Pandemi COVID-19 menggerus ketahanan ekonomi keluarga kelas menengah dan kelas bawah. Setelah hampir tiga tahun melanda dunia, banyak keluarga yang kehilangan penghasilannya secara mendadak. Di saat-saat tersebut, perempuan menunjukkan resiliensinya dengan mengambil peran sebagai pencari nafkah utama keluarga. Perempuan juga mengembangkan komunitas-komunitas untuk memberdayakan satu sama lain. Ketangguhan perempuan ini juga pernah menjadi cita-cita Raden Ajeng Kartini (1879-1904) dalam memperjuangkan emansipasi perempuan. Membahas hal tersebut sekaligus memperingati Hari Kartini, Yayasan Jurnal Perempuan bersama dengan Yayasan Plan International Indonesia menyelenggarakan dialog SMART Talks Edisi 2 yang mengusung judul “Peringatan Hari Kartini: Merayakan Emansipasi Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dalam Situasi Pandemik COVID-19”. Dialog ini diselenggarakan pada Selasa (26/4/2022) lalu secara online melalui Zoom dan YouTube.
Dialog ini menghadirkan pembicara yang mumpuni pada bidang dan pengalamannya, yaitu Ikhaputri Widiantini (Dosen Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia), Leya Cattleya (Pendiri Komunitas EMPU), dan Romlawati (Co-Director PEKKA—Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga), dimoderasi oleh Abby Gina Boang Manalu (Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan). Dini Widiastuti (Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia) memberikan pidato pembuka dengan mengingatkan kembali audiens akan semangat R.A. Kartini dalam memberdayakan perempuan. Ia juga menyinggung pendidikan sebagai pintu gerbang menuju perempuan yang berdikari. Abby Gina Boang Manalu menyampaikan berbagai kerentanan dan tantangan perempuan dalam situasi COVID-19 sebagai pidato pembuka. Diskusi ini diharapkan dapat membuka ruang percakapan antara berbagai golongan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam menghadapi kerentanan dan tantangan dari pandemi. Penguatan ekonomi alternatif menjadi strategi untuk memberdayakan perempuan kepala keluarga, begitulah yang disampaikan oleh Romlawati. Romlawati bersama Komunitas PEKKA bergiat dalam pemberdayaan ekonomi perempuan kepala keluarga dalam berbagai skema, salah satunya adalah koperasi. Perempuan pelaku usaha mikro menghadapi banyak tantangan, seperti stigmatisasi, beban ganda pengurusan rumah tangga, hingga sulitnya akses untuk mengembangkan usaha. Menanggapi hal tersebut, Romlawati mengorganisasikan masyarakat lokal untuk menjadi pegiat usaha sekaligus konsumen dari usaha sebagai salah satu kiat PEKKA dalam memantapkan usaha perempuan. Leya Cattleya menyambung paparan Romlawati. Komunitas EMPU yang dimotorinya merupakan komunitas yang memberdayakan artisan fesyen agar lebih ramah lingkuangan. Hal tersebut berangkat dari keprihatinan dan kekhawatiran terhadap pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh industri fesyen raksasa. Komunitas EMPU memberdayakan perempuan pelaku usaha mikro dalam hal penyediaan bahan baku fasyen hingga penyelenggarakan peragaan busana. Dengan begitu, perempuan pelaku usaha mikro dapat meluaskan pasar produknya ke para penikmat fesyen. Keterlibatan perempuan sebagai pencari nafkah keluarga sudah dimulai jauh sebelum adanya pandemi COVID-19. Namun, di masa pandemi, beban ganda perempuan yang bekerja jadi semakin berat. Dalam pemaparannya, Ikhaputri menyinggung bagaimana skema Work From Home (WFH) justru semakin membebani perempuan dengan beban ganda. Selain bekerja—yang sudah menguras tenaga—perempuan juga tetap bertanggung jawab membersihkan rumah dan menjaga anak. Selama pekerjaan domestik masih menjadi tanggung jawab perempuan, maka beban ganda akan selalu ada. Dalam hal ini, Ikhaputri menekankan perlunya membuka dialog mengenai pembagian kerja domestik antara laki-laki dan perempuan di rumah. Hal tersebut dapat menjadi gerbang untuk mengukuhkan rumah tangga yang setara. Selain itu, dengan tidak membebankan perempuan akan kerja-kerja domestik, kita dapat meraih pembangunan ekonomi yang lebih tinggi, sebab produktivitas perempuan di tempat kerja dapat dimaksimalkan. Semangat R.A. Kartini harus diteruskan pada kegiatan-kegiatan yang memberdayakan perempuan. Selama pandemi ini berlangsung, kita dapat melihat bahwa perempuan juga menjadi aktor ekonomi yang penting bagi pembangunan suatu negara. Oleh karena itu, dengan mendukung kesetaraan gender—setidaknya di rumah sendiri—masyarakat dapat memaksimalkan potensi pembangunan yang menyejahterakan. (Nada Salsabila) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |