Manneke Budiman, Ph.D., Dewan Redaksi Jurnal Perempuan dalam acara diskusi “Citra Dharma Wanita dalam Konstruksi Sosial” di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Selasa (06/10/2015), memaparkan materi mengenai Dharma Wanita dan warisannya dalam seni pasca Orba. Sebelum memulai materinya Manneke menyampaikan bahwa kosep wani ditata telah mengalami rezimentasi secara masif, negara telah mengintervensi perempuan mulai dari perihal moral hingga sosial. Ia ingin meluruskan bahwa wani ditata bukanlah karena ketiadaan pilihan namun merupakan simbol keberanian karena mereka mampu masuk dalam situasi sangat keras dengan segala bentuk keharusaan dan ketaatan yang mereka jalankan. Pengalaman subjektif orang-orang tersebut tentunya tidak didapatkan oleh mereka yang di luar, yaitu laki-laki. Setelah menginterpretasi ulang makna wani ditata, Manneke Budiman mulai menjelaskan Dharma Wanita dalam pendekatan struktural, subjektif, historis. Dalam pendekatan struktural Manneke membedah penelitian Julia Suryakusuma bahwa perempuan sebagai istri di rumah adalah sebuah bentuk pengendalian negara atas warganya. Hal tersebut adalah sebuah bentuk objektifikasi perempuan, penghilangan subjek seseorang. Kemudian objek tersebut diberikan label yang ambigu yaitu perempuan sebagai penyangga negara. Struktur Dharma Wanita sendiri sama atau duplikasi dari struktur negara, bahkan seperti struktur komando militer dimana hanya ada kepatuhan di dalamnya. Kemudian selanjutnya Manneke melakukan analisa pendekatan subjektif dengan membedah penelitian yang telah dilakukan oleh Buchori & Soenarto. Dalam pendekatan subjektif bisa ditemukan bahwa kontrol negara pada perempuan untuk dijadikan alat tidak akan bisa berhasil 100 persen karena masih ada dimensi subjektif. Dimensi subjektif yang dimaksud ialah tersedianya ruang bagi anggota Dharma Wanita untuk belajar berorganisasi, menambah keterampilan dan pengetahuan mengelola koperasi dan memberantas buta huruf. Terakhir adalah pendekatan historis yang membedah penelitian Suryochondro (2000) dan Rusiyati (1990). Manneke mengatakan bahwa pada tahun 1928 dimana kongres perempuan pertama diselenggarakan, perempuan memiliki misi tidak hanya emansipasi namun juga membebaskan semua dari jeratan kolonialisme. Hal ini menurut Manneke bentuk peran ganda perempuan, karena pada saat yang sama perempuan harus memperjuangkan dirinya dan negaranya. “Bagian mana yang harus didahulukan? ketika membebaskan kaumnya mereka dianggap egois dan tidak nasionalis. Ketika memperjuangkan negara ternyata negara tidak berpihak pada perempuan”, papar Manneke. Setelah menganalisis Dharma Wanita dalam tiga pendekatan di atas, Manneke menjelaskan bagaimana warisan seni dan sastra yang ditinggalkan Orba. “Seni dan sastra perempuan zaman Orba didominasi oleh romantika dan domestisitas” Manneke menjelaskan. Manneke menerangkan bahwa pasca Orba eksplorasi atas tubuh dan seksualitas dalam seni rupa, visual, dan sastra secara ambivalen berbenturan dengan dosa dan norma. Meskipun ekspresi tersebut mulai banyak muncul, namun perempuan masih dihantui oleh dogma dosa dan stigma moral baik-buruk. (Andi Misbahul Pratiwi) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |