Penyetaraan kesempatan dalam meraih pendidikan merupakan hal penting dalam proses tujuan mencerdaskan anak bangsa. Terdapat berbagai cara dalam mengakses kesetaraan tersebut, salah satunya dengan berpartisipasi dalam inovasi, teknologi, dan riset. Menanggapi hal ini, mahasiswa diharapkan dapat membangun upaya pencerdasan bangsa. Menanggapi hal tersebut, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Enschede mengadakan diskusi Indonesia and Netherlands Student Innovation Webinar (INNOVATE) dengan tajuk “Pemuda sebagai Motor Inovasi dan Teknologi Masa Depan Indonesia” pada Jumat (5/27/2023) lalu. Diskusi ini dilaksanakan secara daring dengan menghadirkan empat narasumber, yakni Drs. Amich Alhumami, M.A, M.Ed., Ph.D. (Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional--PPN/Bappenas), Prof. Dr. Ir. D.A.I. Marpaung (Profesor di University of Twente), Edy Giri Rachman Putra, Ph.D. (Pelaksana Tugas Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional--BRIN), Retno Daru Dewi G. S. Putri (Peneliti dan Redaksi Jurnal Perempuan), serta Josephine Batari Kumoratih (Manajer Kajian Strategis PPI Enschede) sebagai moderator.
Sebelum pemaparan narasumber, terdapat sambutan yang diberikan oleh H.E. Mayerfas selaku Duta Besar Indonesia di Belanda. Ia menyampaikan kebahagiaan dan antusiasmenya atas acara ini. H.E Mayerfas berterima kasih kepada Bappenas atas data-data yang diberikan, yakni berkaitan dengan jumlah penelitian dari para peneliti Indonesia. Data tersebut membuktikan bahwa diaspora Indonesia mampu memberikan kontribusi bagi bangsa. Hal ini selaras dengan tujuan pembiayaan kepada para mahasiswa yang memiliki potensi lebih dalam bidang intelektual. Sambutan selanjutnya diberikan oleh Lyande Eelderink M.Sc. selaku perwakilan dari University of Twente. Lyande memberikan apresiasi terkait keberpihakan University of Twente yang siap sedia dalam menerima mahasiswa internasional. Lyande menyatakan jika University of Twente dalam segi pelayanan pembelajaran dan akses mampu dalam menjalankan berbagai program yang menunjang mutu pendidikan. Pembukaan dilanjut dengan pemaparan dari Dimas Apriyandi selaku Ketua Umum PPI Enschede. Mahasiswa internasional ini menyatakan harapannya, agar webinar ini menjadi salah satu langkah kecil dalam kontribusi mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peran mahasiswa. Pemaparan materi oleh narasumber diawali oleh Amich Alhumami. Amich mengawali topik diskusi dengan memaparkan materi terkait rencana pembangunan dalam bidang riset, teknologi, dan peran kepemudaan dalam ekonomi. Di bagian awal paparannya, Amich cukup terkesima akan kehadiran para pemuda yang bertalenta dan memahami sektor riset dan teknologi. Baginya, kelompok muda produktif merupakan faktor pendorong ekonomi sekaligus mampu merepresentasikan kecerdasan dan kecakapan bangsa Indonesia. Pada aspek pendidikan, Amich setuju akan peran dan pentingnya penggunaan sains modern dalam aspek penguasaan ilmu pengetahuan. Hal tersebut akan tercapai apabila kita berangkat dari penelitian yang dilaksanakan dengan latar belakang keilmuan mutakhir. Tingkatan laju produktivitas sendiri dipengaruhi oleh beberapa hal: ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Sumber daya manusia dengan produktivitas tinggi di usia produktif nantinya akan dipekerjakan sesuai dengan kemampuan dan kepakarannya. Komposisi tersebut akan menunjang kemajuan negara. Indonesia sendiri memiliki isu penting, yaitu bagaimana membekali para penduduk di usia produktif agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan negara juga dilihat dari apakah negara memiliki jumlah penduduk usia produktif yang memadai serta mengusai ilmu pengetahuan. Merekalah yang nantinya membangun ekonomi bangsa. Menurut Amich, hal tersebut masih tergolong rendah di Indonesia. Lantas, melalui pemahaman tersebut bagaimana Indonesia dapat mengembangkan inovasi? Jawabannya, adalah melalui pembangunan inovasi. Hal ini telah terwujud dari banyaknya perwakilan mahasiswa yang mendukung perkembangan riset dan inovasi. Pembahasan dilanjutkan oleh Sartina yang mewakili Edy Giri Rachman Putra. Materi yang dipaparkan oleh Sartina terkait Science and Technology Human Resources Capacity Building Program dari BRIN. Sartina menjelaskan strategi apa saja yang dijalankan oleh BRIN selama ini dalam mendukung terciptanya inovasi, teknologi, dan riset di Indonesia. BRIN pada dasarnya berusaha fokus kepada Global Engagement. Ini bertujuan untuk menarik lebih banyak periset di Indonesia untuk berpartisipasi mencapai Global Engagement. Untuk itu, terdapat beberapa strategi yang dilaksanakan. Pertama, melalui pendanaan riset. BRIN dalam hal ini berusaha menjadi platform kerjasama inklusif dan kolaboratif dengan area yang spesifik. Kedua, Open Platform Infrastructure/Open Research Infrastructure. BRIN sebagai penyedia infrastruktur riset utama membuat segala hal terbuka dan dapat diakses oleh semua pihak (akademik, peneliti, bisnis, dan komunitas). Ketiga, National Talent Management. Sartina menjelaskan bahwa BRIN menyediakan platform bagi para periset muda yang tertarik menumbuhkan kapasitas dan kompetensi dalam melakukan penelitian. Keempat, Facilitation & Regulation Ethical Clearance & Research Permit. BRIN memberikan layanan untuk menilai penerimaan etis suatu proyek penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, baik dari BRIN maupun luar BRIN, termasuk peneliti asing. BRIN juga terbuka dengan berbagai bentuk kolaborasi riset. Salah satu contoh bentuk kolaborasi riset yang ada pada BRIN, yakni program magang bagi para pelajar/mahasiswa, asisten riset bagi mahasiswa S2 atau S3, asisten riset bagi mahasiswa akhir S1, dan program Magang Merdeka. D.A.I. Marpaung selaku Profesor dan Chairholder Nonlinear Nanophotonics Group, University of Twente, selanjutnya membahas gambaran riset, inovasi, dan teknologi di Belanda. Akademisi ini menceritakan bagaimana iklim riset di Belanda sangat luas dan kolaboratif, sehingga para mahasiswa, dosen, dan penelitinya dapat melaksanakan berbagai riset dan ragam tema. Dengan kata lain, sangat mudah untuk menemukan riset yang telah dibuat oleh para diaspora Indonesia, baik itu teknologi dan inovasi, kultur sosial, hingga riset multidisipliner. Narasumber terakhir adalah Retno Daru Dewi G. S. Putri selaku Peneliti dan Redaksi Jurnal Perempuan. Pa da diskusi ini, Daru membawakan presentasi bertajuk Generasi Muda Penggerak Riset, Inovasi, dan Teknologi yang Ramah Gender dan Berinterseksi. Pada pembahasan awal, dijelaskan mengapa penelitian akademik diperlukan. Mengutip dari Cann dan DeMeulenaere (2020), Daru menyebutkan bahwa suatu penelitian telah menjadi penelitian aktif jika berhasil memicu perubahan sosial. Daru pun menerangkan jika penelitian akademik di masa ini harus menggunakan kacamata interseksionalitas. Hal ini didasari adanya kesadaran mengenai identitas, beban, dan latar belakang berlapis yang membedakan setiap orang. Dengan menerapkan kacamata interseksionalitas, peneliti dapat menilik kesenjangan secara lebih radikal dan partikular, utamanya kesenjangan yang dihadapi oleh perempuan dan kelompok marginal lain. Mengutip Kimberlé Crenshaw—yang pertama kali mencetuskan teori interseksionalitas--interseksionalitas berusaha menyoroti adanya tumpang tindih dalam identitas sosial seseorang yang berkelindan dengan penindasan, dominasi, atau diskriminasi. Persoalan interseksionalitas telah menjadi topik yang cukup sering dibahas, khususnya dalam dunia riset. Setiap individu tidak hanya memiliki satu identitas saja serta memiliki peran dan identitas yang berbeda-beda. Melalui kacamata gender dan interseksionalitas, kita dapat memahami kondisi kelompok yang teropresi. Peneliti juga dapat memberdayakan perempuan dengan tetap menghadirkan solusi yang tidak hanya mengutamakan kesetaraan, tetapi juga keadilan. Kecerdasan teknologi dan inovasi tidak dapat dilepaskan dari persoalan keadilan gender. Inovasi dan riset yang mutakhir dapat menjadi titik berangkat dari pembangunan bangsa yang maju, baik dalam ekonomi maupun dalam ilmu pengetahuan. Namun, apalah artinya kemajuan ekonomi dan ilmu pengetahuan bangsa tanpa keadilan gender bagi seluruh rakyatnya? Atas hal itu, perkembangan teknologi, inovasi, dan riset perlu didukung dengan penelitian yang berlandaskan interseksionalitas. Demikian, dalam setiap pembuatan riset, tidak ada kelompok marginal yang tertinggal. (Esa Genisa Religiswa Magistravia) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |