Banyak studi membuktikan, ancaman krisis iklim berdampak buruk pada perempuan. Sebabnya, banyak perempuan yang berada dalam situasi yang lebih rentan apabila krisis iklim terjadi. Perempuan, terutama di wilayah desa, berinteraksi langsung dengan alam untuk kebutuhan sehari-hari, terutama untuk urusan domestik. Dalam berbagai kesempatan, agensi perempuan menunjukkan ikatan yang kuat dengan alam sekitarnya, seperti ketika ibu-ibu di Kendeng menolak pembangunan pabrik semen di desa mereka karena akan merusak lingkungannya. Perempuan menjadi aktor penting dalam melawan kerusakan iklim dan lingkungan. Di tengah ancaman krisis iklim dan eksploitasi alam yang tengah kita hadapi, menjadi penting untuk menerapkan gaya hidup berkelanjutan. Pada tingkat terkecil, kita dapat mempraktikkan gaya hidup berkelanjutan di rumah kita sendiri. Membahas hal tersebut, komunitas Forest is Our Friend menyelenggarakan diskusi Bincang Forest #15 bertajuk “Woman and Sustainability” pada hari Minggu (24/4/2022) lalu. Acara bincang-bincang ini menghadirkan Tia Agustina Wati dan Aeshnina Azzahra Aqilani selaku aktivis lingkungan muda, dipandu oleh Martha Yohana sebagai host.
Tia Agustina Wati membuka diskusi dengan menekankan pentingnya upaya konservasi. Konservasi baiknya dilakukan oleh semua orang, tanpa memandang latar belakang orang tersebut. Ia menekankan pentingnya kepedulian khalayak terhadap perubahan iklim. Tia sendiri berkutat pada konservasi aliran Sungai Ciliwung di sepanjang Jawa Barat. Berdasarkan pengalamannya, banyak sekali limbah yang dibuang ke Sungai Ciliwung, terutama limbah plastik. Tia menyarankan kita untuk mulai mengelola sampah rumah tangga kita sendiri, salah satu caranya adalah dengan memilah sampah plastik yang bisa didaur ulang. Kegiatan ini dekat dengan ibu-ibu rumah tangga, yang juga dapat mewariskan pengetahuan pengelolaan sampah tersebut ke anak-anaknya. Tia juga menyinggung manfaat ekonomi dari pengelolaan sampah. Dengan menjual sampah plastik pilahan ke bank sampah, keluarga akan mendapat penghasilan tambahan. Selanjutnya, Aeshnina Azzahra Aqilani memberikan presentasi. Perempuan yang akrab disapa Nina ini merupakan seorang aktivis lingkungan muda yang kerja-kerja aktivismenya sudah diakui dunia. Ia sudah beberapa kali diundang berbicara di forum lingkungan tingkat nasional dan internasional. Berdasarkan tuturannya, ia tinggal dekat dengan aliran Sungai Brantas di Jawa Timur. Oleh karena itu, Nina memahami buruknya pencemaran sungai yang terjadi di sana. Sedikit berbeda dengan Sungai Ciliwung, Sungai Brantas didominasi limbah popok bayi. Bahkan, 80% ikan di Sungai Brantas telah memakan limbah popok tersebut. Selain kontaminasi limbah popok bayi, warga sekitar aliran Sungai Brantas banyak yang terkena kanker, karena kontaminasi sampah Styrofoam. Nina kemudian menyinggung hak anak untuk hidup di lingkungan yang sehat dan bersih. Mewujudkan lingkungan yang baik bagi tumbuh kembang anak merupakan suatu hal yang harus diupayakan semua orang. Dalam hal ini, perempuan memegang peran penting, utamanya sebagai advokator lingkungan dan kesejahteraan anak. Sebagai penutup, Nina menyampaikan pentingnya mengimplementasikan edukasi lingkungan di tingkat sekolah, sehingga dapat membuat anak-anak tertarik untuk menjaga lingkungan dan membuat gaya hidup zero waste menjadi tren. (Nada Salsabila) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |