Peluncuran Booklet Memahami Gender
Berbicara tentang gender bukan semata berbicara soal perempuan, tetapi menyangkut seluruh warga negara, demikian pernyataan Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan Dewi Candraningrum dalam peluncuran Booklet Memahami Gender (Understanding Gender), Rabu (5/3) di GIZ Office Jakarta. Booklet yang terbit dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris ini merupakan hasil kolaborasi antara GIZ Indonesia, Timor Leste dan ASEAN dan Jurnal Perempuan. Penerbitan booklet ini sendiri dimaksudkan untuk memperkenalkan keberagaman gender.
Nadja Jacubowski, Gender Focal Point Indonesia, Timor Leste, and ASEAN menjelaskan bahwa buku ini berangkat dari teori-teori yang kemudian dibahasakan dalam konsep yang mudah dipahami. Karena itu pemaparan konsep-konsep kunci tentang gender dalam booklet ini dilengkapi dengan gambar karikatur feminis oleh Ahmad Badawi. Selain memperkenalkan konsep-konsep kunci, booklet Memahami Gender juga menjelaskan bagaimana gender memberi pengaruh pada kehidupan seseorang, peran sosial dan interaksi antar gender, serta membongkar bagaimana mitos tentang gender disusun dan dipelihara.
Sementara itu, Mariana Amiruddin, Dewan Redaksi Jurnal Perempuan menyampaikan bahwa awalnya ada sedikit rasa takut ketika hendak menyusun booklet ini, namun dengan latar belakang studi dan pengalaman bergelut dengan isu gender, ketakutan itu sirna. Harapannya booklet ini dapat menjadi panduan praktis bagi siapa saja yang hendak melakukan analisis gender, membuat rencana aksi, memonitor dan mengevaluasi aktivitas/kinerja.
Peluncuran booklet ini juga diiringi dengan diskusi yang mengangkat topik “The New Face of Indonesian Women”. Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Dewi Candraningrum ini ditampilkan 5 perempuan hebat dengan beragam latar belakang untuk berbagi kisah dan pengalaman mereka dalam berjuang dibidang masing-masing. Ada Eko Indriyanti, mantan buruh migran dan aktivis, Royati, yang berprofesi sebagai petugas keamanan sebuah gedung perkantoran, Titiana Adinda, penulis dan aktivis Our Voice yang juga seorang diffable, Yani Septiani, ITTO project coordinator –CC working group, dan Pauline, advisor KPK. Dari kelima perempuan yang menuturkan kisahnya tersebut kita bisa menjumpai wajah yang sangat beragam dari perempuan Indonesia.
Selain peluncuran booklet dan diskusi, yang tak kalah menarik dari acara ini adalah penampilan sejumlah perempuan dengan karya mereka. Ya, dalam acara ini dipamerkan juga sejumlah sketsa karya Dewi Candraningrum yang diberi judul “Siklus Perempuan”. Dewi menjelaskan setiap sketsa yang dibuat memiliki cerita tersendiri. Seperti sketsa perempuan melahirkan yang merupakan protes Dewi atas kasus perkosaan yang dilakukan penyair Sitok Srengenge. Sementara Mariana Amiruddin tampil membacakan prosa karyanya yang berjudul “Aku dan Ibuku”, yang merupakan adaptasi dari cerpen karyanya yang berjudul “Buku Harian Ibu” yang dimuat di Majalah Goodhousekeeping. Penampilan Mariana disusul oleh Nadja Jacubowski yang juga membacakan prosa dalam bahasa Jerman. Penampil terakhir adalah Nadya Sabran yang dengan suara emas dan petikan gitarnya menyuguhkan lagu “Aku: Perempuan” yang liriknya ditulis oleh Cut Sri Rozanna.
Salam pencerahan dan kesetaraan!
Ditulis oleh: Anita Dhewy
Rabu, 5 Maret 2014
Nadja Jacubowski, Gender Focal Point Indonesia, Timor Leste, and ASEAN menjelaskan bahwa buku ini berangkat dari teori-teori yang kemudian dibahasakan dalam konsep yang mudah dipahami. Karena itu pemaparan konsep-konsep kunci tentang gender dalam booklet ini dilengkapi dengan gambar karikatur feminis oleh Ahmad Badawi. Selain memperkenalkan konsep-konsep kunci, booklet Memahami Gender juga menjelaskan bagaimana gender memberi pengaruh pada kehidupan seseorang, peran sosial dan interaksi antar gender, serta membongkar bagaimana mitos tentang gender disusun dan dipelihara.
Sementara itu, Mariana Amiruddin, Dewan Redaksi Jurnal Perempuan menyampaikan bahwa awalnya ada sedikit rasa takut ketika hendak menyusun booklet ini, namun dengan latar belakang studi dan pengalaman bergelut dengan isu gender, ketakutan itu sirna. Harapannya booklet ini dapat menjadi panduan praktis bagi siapa saja yang hendak melakukan analisis gender, membuat rencana aksi, memonitor dan mengevaluasi aktivitas/kinerja.
Peluncuran booklet ini juga diiringi dengan diskusi yang mengangkat topik “The New Face of Indonesian Women”. Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Dewi Candraningrum ini ditampilkan 5 perempuan hebat dengan beragam latar belakang untuk berbagi kisah dan pengalaman mereka dalam berjuang dibidang masing-masing. Ada Eko Indriyanti, mantan buruh migran dan aktivis, Royati, yang berprofesi sebagai petugas keamanan sebuah gedung perkantoran, Titiana Adinda, penulis dan aktivis Our Voice yang juga seorang diffable, Yani Septiani, ITTO project coordinator –CC working group, dan Pauline, advisor KPK. Dari kelima perempuan yang menuturkan kisahnya tersebut kita bisa menjumpai wajah yang sangat beragam dari perempuan Indonesia.
Selain peluncuran booklet dan diskusi, yang tak kalah menarik dari acara ini adalah penampilan sejumlah perempuan dengan karya mereka. Ya, dalam acara ini dipamerkan juga sejumlah sketsa karya Dewi Candraningrum yang diberi judul “Siklus Perempuan”. Dewi menjelaskan setiap sketsa yang dibuat memiliki cerita tersendiri. Seperti sketsa perempuan melahirkan yang merupakan protes Dewi atas kasus perkosaan yang dilakukan penyair Sitok Srengenge. Sementara Mariana Amiruddin tampil membacakan prosa karyanya yang berjudul “Aku dan Ibuku”, yang merupakan adaptasi dari cerpen karyanya yang berjudul “Buku Harian Ibu” yang dimuat di Majalah Goodhousekeeping. Penampilan Mariana disusul oleh Nadja Jacubowski yang juga membacakan prosa dalam bahasa Jerman. Penampil terakhir adalah Nadya Sabran yang dengan suara emas dan petikan gitarnya menyuguhkan lagu “Aku: Perempuan” yang liriknya ditulis oleh Cut Sri Rozanna.
Salam pencerahan dan kesetaraan!
Ditulis oleh: Anita Dhewy
Rabu, 5 Maret 2014