Kegiatan diskusi publik dibawa tema “Potret Masa Depan Indonesia: Bedah Buku Mimpi Tentang Indonesia” karya Budiman Tanuredjo, digelar melalui Zoom pada Jumat (13/10/2023) lalu. Diskusi ini dipandu oleh Premita Fifi selaku Pendiri Kisah Perempuan Indonesia, dengan menghadirkan Budiman Tanuredjo (Jurnalis Kompas dan Penulis Buku) sebagai narasumber pertama. Hadir pula Abby Gina (Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan) sebagai narasumber kedua dan Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia) selaku host dalam diskusi. Budiman Tanuredjo sebagai narasumber pertama sekaligus penulis buku Mimpi Tentang Indonesia memaparkan secara garis besar isi buku tersebut. Buku ini merupakan kumpulan hasil wawancaranya terhadap 21 tokoh bangsa dari berbagai latar belakang. Sebagai seorang jurnalis, Budiman tentunya mempunyai banyak pengalaman di dunia jurnalistik. Ia bertemu dengan banyak orang, mulai dari masyarakat marginal, akademisi, politikus, dan lain sebagainya. Pertemuannya dengan mereka merupakan suatu pengalaman penting yang menghantarkannya berefleksi tentang mimpi Indonesia di masa depan. Hasil refleksi tersebut, kemudian dibentuk dalam tulisan yang menyerupai buku Mimpi Tentang Indonesia.
Awal terbitnya buku ini diinspirasi dan didorong oleh Sukidi, seorang alumni Harvard University, Amerika Serikat, yang juga mempunyai mimpi tentang Indonesia. “A dream country of Indonesia,” tutur Budiman. Wawancaranya dengan 21 tokoh bangsa dari berbagai latar belakang tersebut bertujuan untuk membedah problem fundamental seperti feodalisme, korupsi, dan persoalan lainnya yang belum selesai menjelang 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045. Dalam konteks mimpi-mimpi tentang Indonesia, mengidentifikasi masalah bangsa merupakan suatu langkah yang penting dan proses penyelesaiannya tentu punya caranya masing-masing. Oleh karena itu, diskursus politik menjelang Pemilu 2024 menjadi sangat penting. Selanjutnya, Abby Gina sebagai narasumber kedua menyampaikan beberapa poin nengenai pembacaan dan temuannya dalam buku Mimpi Tentang Indonesia. Menurutnya, buku ini lahir dari kegelisahan penulis terhadap kondisi Indonesia di saat ini. Buku ini begitu relevan karena bersentuhan langsung dengan pengalaman keseharian masyarakat. Berangkat dari kisah 21 tokoh bangsa yang telah diwawancari oleh Budiman, Abby Gina menyoroti problem Indonesia yang penting untuk terus dibahas, seperti kemiskinan. “Kemiskinan adalah wajah kaum marginal, dan wajah kaum marginal identik dengan wajah kaum perempuan,” tutur Abby. Untuk menekan angka kemiskinan di negara ini, perlu dilakukan investasi pendidikan yang berperspektif gender dan menyasar anak-anak muda. Abby, sebagai salah seorang feminis dan pemikir muda di Indonesia, mengkritisi bahwa dari kisah 21 tokoh bangsa yang ada dalam buku karya Budiman tersebut, didominasi oleh pemikiran kaum laki-laki. Untuk itu, Abby berharap partisipasi perempuan lebih diungkap dalam buku atau wawancara berikutnya. Kemudian, kesempatan berikutnya diberikan kepada Sukidi Mulyadi untuk menyampaikan tanggapannya atas terbitnya buku Mimpi Tentang Indonesia. Menurutnya, buku tersebut merupakan karya yang luar biasa dan sangat menarik. “Ini adalah warisan tradisi jurnalisme Pak Jakob Oetama (wartawan besar Indonesia dan pendiri Kompas–red). Salah satu ciri dari tradisi tersebut adalah jurnalisme yang didedikasikan untuk Indonesia, yang diimpikan oleh para pendidik republik ini. Itu sebabnya, tulisan didalamnya selalu saja bergulat dalam kegelisahan,” pungkas Sukidi. Dalam tulisannya, Budiman secara tidak langsung ingin satu jurnalisme itu punya daya pengaruh yang besar terhadap pengambilan keputusan dalam konteks bangsa ini. Prof. Dr. Komaruddin selaku host dalam diskusi tersebut menyampaikan beberapa hal penting terkait pembacaannya terhadap buku Mimpi Tentang Indonesia. Komaruddin mengapresiasi Budiman (bersama Jakob Oetama) yang mampu berjarak sekaligus terlibat dalam isu fundamental bangsa. Diskusi bedah buku Mimpi Tentang Indonesia kemudian berakhir dengan closing statement dari Budiman Tanuredjo selaku penulis, “Saya menulis buku ini karena kegelisahan saya kepada republik dan juga kecintaan saya pada republik. Jadi, saya sangat terobsesi dengan gaya jurnalis Pak Jakob yang selalu jadi teman ngobrol saya di pagi hari. Dia menyampaikan sebuah pesan-pesan yang bagi saya sangat relevan dengan keadaan Indonesia saat ini,” pungkas Budiman. Diskusi ini mengajak kita untuk bersama-sama menatap Indonesia dengan lebih optimis. Kaum muda Indonesia hendaknya membangun semangat dan kesadaran kolektif untuk mendukung Indonesia yang maju dan berkeadilan gender di tahun 2045. Sebab, kemajuan bangsa tanpa keadilan gender hanya akan menjadi justifikasi untuk melanggengkan subordinasi perempuan dan kelompok marginal. (Maria Noviyanti Meti) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |