Pada hari Sabtu (30/5/2015) di acara Pelatihan Media Meliput LGBT, Rocky Gerung berbicara mengenai jurnalisme yang adil. Dalam acara yang diselenggarakan oleh Jurnal Perempuan, Hivos dan Ardhanary Institute di Casakhasa Bistro Garden, Kemang Utara, Rocky mengatakan bahwa tulisan merupakan alat untuk melakukan konfrontasi terhadap isme-isme hari ini. “Oleh karena itu melalui tulisannya, jurnalis bertugas menemukan apa yang disembunyikan oleh peradaban”, papar Rocky. Rocky memaparkan bahwa di dalam sejarah panjang peradaban Yunani sampai hari ini, advokasi Feminisme yang diiringi dengan eksplorasi teoretis telah menghasilkan perubahan di dalam demokrasi, yaitu diakuinya pengalaman dan hak pilih perempuan. Demokrasi dianggap bekerja sejauh adanya rasionalitas, sementara rasionalitas dianggap hanya dimiliki oleh laki-laki. Perempuan tereksklusi, menjadi non-existent dan tidak memiliki hak. Perubahan terhadap hal itu terjadi melalui evolusi pikiran, meski sampai hari ini misoginisme masih hidup. Pada hari ini konfrontasi yang ada adalah konfrontasi gagasan melalui tulisan. Bagi Rocky harus ada affirmative action di dalam jurnalisme melalui subversi di dalam penulisan dan menyelundupkan justice di dalam reportase. Pemberitaan yang berimbang harus mengangkat apa yang dipinggirkan sehingga masyarakat memahami bahwa ada diskriminasi ketika kita mencoba menyingkirkan yang satu di dalam oposisi biner. Seringkali kita bereaksi terhadap sesuatu tanpa melihat persoalannya, seperti kebijakan-kebijakan tentang “darurat minuman keras” atau “darurat pornografi” padahal sesungguhnya yang darurat itu terdapat pada cara berpikir masyarakat. Ketika ada perbedaan pengalaman, masyarakat menganggap hal itu sebagai “darurat”, sama halnya pada “darurat lesbian”. Peran jurnalisme adalah memberitakan secara berimbang melalui pemberitaan yang menggunakan perspektif ketertindasan. Pada hari ini kita sudah bisa menemukan mata kuliah Queer Theory yang meminta kita untuk menghormati perbedaan. Penghormatan itu juga harus dilakukan oleh negara. Selama ini kita melihat bahwa etika mengalami evolusi, dahulu perempuan, buruh, anak-anak tidak memiliki hak, dan pada hari ini queer. Negara harus menghormati adanya perbedaan pengalaman itu. Jika negara masih merasa terganggu, artinya negara masih patriarkis. Bagi Rocky, “Dunia tidak sesempit tajuk rencana koran, oleh karena itu jurnalis harus think the unthinkable.” (Lola Loveita) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |