Menulis artikel untuk submisi ke jurnal nasional adalah salah satu tantangan bagi sivitas akademik. Pasalnya, submisi tersebut tidaklah mudah. Terutama bagi mahasiswa yang belum terbiasa mengirimkan artikelnya untuk dipublikasi. Guna memberikan tips dan panduan kepada sivitas akademik muda, Narasi Perempuan menyelenggarakan webinar “Menulis Publikasi Ilmiah di Jurnal Perempuan” untuk memberikan pelatihan menulis artikel jurnal kepada khalayak. Kegiatan ini mengundang Retno Daru Dewi G.S. Putri selaku redaksi Jurnal Perempuan sebagai narasumber. Webinar dipandu oleh Aisya Kamila dari Narasi Perempuan. Sebagai awak redaksi Jurnal Perempuan, Daru membuka materi dengan menjelaskan sejarah singkat Jurnal Perempuan. Lahir pada tahun 1995, Jurnal Perempuan menerbitkan jurnal pertamanya pada tahun 1996 dan sudah terakreditasi SINTA 2 sejak tahun 2019, yang menunjukkan relevansi dan kualitas tulisan-tulisannya. Kini, Jurnal Perempuan sudah melahirkan 113 edisi. Daru melanjutkan, publikasi artikel di jurnal sudah menjadi salah satu syarat kelulusan mahasiswa. Biasanya, artikel yang dikirim ke jurnal adalah ringkasan dari artikel tugas akhir atau skripsi mahasiswa. Agar tulisannya dapat dimuat di jurnal, para mahasiswa harus mengubah format tulisan skripsi menjadi format artikel jurnal. Hal ini adalah salah satu tantangan dalam pembuatan artikel jurnal. Sebab, penulis harus memastikan bahwa seluruh substansi dalam skripsinya tersampaikan dalam versi artikel. Selain masalah format, Daru juga menyinggung perihal syarat jumlah kata. Berdasarkan pengalamannya di Jurnal Perempuan, banyak penulis yang mengirimkan artikel dengan jumlah kata yang tidak sesuai. Jumlah kata yang terlalu banyak atau terlalu sedikit akan membuat jurnal sulit disesuaikan dengan ketentuan. Ini juga berlaku untuk teknis penulisan lainnya, seperti format daftar pustaka. Daru juga menyarankan penulis untuk memperkuat bagian latar belakang atau pendahuluan artikel, sehingga artikel tidak terlalu general. Selanjutnya, di bagian pembahasan, penulisan harus dilakukan dengan cermat, sehingga artikel tidak hanya mengulang-ulang teori semata. Pengulangan teori ini masih kerap dijumpai oleh Daru. Dalam bagian pembahasan, idealnya teori, temuan riset, dan analisis, harus dielaborasi agar menghasilkan tesis yang tepat. Pada bagian kesimpulan, penulis artikel hanya perlu merangkum temuan riset, bukan mengajukan materi atau bahasan baru. Artikel-artikel yang sudah memuat konten-konten tersebut biasanya masih akan didampingi oleh redaksi jurnal. Atas hal itu, mungkin saja artikel yang sudah “matang” masih tidak lolos dari revisi. Daru menyinggung beberapa hal yang membuat artikel tidak lolos submisi. Pertama, bila topik artikel tidak sesuai dengan ciri khas jurnal. Semisal, artikel tentang biologi dan agrikultur tidak akan lolos di jurnal sosiologi. Kedua, bila ditemukan plagiarisme, artikel juga tidak akan lolos. Daru menekankan bahwa Jurnal Perempuan sendiri sudah menggunakan mesin pencari tahu angka plagiarisme. Karena itu, artikel yang plagiat sudah pasti tidak akan lolos. Hal yang perlu dipahami lainnya adalah, submisi jurnal memakan waktu yang cukup lama. Submisi di Jurnal Perempuan sendiri memakan waktu hingga 2-3 bulan, mulai dari pengumpulan, revisi, hingga penerbitan. Karena prosesnya yang panjang sekali, penulis harus siap sedia merevisi tulisan dengan cepat dan tepat waktu. Di akhir sesi materi, Daru berharap, peserta webinar bisa ikut menulis untuk Jurnal Perempuan. Tentunya, tulisan yang akan diterima harus bersinggungan dengan feminisme dan kesetaraan gender.
Terdapat beberapa pertanyaan pada sesi tanya-jawab. Seorang audiens bertanya kepada Daru mengenai biaya publikasi di Jurnal Perempuan. Daru meresponsnya dengan menjawab, publikasi di Jurnal Perempuan tidak berbayar, bahkan Jurnal Perempuan memberikan upah menulis kepada penulis. Namun, di beberapa jurnal lainnya, penulis harus membayar untuk menutup biaya penerbitan. Selanjutnya, terdapat audiens yang bertanya mengenai plagiarisme yang sulit sekali dihindari, terutama ketika kita mengambil referensi teori atau data dari jurnal lain. Menurut Daru, angka plagiarisme bisa dikurangi apabila penulis melakukan parafrase. Sehingga, tulisan asal yang menjadi referensi tidak dikutip secara copy-paste. Selain parafrase, kita juga bisa menambahkan analisis atau argumen terhadap referensi yang kita ambil dari sumber lain. Ada pula audiens yang bertanya mengenai ada-tidaknya mahasiswa yang tulisannya diterima oleh Jurnal Perempuan. Berdasarkan pengalaman Daru, sudah banyak mahasiswa jenjang S1 dan S2 yang tulisannya diterima oleh Jurnal Perempuan. Semua bergantung akan kualitas dan kemantapan dari tulisan penulis tersebut. Melalui webinar sepanjang 2 jam ini, audiens mendapat banyak masukan mengenai langkah-langkah publikasi artikel ke jurnal. Selain untuk tujuan formal, seperti syarat kelulusan dan kenaikan Kum pengajar, submisi artikel ke jurnal juga dapat dilakukan untuk menyebarkan ide dan temuan ilmiah. Terutama dalam konteks feminisme, artikel yang dipublikasi dapat membangun dan membongkar masalah-masalah struktural yang ada. (Nada Salsabila) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |