Esa Geniusa (Mahasiswi S1 Filsafat, Universitas Gadjah Mada) Seiring berjalannya zaman, saya mengamati bahwa terdapat berbagai bentuk pergerakan yang diinisiasi oleh masyarakat dunia, baik nasional maupun internasional. Secara pribadi saya menyadari bahwa kehidupan di dunia tidak dapat terlepas dari propaganda. Hidup dalam keluarga yang erat dengan isu-isu pergerakan menjadikan saya sebagai pribadi yang peduli pada bentuk pergerakan itu sendiri. Terjadinya pergerakan di Indonesia sering sekali dilandasi dengan dasar rasa persatuan dan kesetaraan yang dirasakan, hal ini salah satunya terbentuk pada model pergerakan perempuan. Bentuk dari pergerakan perempuan di Indonesia telah mengalami kemajuan. Pernyataan ini didukung dengan hadirnya berbagai pergerakan yang muncul, baik dari skala kecil maupun besar serta melalui platform media hingga orasi yang didengungkan. Berdasarkan hal ini tanpa disadari membuat saya ingin melihat lebih jauh bagaimana sejatinya bentuk dari pergerakan perempuan di Indonesia, serta bentuk perkembangan dan persoalan yang hadir di dalamnya. Menilik lebih jauh ujaran orasi dan peleburan pemikiran telah diusahakan sejak dahulu guna mendapatkan bentuk dari pergerakan kesetaraan, khususnya bagi pergerakan kesetaraan perempuan. Sejarah telah mencatat bahwa Indonesia melalui jutaan penduduk telah mengalami beragam fase pergerakan. Saat ini perempuaan Indonesia dipandang sebagai masyarakat tingkat kelas dua. Namun, tidak menutup kemungkinan akan terdapat perubahan pemikiran dari penggolongan kelas dan gender, khususnya bagi perempuan yang tentu akan disesuaikan dengan nilai-nilai kesetaraan. Penggunaan istilah gender dalam pembahasan ini didasari dari bentuk fungsi penjelas antara bagaimana pengertian laki-laki dan perempuan berdasarkan peran. Dua pernyataan tersebut memiliki bentuk pemaknaan berbeda, yaitu perempuan melalui pengertian sebagai sosok emosional dan berpikir menggunakan rasa serta laki-laki sosok berpikir menggunakan logika. Munculnya dua jenis perbedaan tersebut tentu dapat dinyatakan sebagai bentuk pembiasan pola pikir masyarakat yang hadir dari stigma-stigma pemikiran tak beraturan. Persoalan hadirnya stigma atas permasalahan yang muncul berkaitan dengan problema gender. Hal ini menjadi titik awal lahirnya pergerakan perempuan di Indonesia.
Gerakan Perempuan “Kartini” Munculnya ragam persoalan terhadap gender, khususnya perempuan menjadi titik tolak semangat guna memajukan bahwa perempuan melalui berbagai pergerakan telah ada sejak dahulu. Indonesia dengan segudang “Kartini” menjadi salah satu contoh pergerakan yang dilaksanakan. Perlu diketahui bahwa jauh sebelum sosok Kartini muncul telah lahir beberapa fase pergerakan yang secara keseluruhan berfokus pada perkembangan pendidikan kala itu. Selain melihat Kartini kita dapat melihat sosok lain seperti Dewi Sartika dan Walanda Maramis—penggerak pendidikan—melalui usaha membangun sekolah pada sekitar lingkungan, tepatnya di Bandung dan Manado. Bertolak dari pergerakan Kartini saat itu mulai muncul pergerakan baru dalam usaha meningkatkan kesetaraan melalui Kongres Perempuan pertama pada tahun 1928. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai cikal bakal pergerakan perempuan di Indonesia. Selanjutnya, setelah melewati berbagai fase dan perlawanan terhadap penjajahan, Indonesia di zaman pra-kemerdekaan berusaha merancang wacana kemerdekaan melalui perserikatan GERWANI (Gerakan Wanita Indonesia). Dalam masanya GERWANI berusaha memerdekakan hak-hak wanita Indonesia serta menyetarakan antara pria dan wanita. Selain itu di tengah keterlibatan GERWANI dengan politik, organisasi ini tetap berusaha berkampanye terkait anti-kekerasan seksual dan perkawinan paksa. Memasuki orde baru perkembangan dari GERWANI dibumi hanguskan karena adanya campur tangan politik. Maka dari itu perkembangan pergerakan perempuan di masa orde baru mulai surut bahkan tidak terlihat. Selanjunya, memasuki era reformasi perkembangan pergerakan perempuan telah mengalami pergeseran, baik dari segi gerakan dan nilai-nilai yang diangkat. Reformasi di Indonesia tentunya memberikan nilai tersendiri dengan pergerakan melalui hasil pola pikir, seperti penyebaran insight terkait informasi kesetaraan, melalui pengembangan ilmu, hingga penyiptaan kebijakan publik yang membantu mengatasi tantangan. Persoalan Tantangan Kesetaraan Persoalan terkait kesetaraan di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang dalam hal ini menjadikan pemahaman baru bahwa bentuk problema dan pergerakan kesetaran hadir pada jenis dan takaran yang seimbang. Salah satu hal yang sering menjadi masalah adalah adanya legalitas atau validasi atas hak-hak perempuan yang tidak dihiraukan oleh beragam pihak. Sering kali didapati bahwa perempuan direndahkan dan tidak diberikan suatu kebebasan dalam menentukan serta menjalani kehidupan. Seperti contohnya dalam ranah personal di beberapa masyarakat masih banyak adanya perjodohan – berarti perempuan tersebut diputus haknya guna menentukan pilihan atas apa yang dia inginkan. Biasanya permasalahan ini muncul karena masalah finansial dari keluarga perempuan. Salah satu contoh yang dipaparkan diatas menjadi titik awal bagaimana kita melihat persoalan tantangan kesetaraan dalam ruang lingkup kecil dan dalam berkehidupan sehari-hari. Tidak dapat dipungkiri bahwa masalah ketidaksetaraan juga ada pada lingkup yang jauh lebih besar dan luas. Melalui hal tersebut pergerakan perempuan yang bersifat progresif dan memberdayakan dibutuhkan untuk mengentaskan dan mengurangi problema pada wacana kesetaraan. Pergerakan perempuan yang progresif dan memberdayakan dapat memberikan pemikiran baru bagi perempuan di akar rumput agar tidak terjebak pada pernikahan dini atau kasus lainnya. Persoalan kesetaraan sendiri pada dasarnya telah ada sejak dahulu namun sedikit banyak berhasil dientaskan melalui sistem pendidikan yang dicanangkan oleh Kartini dan Dewi Sartika. Pola pergerakan dari akar rumput yang dilakukan oleh Kartini dan Dewi Sartika perlu diadopsi dan dikembangkan menggunakan sejumlah teori-teori terkini dan terbarukan agar pergerakan perempuan di Indonesia terus berkembang ke arah yang jauh lebih progresif dan massif.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorSahabat Jurnal Perempuan Archives
October 2024
Categories |