Peran Perempuan dalam Perekonomian Keluarga
Bicara masalah ekonomi keluarga sekarang ini tidak lepas juga dari peran kaum perempuan, seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Sekarang ini banyak kita temukan kelompok perempuan di desa-desa yang membentuk kelompok tani, sebagai bentuk alternatif membantu perekonomian keluarga. Seperti di desa Srimenti, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung ada sekelompok ibu rumah tangga yang mendirikan kelompok tani yang mereka namakan Kelompok Wanita Tani Melati Mekarsari. Kegiatan yang pada awalnya hanya mengumpulkan beras sejimpit (segenggam) pada setiap minggunya, kegiatan ini didorong atas kesamaan nasib warga desa yang hidup sebagai transmigran yang kebanyakan mereka bekerja pada pemilik tanah atau lahan dari penduduk asli setempat.
Kini lambat laun tradisi jimpitan yang dikelola ibu-ibu anggota Kelompok Wanita Tani Melati Mekarsari itu berhasil dimodifikasi dan dikembangkan menjadi kegiatan simpan pinjam. Setiap anggotanya membayar iuran pokok minimal Rp 3.000 per pekan, tujuannya adalah supaya mereka terbebas dari jeratan pinjaman ijon dengan bunga yang sangat tinggi dan amat memberatkan mereka, serta dapat meringankan beban suami mereka.
Sekarang dana dan aset bersama dari kelompok tersebut sudah mencapai Rp 60 juta, dari 42 perempuan petani yang telah menjadi anggotanya. Mereka juga mempunyai kegiatan yang bisa menambah penghasilan keluarga dengan membuat aneka produk kerajinan tangan dari anyaman bambu, serta membuat kripik, krupuk opak dan madu alam hasil penangkaran. Kegiatan produktif ini gencar mereka lakukan setelah adanya sarana air bersih yang mulai mengalir ke rumah mereka masing-masing.
Dahulu sebelum pipa air bersih sampai ke rumah warga, mereka kaum perempuan terpaksa menghabiskan waktu untuk mengambil air dari mata air dan sungai yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari tempat tinggal mereka. Lagi-lagi bermodalkan dana jimpitan tersebut mereka berhasil membangun bak penampungan dan saluran air bersih, yang sekarang bisa dinikmati dan dirasakan semua warga desa.
(Disarikan Oleh Hasan Ramadhan dari Harian Kompas, Rabu 10 Juli 2013)
Jurnal Perempuan memiliki Bundel Kliping setiap bulan dari berbagai surat kabar. Kliping ini berisi tentang isu-isu perempuan yang telah kami kategorisasi. Apabila Anda berminat dengan Kliping kami silakan hubungi: [email protected] atau 021 – 8370 2005
Kini lambat laun tradisi jimpitan yang dikelola ibu-ibu anggota Kelompok Wanita Tani Melati Mekarsari itu berhasil dimodifikasi dan dikembangkan menjadi kegiatan simpan pinjam. Setiap anggotanya membayar iuran pokok minimal Rp 3.000 per pekan, tujuannya adalah supaya mereka terbebas dari jeratan pinjaman ijon dengan bunga yang sangat tinggi dan amat memberatkan mereka, serta dapat meringankan beban suami mereka.
Sekarang dana dan aset bersama dari kelompok tersebut sudah mencapai Rp 60 juta, dari 42 perempuan petani yang telah menjadi anggotanya. Mereka juga mempunyai kegiatan yang bisa menambah penghasilan keluarga dengan membuat aneka produk kerajinan tangan dari anyaman bambu, serta membuat kripik, krupuk opak dan madu alam hasil penangkaran. Kegiatan produktif ini gencar mereka lakukan setelah adanya sarana air bersih yang mulai mengalir ke rumah mereka masing-masing.
Dahulu sebelum pipa air bersih sampai ke rumah warga, mereka kaum perempuan terpaksa menghabiskan waktu untuk mengambil air dari mata air dan sungai yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari tempat tinggal mereka. Lagi-lagi bermodalkan dana jimpitan tersebut mereka berhasil membangun bak penampungan dan saluran air bersih, yang sekarang bisa dinikmati dan dirasakan semua warga desa.
(Disarikan Oleh Hasan Ramadhan dari Harian Kompas, Rabu 10 Juli 2013)
Jurnal Perempuan memiliki Bundel Kliping setiap bulan dari berbagai surat kabar. Kliping ini berisi tentang isu-isu perempuan yang telah kami kategorisasi. Apabila Anda berminat dengan Kliping kami silakan hubungi: [email protected] atau 021 – 8370 2005
mandiri_dan_sejahtera_dengan_tradisi_jimpitan.pdf | |
File Size: | 2552 kb |
File Type: |