INTERNATIONAL CONFERENCE ON FEMINISM:
INTERSECTING IDENTITIES, AGENCY AND POLITICS
(TO COMMEMORATE 20 YEARS JURNAL PEREMPUAN)
Jakarta, 23-24 September 2016
Pembicara
Gadis Arivia, adalah seorang akademisi sekaligus aktivis gerakan perempuan. Ia mendirikan Yayasan Jurnal Perempuan pada tahun 1996, jurnal feminis satu-satunya di Indonesia hingga sekarang. Pada tahun 1998 ia mengorganisir gerakan Suara Ibu Peduli. Ia menyelesaikan pendidikan Diploma III Sastra Prancis di Universitas Indonesia. Kemudian melanjutkan Studi S1 Jurusan Filsafat di Universitas Indonesia. Pada tahun 1994 ia menyelesaikan studi Magister Jurusan Psikologi Sosial EHESS (École Haute Études Scientifique Sociale), Prancis. Pada tahun 2002 ia meraih gelar Doktor Filsafatr di Universitas Indonesia. Disertasinya diterbitkan menjadi buku berjudul Filsafat Berperspektif Feminis yang menjadi bacaan wajib studi gender di Indonesia. Kini ia mengajar di Departemen Filsafat & Prodi Kajian Gender Universitas Indonesia.
Yohana Susana Yembise, adalah Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabinet Kerja periode 2014-2019 Sebelum diangkat menjadi menteri, ia adalah seorang profesor di Universitas Cendrawasih. Studi S1 Sastra Inggris di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Cenderawasih pada tahun 1985. Setelah itu dia melanjutkan di linguistik terapan dari Regional Language Center (RELC), SEAMEO Singapura, pada tahun 1992, dan kemudian menyelesaikan program gelar Master di Departemen Pendidikan Simon Fraser University di Kanada pada tahun 1994. Pada tahun 2001 melanjutkan pendidikan Doktoral di Universitas Newcastle, memperoleh gelar Ph.D pada 2006.
David Hulse, adalah perwakilan Ford Foundation di Indonesia. Sebelumnya ia menjadi perwakilan Ford Foundation untuk Vietnam dan Thailand, kemudian pada tahun 2009 ia menjadi perwakilan Ford Foundation di Jakarta. Ia fokus terhdap isu-isu gender dan kesehatan reproduksi perempuan dan remaja yang terpinggirkan. Ia melalui Ford Foundation juga telah mendukung berbagai organisasi yang bekerja untuk memperkuat suara mereka yang terpinggirkan di pemerintah pusat, kebijakan publik dan pemerintah daerah. Ia meraih gelar Master dalam Kebijakan Publik dari Kennedy School of Government di Harvard University dan gelar Sarjana dalam Ilmu Bumi dan studi lingkungan dari Iowa State University.
Musdah Mulia, feminis muslim terkenal di Asia ini menyelesaikan Program Sarjana Muda di Fakultas Ushuluddin Jurusan Dakwah, Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar (1980) dan menyelesaikan Program S1 Jurusan Bahasa dan Sastra Arab di Fakultas Adab, IAIN Alaudin, Makassar (1982). Kemudian melanjutkan studi S2 Bidang Sejarah Pemikiran Islam dan menjadi perempuan pertama meraih doktor dalam bidang pemikiran politik Islam di IAIN Jakarta—kini menjadi UIN Jakarta. Kini ia menjadi dosen Pascasarjana UIN Jakarta dan menjabat sebagai Ketua Umum Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP). Pada tahun 2007 menerima penghargaan International Women of Courage mewakili Asia Pasifik dari Menlu Amerika Serikat, Condoleeza Rice. Di akhir tahun 2009 ia menerima penghargaan internasional dari Italy, Woman of The Year 2009. Beberapa buku yang telah ditulis diantaranya, Kemuliaan Perempuan dalam Islam, Indahnya Islam Menyuarakan Kesetaraan dan Keadilan Gender, Mengupas Seksulitas, Menuju Kemandirian Politik Perempuan.
musdah_mulia-pedagogi_feminisme_dalam_perspekktif_islam.pdf |
Mia Siscawati, menjabat sebagai kepala Program Studi Kajian Gender UI dan juga dosen di Departemen Antropologi UI. Ia menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Kehutanan IPB, kemudian menyelesaikan studi magister dan doktor di bidang Antropologi Sosial Budaya, University of Washington, U.S.A. Ia juga menyelesaikan pendidikan S2 Studi Pembangunan, dengan fokus kajian gender dan pembangunan, di Brandeis University, U.S.A. Fokus kajian yang ditekuni saat ini adalah akses perempuan atas tanah dan sumberdaya alam, dimensi gender dalam tenurial hutan, tata kelola hutan, politik tata guna tanah dan sumber-sumber agraria lainnya, serta aspek gender dalam kebijakan pembangunan.
Dewi Candraningrum, Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan ini menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kemudian melanjutkan pendidikan S2 di Monash University, Australia dan meraih gelar Dr. Phil. di English Department, University of Muenster, Germany. Ia adalah dosen tetap di Departemen Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Selain itu ia juga dosen di Pascasarjana Islam dan Kajian Gender UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan Center for Religious & Cross-Cultural Studies (CRCS) UGM. Dewi banyak menerbitkan buku, kajiannya berfokus pada gender dan sastra. Ia bersama Ina Hunga menjadi editor seri kajian Ekofeminisme. Selain menjadi seorang akademisi dan aktivis ia juga seorang pelukis. Ia telah menggelar beberapa pameran, pameran lukisan kolaborasi ibu-anak telah diselenggarakan di Balai Soedjatmoko, Agustus 2013. Pameran tunggal sketsa arang di Solo Paragon Hotel & Residences, Januari 2014. Pameran tunggal di Sangkring Art Project Yogyakarta pada Maret 2015 dan pameran tunggal Dokumen Rahim di Joglo Celong Salatiga, Agustus 2016.
Yaya Nur Hidayati, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Periode 2016-2020. Sebelumnya ia adalah kepala Greenpeace Indonesia tahun 2009. Ia pernah menjadi Country Representative untuk Indonesia, di Greenpeace Asia Tenggara pada periode 2009-2012. Ia mengembangkan dan membangun strategi dan perencanaan kampanye Greenpeace di Indonesia, khususnya Kampanye Energi-Perubahan Iklim. Pernah menjabat sebagai Koordinator Nasional Civil Society Forum for Climate Justice (CSF) periode 2008- 2009.
Arianti Ina Restiani Hunga, ia adalah Ketua Pusat Penelitian Studi Gender (PPSG) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga. Dosen di Pascasarjana Studi Pembangunan dan di Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi UKSW. Bidang pengajarannya adalah Studi Gender, Metodologi Penelitian, Industri Kreatif. Pada tahun 2012 ia bersama-sama dengan Dewi Candraningrum menginisiasi dan menjadi editor Seri Kajian Ekofeminisme yang terbit setiap tahunnya dan pada tahun ini Ekofeminisme IV akan segera diterbitkan di YJP Press.
.
.
Saskia Wieringa, adalah seorang Antropolog dan Profesor di Fakultas Social and Behavioural Sciences Universiteit van Amsterdam, Belanda. Ia juga mengajar gender and sexuality studies di berbagai perguruan tinggi, baik di Belanda dan luar negeri. Ia terkenal di Indonesia karena disertasinya tentang Gerwani, disertasi tersebut didokumentasikan menjadi sebuah buku dengan judul Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia, yang merupakan bacaan wajib kajian wanita dan studi gender di Indonesia. Selain menerbitkan buku, ia juga telah menerbitkan novel. Novel keduanya The Crocodile Hole diterbitkan oleh YJP Press pada bulan Agustus 2015. Saskia Wieringa juga aktif di dalam perjuangan gerakan perempuan dan Hak Asasi Manusia (HAM). Pada tahun 2009 ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Dewan Kartini Asia Network for women’s and Gender Studies. Saat ini Saskia menjadi koordinator peneliti International People’s Tribunal 1965 (IPT 1965), sebuah pengadilan rakyat internasional bagi korban peristiwa 1965 yang diinisiasi oleh para aktivis Hak asasi Manusia (HAM).
Misiyah, pernah menjabat sebagai Direktur Intitut Kapal Perempuan (Lingkaran Pendidikan Alternatif untuk Perempuan) periode 2012-2015. Pendidikan S1 di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Jember pada 1991. Kemudian melanjutkan studi S2 Sosiologi pada tahun 2005 di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia. Ia juga pernah menjabat sebagai ketua dewan pengurus Women Education Watch (WE Watch), sebuah jaringan nasional untuk gerakan keaksaraan sebagai respons terhadap masalah buta aksara perempuan di Indonesia. Kini ia menjabat sebagai Steering Committee Gender Watch, sebuah gerakan pemantauan untuk memastikan program perlindungan sosial dapat memberdayakan perempuan, menjangkau perempuan miskin dan kelompok-kelompok marginal lainnya.
Lies Marcoes, Direktur Yayasan Rumah Kita Bersama (Rumah Kitab). Ia adalah aktivis feminis Muslim Indonesia, pekerja hak asasi manusia , dan antropolog medis. Ia fokus memperjuangkan isu gender dan Islam melalui penelitian, pelatihan dan advokasi kebijakan. Peneliti dan aktivis senior di Fahmina Institute ini telah banyak buah pemikirannya yang dibukukan dan terbit di luar negeri terutama Belanda, Australia, dan Amerika Serikat. Tahun 2013 ia dianugerahi Opus Prize, penghargaan di bidang kemanusiaan. Studi S2 di bidang Antropologi Kesehatan di Universitas Amsterdam (Belanda) dan pernah bekerja di The Asia Foundation. Salah satu bukunya berjudul "Menolak Tumbang: Narasi Perempuan Menolak Pemiskinan", merupakan hasil penelitian selama satu tahun di 9 provinsi di Indonesia.
Pengisi Acara
Yacinta Kurniasih, Yacinta Kurniasih, perempuan yang lahir di Kedungjati, Jawa Tengah ini menyelesaikan studi Sastra Inggris di Universitas Yogyakarta, studi S2 di University of Tasmania, Australia dan studi S3 Linguistics di Monash University, Australia. Ia memiliki ketertarikan pada bahasa, disertasinya berjudul “Class, Gender and Language Preference: the teaching of Javanese in Yogyakarta’s schools”. Sejak 1997 hingga sekarang ia menjadi Dosen Indonesian Studies/Kajian Indonesia di Monash University. Yacinta adalah Co-founder & Pemimpin Redaksi IJIS (International Journal of Indonesian Studies) dan merupakan Dewan Redaksi Jurnal Perempuan. Ia banyak menulis tentang gender dan sastra. Buku puisi pertamanya diterbitkan di YJP Press dengan judul To Whom It May Concern. Pada 2016 ini, ia baru saja menerbitkan buku kumpulan puisi Aku, Perempuan dan Kata-Kata, sama seperti buku sebelumnya, ini merupakan kumpulan puisi yang berkolaborasi dengan koleksi sketsa arang karya Dewi Candraningrum.