Perempuan Masih Rentan Menjadi Korban Kekerasan
Bicara soal Papua tidak bisa dilepaskan dari kekayaan alamnya yang berlimpah, serta pergerakan sekelompok orang yang menginginkan merdeka atau lepas dari Negara kesatuan Republik Indonesia. Ada hal yang penting yang perlu kita ketahui juga terjadi di Papua, bahwa kekerasan terhadap perempuan kerap terjadi disana. Berbagai faktor penyebab utama kekerasan terhadap perempuan di Papua seperti, budaya patriarki , ketidakmampuan dalam masalah perekonomian, dan faktor pemicu paling tinggi adalah pengaruh minuman keras. Hal itu diungkapkan oleh teman-teman Jaringan Kerja Lembaga Pelayanan Kristen di Indonesia (JKLPK) Papua, saat seminar penanggulangan kekerasan dalam rumah tangga.
Kekerasan terhadap perempuan sudah umum terjadi di Papua,berdasarkan data dari Kepolisian Daearah Papua. KDRT meliputi kasus penganiyaan, penelantaran, perkosaan, perselingkuhan, dan kekerasan psiskis. Tercatat pada tahun 2012 saja, tejadi 275 kasus penganiayaan, 45 kasus penelantaran, 97 kasus pemerkosaan, 137 kasus perselingkuhan, dan 57 kasus kekerasan psiskis. Sedangkan untuk tahun 2013 ini, kasus yang terjadi dari bulan Januari hingga November 2013 yang telah tercatat dan dilaporkan oleh masyarakat ke Polda Papua, sebanyak 154 kasus penganiayaan, 40 kasus penelantaran, 31 kasus perkosaan, 37 kasus perselingkuhan dan 24 kasus untuk kekerasan fisik.
Dari jumlah kasus yang terjadi di tahun 2013 ini, laporan yang masuk baru dari 12 Polres sedangkan di Papua jumlah Polres ada 29. Bisa dipastikan bahwa memang cukup tinggi angka kekerasan yang terjadi terhadap perempuan di sana, menurut Kepala Subdirektorat IV Remaja, Anak, dan Wanita Direktorat Reserse dan Kriminal Umum Polda Papua Komisaris Anita Fabanyo, kuatnya budaya patriarki disini yang menyebabkan kaum pria merasa lebih berkuasa dan dapat bertindak sewenang-wenang terhadap istrinya. Budaya patriarki disini bisa dilihat dari penerapan mas kawin yang diasumsikan oleh kaum laki-laki sebagai “alat membeli” perempuan. Seperti salah satu contoh di Kabupaten Biak Numfor, dimana saudara dan orang tua dinilai lebih penting daripada istri, kaum pria juga kian tak dapat mengendalikan dirinya setelah meminum-minuman keras.
(Disarikan Oleh Hasan Ramadhan dari Harian Kompas, Rabu 27 November 2013)
Jurnal Perempuan memiliki Bundel Kliping setiap bulan dari berbagai surat kabar. Kliping ini berisi tentang isu-isu perempuan yang telah kami kategorisasi. Apabila Anda berminat dengan Kliping kami silakan hubungi: [email protected] atau 021 – 8370 2005
Kekerasan terhadap perempuan sudah umum terjadi di Papua,berdasarkan data dari Kepolisian Daearah Papua. KDRT meliputi kasus penganiyaan, penelantaran, perkosaan, perselingkuhan, dan kekerasan psiskis. Tercatat pada tahun 2012 saja, tejadi 275 kasus penganiayaan, 45 kasus penelantaran, 97 kasus pemerkosaan, 137 kasus perselingkuhan, dan 57 kasus kekerasan psiskis. Sedangkan untuk tahun 2013 ini, kasus yang terjadi dari bulan Januari hingga November 2013 yang telah tercatat dan dilaporkan oleh masyarakat ke Polda Papua, sebanyak 154 kasus penganiayaan, 40 kasus penelantaran, 31 kasus perkosaan, 37 kasus perselingkuhan dan 24 kasus untuk kekerasan fisik.
Dari jumlah kasus yang terjadi di tahun 2013 ini, laporan yang masuk baru dari 12 Polres sedangkan di Papua jumlah Polres ada 29. Bisa dipastikan bahwa memang cukup tinggi angka kekerasan yang terjadi terhadap perempuan di sana, menurut Kepala Subdirektorat IV Remaja, Anak, dan Wanita Direktorat Reserse dan Kriminal Umum Polda Papua Komisaris Anita Fabanyo, kuatnya budaya patriarki disini yang menyebabkan kaum pria merasa lebih berkuasa dan dapat bertindak sewenang-wenang terhadap istrinya. Budaya patriarki disini bisa dilihat dari penerapan mas kawin yang diasumsikan oleh kaum laki-laki sebagai “alat membeli” perempuan. Seperti salah satu contoh di Kabupaten Biak Numfor, dimana saudara dan orang tua dinilai lebih penting daripada istri, kaum pria juga kian tak dapat mengendalikan dirinya setelah meminum-minuman keras.
(Disarikan Oleh Hasan Ramadhan dari Harian Kompas, Rabu 27 November 2013)
Jurnal Perempuan memiliki Bundel Kliping setiap bulan dari berbagai surat kabar. Kliping ini berisi tentang isu-isu perempuan yang telah kami kategorisasi. Apabila Anda berminat dengan Kliping kami silakan hubungi: [email protected] atau 021 – 8370 2005