Oleh: Zubaidah Djohar Mungkin bagi kalian sungai Pinto Sa surga terindah menghempas lelah Melautkan tawa di lingkar kekasih hati Berkecipak-cipak sayang
lelap dalam kenang meleburkan dahaga membuncahkan rasa Air jernih berpanorama asri khas ceruk alam dipeluk hijau pepohonan Tak sepicing mata sanggup dilewatkan Tiga dasawarsa lalu hanya serentang pinggang tak jauh dari surga itu luka menggelimang Rahim perempuan Tempat menyuruk Tameng membentang Menyanggah mata menembus kegelapan Gedung Istaka ia bernama Lekat masih mata batinku Pada lorong itu Lorong di persegi empat Bergema jeritan di tengah pekat Ada yang kembali Tak sedikit pulang tinggal nama Bahkan tak jelas riwayat Hingga merdeka berkumandang seluruh desa. Merdeka dari siksa Kursi Rotan ini Saksi lima hari bayiku pergi Kursi tempat seluruh siksa dialamatkan. Tak pernah kulupa nama itu Nama yang membawaku mengikat geleng memaksaku berkata, “Iya”. Di saat belenggu lepas api berkobar Malaikat datang Kursi rotan itu Berpindah rumah Kalian mau menebusnya? Zubaidah Djohar 17 Oktober 2021 Zubaidah Djohar adalah seorang aktivis kemanusiaan, penyair, peneliti, dan juga fashion designer di Wastra Nusantara. Selama lebih dari dua puluh tahun ia konsisten terlibat dalam isu perdamaian. Zubaidah telah menerbitkan berbagai tulisan yang menarasikan tentang dampak konflik terhadap perempuan di Aceh. Dalam buku puisi tentang perempuan dan perdamaian di Aceh, PULANG Melawan Lupa (2012) ia mengemukakan pentingnya mengingat kekerasan dan penderitaan para korban konflik, terutama perempuan dan anak-anak, sebagai jalan menuju rekonsiliasi dan penegakan keadilan. Zubaidah juga melakukan pendampingan penulisan kreatif untuk katarsis bagi pemuda dan penyintas, Dance for Healing, menginisiasi pelatihan Kepemimpinan dan Perdamaian di beberapa sekolah dan kampus. Saat ini ia sedang aktif dalam melakukan kampanye kedaulatan tubuh dan kelestarian lingkungan, melalui pendekatan fesyen berkelanjutan bertajuk Empu JalinkarsA. Puisi ini dimuat pada JP 110 Perempuan dan Inisiatif Keadilan. Comments are closed.
|
AuthorKumpulan Cerpen Archives
October 2024
Categories |