Asriyati Nadjamuddin (Ketua Perkumpulan SALAM - Gorontalo, Indonesia) Judul di atas adalah topic utama PUAN TALK 2022 dalam rangka perayaan Hari Perempuan Internasional 2022. PUAN TALK 2022 yang digagas sekaligus menjadi narasumber oleh beberapa non-governmental organization (NGO) Salam Puan, Perkumpulan JAPESDA, Asosiasi Kelompok Wanita Tani Wonosari, Komunitas Segala Sagela dan Pusat Studi Kajian Pengembangan dan Pemberdayaan Ekonomi, PUSKAPPEK yang berkolaborasi dengan lembaga nasional Jurnal Perempuan dan Gender Consortium Flinders University. Fokus PUAN TALK kali ini beririsan dengan tema kampanye Hari Perempuan Internasional 2022 yakni hilangkan diskriminasi (break the bias). Kampanye yang dilakukan setiap tahun ini diharapkan dapat menguatkan perempuan secara kolektif dalam mengatasi berbagai bentuk masalah perempuan dan menjadi kekuatan untuk kemajuan perempuan. Beberapa intisari pembicara dalam perbincangan PUAN TALK mengulas tentang peran gender, relasi gender, kesenjangan gender, pengurangan beban perempuan dan pemberdayaan. Peran gender laki-laki dan perempuan berada dalam lingkup ranah: reproduksi, produksi dan masyarakat. Secara umum peran laki-laki sebagai ayah, pencari nafkah utama, pimpinan dalam lingkup legislatif, yudikatif dan eksekutif yang seringkali formal dan biasanya dibayar. Sementara itu, peran perempuan: ibu dan istri, tidak mencari nafkah atau hanya pencari uang tambahan bekerja secara sukarela sebagai perluasan peran reproduksi, seringkali informal dan biasanya tidak dibayar. Peran gender utama perempuan adalah menjadi ibu dan istri. Peran ini digunakan oleh perempuan untuk mendefinisikan dirinya dan bahkan sering mengevaluasi tingkat kesuksesan seorang perempuan dengan melihat kesuksesan aktivitas peran ibu dan istri. Situasi ini membuat perempuan mengalami beban ganda, pekerjaan domestik mapun pekerjaan yang dibayar. Aktivitas sebagai ibu dilakukan dalam waktu 24 jam penuh, walaupun perempuan bekerja di sektor formal. Jadi perempuan menjalankan lebih dari satu peran dalam satu waktu. Jika anak sakit atau terdapat masalah dalam rumah tangga, maka perempuan yang bekerja tetap diharapkan dapat menangani langsung sampai masalah selesai. Aktivitas perempuan dalam konteks pemeliharaan rumah tangga bila ditilik mendalam adalah pekerjaan dan bisa produktif – memiliki nilai ekonomi. Artinya, memasak, mengurus orangtua, mengasuh anak bisa saja dikerjakan oleh orang lain dan mendapatkan upah. Faktanya di Indonesia ini adalah pekerjaan yang tidak dibayar, karena asumsi bahwa fungsi utama perempuan pada lini domestik dan reproduksi. Apabila ada perempuan yang bekerja pada sektor ini secara produktif, umumnya bergaji rendah. Sebaliknya peran gender utama laki-laki adalah pencari nafkah bagi keluarga dan definisi kesuksesan laki-laki alat ukurnya dari peran ini. Sehingga, ketika laki-laki sedang bekerja tak bisa diganggu dengan perannya sebagai suami atau ayah. Ketimpangan peran gender ini melahirkan ketidakadilan gender dalam berbagai bentuk, dari lingkup terkecil yakni keluarga hingga terluas dalam masyarakat. Pada bentuk ketidakadilan gender seperti marjinalisasi dalam aktivitas pembangunan masyarakat, subordinasi perempuan, diskriminasi, beban ganda, stereotip dan meningkatnya kekerasan terhadap perempuan. Dalam memperbaiki dampak subordinasi, marjinalisasi dan diskriminasi terhadap perempuan, diperlukan gerakan bersama untuk menguatkan posisi perempuan setara dengan laki-laki. Bisa diawali dengan pengakuan dan penghargaan atas ekonomi pemeliharaan rumah tangga yang menjadi beban perempuan dan mengurangi beban perempuan dengan mengalihkan sebagian beban kepada laki-laki/suami, masyarakat dan pemerintah. Dalam lingkup keluarga perlu dibangun budaya pembagian kerja pemeliharaan rumah tangga antara suami dan istri maupun anggota keluarga lainnya yang hidup satu atap. Masyarakat membangun lingkungan yang kondusif dalam relas antar warga dan perkembangan anak dan remaja. Pemerintah melalui programnya, perlu mengurangi beban perempuan dalam bentuk dukungan regulasi kebijakan strategis yang mendukung perempuan, utamanya yang bekerja di luar rumah. Masa millennium dengan semakin terbukanya akses pengetahuan melalui fasilitas teknologi internet, memberi pencerahan terhadap generasi millennium atau disebut juga generasi Y (generasi lahir awal tahun 1980 hingga awal 2000) terkait relasi gender dan kepentingan strategis gender. Hal ini secara umum juga memberi pengaruh terhadap kebijakan strategis gender di lingkup pendidikan maupun pemerintah. Beberapa program telah dirintis oleh pemerintah, walaupun belum merata, seperti tempat penitipan anak, ruang menyusui, regulasi komunal terkait kekerasan seksual dan lain sebagainya. Selain itu, kekerasan terhadap perempuan yang terungkap semakin meningkat. Sebagaimana data terakhir yang dipublikasikan oleh Komnas Perempuan dalam CATAHU bahwa pengaduan ke Komnas Perempuan meningkat secara signifikan sebesar 80 % dari 2.134 kasus pada tahun 2020 mejadi 3.838 kasus pada tahun 2021. Peningkatan angka ini juga menunjukan kesadaran perempuan untuk melakukan perlawanan melalui pengaduan formal ke lembaga maupun institusi terkait. Catatan diatas adalah sedikit dari perbincangan yang dibahas dalam PUAN TALK dengan kesimpulan sebagai berikut:
Peran Salam Puan dalam Mewujudkan Kesetaraan Gender Salam Puan yang genap usia 7 tahun pada 15 April 2022 merupakan salah satu non-governmental organization yang memiliki salah satu tujuan untuk menghimpun berbagai potensi dalam rangka pemenuhan perlindungan dan perbaikan kehidupan dan kesejahteraan perempuan. Dalam kurun waktu 7 tahun, Salam Puan masih berfokus pada agenda promotif dan preventif terkait perlindungan perempuan, anak, dan keluarga, dengan lokus layanan di daerah Provinsi Gorontalo dan sekitarnya. Salah satu strategi program yang dilakukan adalah dalam bentuk literasi gender dengan melaksanakan Sekolah Puan secara offline maupun online. Sekolah Puan dibuat dengan tujuan khalayak perempuan maupun laki-laki dapat mengakses pengetahuan dan meningkat kapasitas/keahlian kehidupannya dalam bingkai kesetaraan gender. Aktivitas ini dilaksanakan secara terbuka dengan akses yang mudah karena gratis. Sekolah Puan ini terbagi dalam berbagai kelas seperti kelas gender yang memuat dan mengasah pengetahuan peserta tentang feminisme dan gender. Kelas lainnya dikhususkan untuk ibu hamil dan menyusui, kelas anak, kelas khusus ketrampilan dalam pengelolaan RT. Mulai bulan September Tahun 2021, Salam Puan membuka layanan konseling secara online melalui whatsapp yang diasuh oleh konselor dan psikolog. Selain itu, Salam Puan memiliki agenda promotif melalui media sosial dengan konten yang memuat tentang perlindungan anak dan perempuan, relasi gender, kampanye lingkungan dan berkolaborasi dengan lembaga masyarakat yang memiliki tujuan yang sama dengan Salam Puan. Aktifitas nirlaba ini bisa berjalan lancar karena sokongan pegiat dan relawan Salam Puan yang terpanggil dalam berkontribusi untuk mewujudkan kesetaraan dalam kehidupan bermasyarakat.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorSahabat Jurnal Perempuan Archives
October 2024
Categories |