik Karina Roosevita (Seniman dan Peneliti) dan dimoderatori oleh Makrus Ali (Staf Bidang Perempuan dan Politik Yayasan SATUNAMA). Dalam diskusi tersebut Karina menyampaikan bagaimana kaitanya film Suffragette dengan hak perempuan pada saat ini. “Perhatian media, martir, kesatuan suara, yang ada dalam film Suffragette bisa menjadi strategi penting yang patut dicontoh oleh pergerakan perempuan saat ini”, ujar Karina dalam paparannya. Tidak hanya strategi yang harus diperhatikan dalam film tersebut menurut Dr. Phill. Lukas S. Ispandriarno (Dosen FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta) film Suffragette membangkitkan kembali perempuan agar menjadi militan.
Selain mengungkap pandangannya kepada peserta diskusi, Karina juga mengaitkan Suffragette dengan realita hak perempuan pada saat ini, khusunya pada bidang industri film yang secara langsung dialami Karina selama proses menjadi seorang penulis skenario. Dengan demikian Karina menyimpulkan bahwa diskriminasi terhadap perempuan secara struktural memang telah dialami sejak dahulu bahkan hingga saat ini, sehingga untuk memperjuangkannya perempuan harus bersatu dan bergerak bersama. (Nur Khofifah)