Presentasi Jurnal Perempuan Oleh: Mariana Amiruddin Seringkah kita mendengar bahwa perempuan adalah mahluk yang gagap teknologi? Mungkin lebih tepat bila kita mengatakan bahwa kebanyakan perempuan kurang berminat pada studi-studi teknologi dan sains yang berakibat pada kesulitan menggunakan teknologi. Tentu saja ini persoalan, karena teknologi saat ini sangat dibutuhkan setiap orang untuk mempermudah berbagai kegiatan yang menunjang kehidupan. Dalam studi gender, setiap persoalan perempuan, yang paling penting kita lakukan adalah mengetahui dan menganalisa faktor-faktor dibalik persoalan. Hasil yang diinginkan adalah kita dapat mengenal permasalahan kehidupan perempuan beserta jalan keluarnya. Atas situasi tersebut, dalam rangka memperingati Hari Kartini, Jurnal Perempuan bersama perusahaan Intel dan Plan Internasional, melakukan audiensi dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA), untuk mengusung kampanye bertema “perempuan dan teknologi”. Dalam perbincangan bersama Menteri KPP-PA Linda Amalia Sari, kami berbagi temuan tentang perempuan dan teknologi dalam berbagai kegiatan yang kami miliki. Menarik tercetus pernyataan dari Ibu Linda, ketika KPP-PA memberikan komputer untuk siswi-siswi di sebuah sekolah agama untuk kebutuhan pendidikan mereka, pihak sekolah tidak menerima, katanya untuk melindungi murid-murid perempuan mereka dari bahaya teknologi. Jelas Ibu Linda terkejut mendengarnya, karena ternyata teknologi dianggap bukan pada tempatnya diakses oleh perempuan, karena akan berbahaya dampaknya. Deva Rachman, Direktur Corporate Affairs Intel Indonesia membeberkan cerita yang hampir sama. Ia menemukan bahwa ketika Intel melatih dan memberikan komputer secara cuma-cuma kepada anak perempuan di beberapa keluarga, para orang tua ternyata hanya menyimpannya, atau digunakan bukan untuk anak perempuannya. Berbeda ketika komputer itu ditujukan untuk anak laki-laki. Perbincangan di ruang kerja Menteri KPP-PA saat itu cukup lama, dan kami semua sepakat dalam satu visi bahwa tahun 2013 sampai ke depan, penting untuk lebih mendesak masyarakat untuk memperkenalkan teknologi kepada perempuan supaya mereka berminat untuk keperluan hidup mereka sehari-hari, baik informasi, pendidikan dan pengetahuan untuk mengembangkan dirinya. Hambatan Budaya Dalam budaya kita, teknologi lebih diperkenalkan kepada anak laki-laki. Tujuannya, di masa dewasa laki-laki memasuki lapangan kerja untuk mencari nafkah, dan mereka dipentingkan untuk memiliki keahlian. Keahlian dibidang teknologi memiliki peluang besar untuk pendapatan yang tinggi dan usaha yang sukses. Selain mementingkan anak laki-laki, banyak pandangan bahwa perempuan secara kodrat tidak bisa berpikir rasional, tidak bisa menciptakan, tidak bisa memimpin, dan karena itu tidak cocok dengan berbagai kegiatan teknologi. Padahal, pandangan ini sebetulnya menjadi penyebab perempuan tidak berdaya dalam hal teknologi. Mereka phobia pada peralatan teknologi karena tidak dipercaya, tidak diberi kesempatan. Mereka kehilangan minat untuk bidang yang satu ini. Di sektor kerja, perempuan sedikit sekali yang memiliki keahlian di bidang teknologi. Rata-rata mereka bekerja untuk posisi administrasi, keuangan, dan sales. Kalaupun menjadi buruh pabrik, mereka menggantikan fungsi mesin karena dianggap lebih patuh dan teliti dan tidak diperlukan pemikiran yang mendalam. Sementara laki-laki, banyak menduduki posisi sebagai perencana, pemeliharaan mesin, mekanik, IT, dan lain sebagainya, yang tentu pendapatan mereka lebih baik. Teknologi ibarat sesuatu yang asing bagi perempuan, dan masih dianggap dunia yang maskulin. Taruhlah contoh sehari-hari di sekitar kita. Dalam urusan mengendarai mobil, laki-laki diharuskan pegang kendali (setir). Kalaupun perempuan mengendarai mobil, ia terlihat sendirian, atau bila penumpangnya adalah laki-laki, cukup sering ada pertanyaan, “Mengapa bukan Bapak-nya yang nyetir?” Situasi ini membuat perempuan menggantungkan seluruh urusan teknologi kepada laki-laki. Atau bila mereka bekerja di industri otomotif, mereka ditempatkan sebagai sales promotion girl (SPG), yang lebih digunakan sebagai pemikat konsumen, dengan penampilannya yang seperti model. Perusahaan otomotif masih menganggap konsumen mereka adalah laki-laki (yang dikait-kaitkan dengan kejantanan mereka) dan dengan ditambahkan perempuan cantik di sampingnya sebagai SPG, maka konsumen laki-laki akan bergairah untuk memiliki produk tersebut. Selain itu, kesan bahwa laki-laki yang memiliki banyak uang, dan maka sasaran industri otomotif adalah pada laki-laki yang tidak sekedar membeli produk sesuai seleranya, melainkan juga faktor kelelakiannya. Citra teknologi menjadi berkaitan dengan laki-laki sementara citra ‘penarik perhatian’ berkaitan dengan perempuan. Inilah kebudayaan kita dalam memperlakukan gender dan teknologi. Apa yang Harus Dilakukan? Mulai sekarang tanamkan bahwa teknologi adalah kebutuhan semua orang. Teknologi dikenalkan kepada perempuan sebagai kebutuhan untuk mengembangkan diri dan kualitas hidup yang lebih baik. Teknologi dikenalkan sebagai kebutuhan mencari informasi, pendidikan, pengetahuan, sosialisasi dan keahlian. Perlu pula ditanamkan bahwa teknologi informasi dan sosial media perlu memperhatikan proteksi diri untuk menghindar perempuan menjadi obyek dalam foto-foto atau video untuk tujuan seksual. Dalam pembangunan teknologi, perempuan dilibatkan, dan dididik kritis untuk menghindari upaya pihak-pihak tertentu yang menjadikan mereka sebagai obyek seksual, konsumtif, hanya sebagai pajangan, dan sebagainya. Perempuan harus menyatakan dirinya untuk menjadi bagian dari pembangunan teknologi. Contohnya bagaimana perempuan dicitrakan dalam isu teknologi , silakan ketik kata “perempuan dan teknologi” dalam pencarian di google, lihatlah image atau gambar yang muncul adalah foto-foto SPG mobil dan motor atau jualan telpon seluler. Laki-laki juga perlu diperkenalkan bahwa keterlibatan perempuan dalam teknologi akan menciptakan masyarakat yang maju, dan memberi dampak yang baik bagi lingkungannya. Contohnya, banyak ibu rumah tangga yang bisa bekerja di rumah dengan membuat blog, sosial media, untuk menjual produk-produk ciptaan mereka seperti masakan, resep, tas, baju dan lain sebagainya kepada jaringan sosial yang mereka miliki. Selain itu masyarakat perempuan juga memerlukan contoh-contoh model atau role model untuk membuktikan bahwa perempuan bukanlah mahluk gagap teknologi karena bawaan lahir, melainkan perempuan adalah bagian dari penciptaan, pembangunan dan penggunaan teknologi. Contoh-contoh model di bawah ini untuk memberi perempuan inspirasi dan kemauan serta minat mereka pada teknologi. Ada Lovelace (1815-1852). Perempuan ini sering disebut sebagai ‘programmer komputer pertama’. Lovelace yang lahir pada tahun 1815 membuat sebuah model analisis untuk mesin Babbage di tahun 1842. Dengan temuannya tersebut, Lovelace mampu menjelaskan hal yang kompleks dengan lebih baik, mirip sebuah bahasa kode. Emmy Noether (1882-1935). Ahli matematika asal Jerman ini berkontribusi pada Aljabar abstrak dan Fisika teori. Kejeniusan Noether ini pun juga diakui oleh seorang Albert Einstein. Bahkan penemu teori relativitas tersebut menyebut Noether sebagai perempuan paling penting dalam sejarah ilmu matematika. Grace Hopper (1906-1992). Hopper adalah perempuan yang mengembangkan komputer compiler di laboratorium komputasi di Harvard. Tak hanya itu, perempuan ini pula yang membuat konsep bahasa pemrograman COBOL. Hopper juga menjadi orang yang mempopulerkan kata ‘debugging’ untuk memperbaiki gangguan pada program komputer. Prestasi Hopper pun tak berhenti di situ, Hopper menjadi wanita pertama yang menjabat Admiral di angkatan laut Amerika Serikat. Joanne Simpson (1923-2010). Perempuan yang satu ini merupakan perempuan pertama yang memperoleh gelar Ph.D dalam bidang meteorologi. Joanne pun menjadi perempuan yang memimpin peneliti cuaca di Nasa selama 30 tahun. Marissa Mayer (1975-sekarang). Saat ini, hampir semua orang mengenal nama perempuan ini. Duduk di pucuk pimpinan perusahaan sebesar Yahoo, Mayer merupakan salah satu CEO termuda dalam daftar yang dirilis oleh Fortune. Sebelumnya, Mayer merupakan pekerja ke-20 dari Google dan merupakan engineer perempuan pertama di Google. Sheryl Sandberg (1969-sekarang). Siapa yang tidak mengenal Facebook? Nama Sandberg memang jauh dari sorotan media, jika dibandingkan dengan Zuckerberg. Tapi perlu diketahui ditangannyalah semua urusan operasional Facebook dipegang. Sandberg adalah sosok sahabat paling berharga Zuckerberg. Pertemuan rutinnya dengan Zuckerberg yang selalu tertutup telah membantu menjaga pertumbuhan pesat Facebook hingga mampu membius 500 juta pengguna. Tidak ada yang buruk dalam teknologi, kecuali siapa penggunanya dan apa tujuannya, karena itu ajaklah perempuan untuk memiliki minat dan kepercayaan diri dalam bidang ini.
alisca damayanti
3/7/2015 09:12:25 am
Artikel yang bagus. Terima kasih atas info yang diberikan. Mudah dipahami dengan pemilihan kata yang ringan. Comments are closed.
|
AuthorDewan Redaksi JP, Redaksi JP, pemerhati masalah perempuan Jurnal Perempuan terindeks di:
Archives
July 2018
|