Program tentang Perubahan Iklim Perlu Melibatkan Perempuan
REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) merupakan program global dengan tujuan untuk memperlambat perubahan iklim melalui pemberian kompensasi kepada negara-negara berkembang. Salah satu program tersebut menurukan jumlah emisi (zat yang mengakibatkan udara tercemar) dengan memelihara kelestarian hutan. Tentu saja ini program yang sangat berguna, terutama hutan juga berkaitan erat dengan sumber kehidupan
perempuan desa, dusun sampai pedalaman. Dari hutanlah perempuan memperoleh rotan, kayu bakar, dan obat-obatan tradisional. Sayangnya, proyek REDD+ tidak melibatkan perempuan dalam pelaksanaan program ini. Padahal perempuan sebagai penerima dan pemelihara hutan berpotensi menjadi agen kelestarian hutan dan memungkinkan untuk ikut serta dalam menurunkan emisi atau mengurangi perubahan iklim.
Proyek percontohan REDD+ di tahun 2010 yang lalu sudah melakukan 44 proyek dari Aceh hingga Papua ditemukan tidak melibatkan peran perempuan di dalamnya, seperti dialami oleh masyarakat suku Anak Dalam di Jambi dan Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah. Di sana, perempuan tidak mendapatkan informasi mengenai proyek REDD+, apalagi dilibatkan. Begitu juga di Desa Sea Ahas Hulu, Kalimantan Tengah, tempat proyek Kalimantan Forest and Climate Partnership.
Dengan melibatkan perempuan dalam program ini sebetulnya akan menjadi tepat sasaran dan keguanan bagi penduduk di sekitarnya, serta penurunan emisi global, yang menjadi kekhawatiran seluruh dunia di abad kini.
(Ditulis oleh Khanifah, disarikan dari Media Indonesia, Senin 2/7/2012)