Kuliah Sedang Berjalan
KAFFE Feminisme Gelombang ke-2
Kerangka Acuan
Kajian Feminisme: Feminisme Gelombang Kedua
Feminisme sebagai sebuah gagasan pemikiran dan sebagai gerakan sosial telah berkembang luas. Feiminisme tidak hanya menjadi sebuah gagasan pemikiran tetapi juga adalah gerakan yang memperjuangkan kesetaraan bagi setiap (orang) jenis kelamin dan/atau gender baik dari aspek sosial, ekonomi, politik, budaya. Di dalam Feminisme setiap teori adalah aktivisme sosial, sehingga setiap gagasan feminisme haruslah mengubah realitas sosial, politik, dan ekonomi perempuan (Robinson 2007: 21).
Feminisme muncul dari penolakan terhadap diskriminasi berdasarkan seks dan gender yang terjadi di dalam masyarakat. Budaya patriarki telah membuat perempuan diposisikan secara subordinat, baik dari segi politik, sosial, budaya, ekonomi dan disingkirkan dari ruang publik. Gagasan feminisme meyakini bahwa kondisi tersebut merupakan hasil dari konstruksi sosial, dan bukan takdir perempuan. Feminisme kemudian menjadi pemikiran dan gerakan sosial yang penting untuk diperbincangkan sebab keberadaannya terus mengupayakan hadirnya keadilan gender.
Perkembangan pemikiran feminisme dapat dilihat dengan beberapa cara, misalnya berdasarkan periodisasi waktu dan aliran pemikiran. Di dalam periodisasi waktu, feminisme gelombang pertama dapat dikatakan dimulai dari semangat Revolusi Perancis, 1789, yaitu periode sejarah di mana martabat, kesetaraan dan kebebasan manusia diperjuangkan. Di dalam aliran pemikiran, feminisme gelombang pertama mencakup pemikiran feminisme liberal, radikal, dan marxis/sosialis.
Perkembangan pemikiran feminisme secara umum juga dapat dibagi ke dalam tiga gelombang. Berbagai pemikiran feminisme yang kita kenal saat ini berkaitan erat dan/atau merupakan evolusi dari pemikiran feminisme yang dibagi ke dalam tiga gelombang utama, yaitu pemikiran feminisme gelombang pertama, gelombang kedua, dan feminisme kontemporer (Robins 2007: 21).
Setelah pembahasan KAFFE Feminisme Gelombang Pertama di bulan Februari, di bulan April 2021 Jurnal Perempuan kembali mengadakan perkuliahan KAFFE. Kuliah kali ini merupakan kelanjutan dari kelas sebelumnya. Pada sesi kali ini akan dibahas tentang pemikiran feminisme gelombang ke-2. Sebagai kelanjutan dari perkembangan pemikiran feminisme gelombang pertama, maka feminisme gelombang kedua juga mendapat pengaruh dari feminisme gelombang pertama. Feminisme gelombang kedua berupaya menjelaskan bahwa perempuan dan laki-laki adalah sama. Gagasan ini dijadikan landasan untuk menuntut hak yang sama. Tetapi dalam perkembangannya para pemikir feminisme gelombang dua justru menunjukkan kekhususan perempuan sebagai basis subversi terhadap patriarki.
Feminisme gelombang kedua tahun 1960-an-1980-an berfokus pada masalah kesetaraan dan diskriminasi. Slogan gelombang kedua, "The Personal is Political," mengidentifikasi bahwa ketidaksetaraan gender dalam budaya dan politik berkait erat dengan cara pandang yang seksis terhadap kehidupan pribadi perempuan. Adapun aliran pemikiran feminisme gelombang dua yang akan dibahas di kelas ini adalah feminisme eksistensialisme dan gynosentrisme. Bila feminisme gelombang satu berfokus pada perjuangan atas kesamaan hak dengan lak-laki, feminisme gelombang kedua berfokus pada pemaknaan diri perempuan sebagai sarana membebaskan diri dari belenggu patriarki. Feminisme gelombang dua bicara tentang perbedaan perempuan dengan laki-laki.
Eksistensialisme yang diperkenalkan oleh Simone de Beauvoir meletakkan dasar penting tentang bagaimana perempuan diperlakukan sebagai liyan di dalam masyarakat. Dalam Second Sex Beauvoir melihat bahwa ideologi yang berpusat pada laki-laki menempatkan perempuan menjadi makhluk kelas dua di dalam masyarakat karena ketubuhannya. Selain Eksistensialisme, gynosentrisme juga menguat pada pemikiran feminisme gelombang kedua. Masih berfokus pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Aliran pemikiran ini melacak perbedaan psyche antara laki-laki dan perempuan. Terdapat dua pandangan terkait kekhususan psyche perempuan, pemikiran pertama melihat perbedaan psyce sebagai alasan penindasan dan dominasi terhadap perempuan, tetapi pemikir lainnya justru melihat bahwa perbedaan tersebut sebagai sarana pembebasan.
Kaffe (Kajian Feminisme dan Filsafat) Jurnal Perempuan kali ini akan membicarakan tentang arti penting pemikiran feminisme gelombang kedua dan relevansinya terhadap diskursus hak-hak perempuan dalam konteks Indonesia. Kelas Kaffe Jurnal Perempuan akan membahas sejarah kemunculan feminisme gelombang kedua, tokoh-tokoh feminisme yang berpengaruh, serta aliran pemikiran feminisme pada gelombang tersebut.
Rencana Kegiatan
Narasumber : Prof. Dr. Gadis Arivia
Hari/ tanggal : Jumat, 30 April 2021
Waktu : 19:00 – 21:00 WIB
Peserta : 20 Orang
Kegiatan : Webinar dengan aplikasi Zoom
Kontribusi : Rp 200.000 (Peserta mendapatkan 1X kelas webinar dan buku Filsafat Berperspektif Feminisme cetakan 2 karya Gadis Arivia/ Jurnal Perempuan edisi terbaru).
Tentang Narasumber
Gadis Arivia lahir di New Delhi, 8 September 1964. Ia memperoleh gelar sarjana filsafat dari Universitas Indonesia, Master di bidang Psikologi Sosial dari EHESS (École des Hautes Études en Sciences Sociales), Paris, Perancis, dan Doktor di bidang filsafat dari Universitas Indonesia. Gadis Arivia adalah pendiri jurnal feminis pertama di Indonesia pada tahun 1996, Jurnal Perempuan, dan telah menulis beberapa buku kajian feminisme, kumpulan puisi, dan artikel-artikel ilmiah tentang gender, ekofeminisme serta isu-isu sosial. Selama lebih dari 20 tahun ia mengajar di Departemen Filsafat, Universitas Indonesia, dan kini mengajar di Montgomery College, Takoma Park, Maryland, USA, bidang sosiologi dan sosiologi gender.
Tentang KAFFE
KAFFE adalah Kajian Feminisme dan Filsafat, salah satu program kursus yang diadakan oleh Yayasan Jurnal Perempuan. KAFFE pertama kali diadakan pada tahun 2016 dan telah mengangkat tema-tema yang penting terkait persoalan ketidakadilan gender. Adapun tema-tema yang pernah diangkat antara lain; “Postrukturalisme: Membongkar Bentuk-bentuk Dominasi”, “Islam dan Feminisme”, “Etika Publik dan Keadilan”, “Ekofeminisme”, “Berpikir Kritis” dan lain sebagainya. Di awal tahun 2021, KAFFE akan membincang tentang teori feminisme gelombang pertama dan dilanjutkan pada bulan-bulan berikutnya dengan gelombang kedua dan ketiga.
Feminisme muncul dari penolakan terhadap diskriminasi berdasarkan seks dan gender yang terjadi di dalam masyarakat. Budaya patriarki telah membuat perempuan diposisikan secara subordinat, baik dari segi politik, sosial, budaya, ekonomi dan disingkirkan dari ruang publik. Gagasan feminisme meyakini bahwa kondisi tersebut merupakan hasil dari konstruksi sosial, dan bukan takdir perempuan. Feminisme kemudian menjadi pemikiran dan gerakan sosial yang penting untuk diperbincangkan sebab keberadaannya terus mengupayakan hadirnya keadilan gender.
Perkembangan pemikiran feminisme dapat dilihat dengan beberapa cara, misalnya berdasarkan periodisasi waktu dan aliran pemikiran. Di dalam periodisasi waktu, feminisme gelombang pertama dapat dikatakan dimulai dari semangat Revolusi Perancis, 1789, yaitu periode sejarah di mana martabat, kesetaraan dan kebebasan manusia diperjuangkan. Di dalam aliran pemikiran, feminisme gelombang pertama mencakup pemikiran feminisme liberal, radikal, dan marxis/sosialis.
Perkembangan pemikiran feminisme secara umum juga dapat dibagi ke dalam tiga gelombang. Berbagai pemikiran feminisme yang kita kenal saat ini berkaitan erat dan/atau merupakan evolusi dari pemikiran feminisme yang dibagi ke dalam tiga gelombang utama, yaitu pemikiran feminisme gelombang pertama, gelombang kedua, dan feminisme kontemporer (Robins 2007: 21).
Setelah pembahasan KAFFE Feminisme Gelombang Pertama di bulan Februari, di bulan April 2021 Jurnal Perempuan kembali mengadakan perkuliahan KAFFE. Kuliah kali ini merupakan kelanjutan dari kelas sebelumnya. Pada sesi kali ini akan dibahas tentang pemikiran feminisme gelombang ke-2. Sebagai kelanjutan dari perkembangan pemikiran feminisme gelombang pertama, maka feminisme gelombang kedua juga mendapat pengaruh dari feminisme gelombang pertama. Feminisme gelombang kedua berupaya menjelaskan bahwa perempuan dan laki-laki adalah sama. Gagasan ini dijadikan landasan untuk menuntut hak yang sama. Tetapi dalam perkembangannya para pemikir feminisme gelombang dua justru menunjukkan kekhususan perempuan sebagai basis subversi terhadap patriarki.
Feminisme gelombang kedua tahun 1960-an-1980-an berfokus pada masalah kesetaraan dan diskriminasi. Slogan gelombang kedua, "The Personal is Political," mengidentifikasi bahwa ketidaksetaraan gender dalam budaya dan politik berkait erat dengan cara pandang yang seksis terhadap kehidupan pribadi perempuan. Adapun aliran pemikiran feminisme gelombang dua yang akan dibahas di kelas ini adalah feminisme eksistensialisme dan gynosentrisme. Bila feminisme gelombang satu berfokus pada perjuangan atas kesamaan hak dengan lak-laki, feminisme gelombang kedua berfokus pada pemaknaan diri perempuan sebagai sarana membebaskan diri dari belenggu patriarki. Feminisme gelombang dua bicara tentang perbedaan perempuan dengan laki-laki.
Eksistensialisme yang diperkenalkan oleh Simone de Beauvoir meletakkan dasar penting tentang bagaimana perempuan diperlakukan sebagai liyan di dalam masyarakat. Dalam Second Sex Beauvoir melihat bahwa ideologi yang berpusat pada laki-laki menempatkan perempuan menjadi makhluk kelas dua di dalam masyarakat karena ketubuhannya. Selain Eksistensialisme, gynosentrisme juga menguat pada pemikiran feminisme gelombang kedua. Masih berfokus pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Aliran pemikiran ini melacak perbedaan psyche antara laki-laki dan perempuan. Terdapat dua pandangan terkait kekhususan psyche perempuan, pemikiran pertama melihat perbedaan psyce sebagai alasan penindasan dan dominasi terhadap perempuan, tetapi pemikir lainnya justru melihat bahwa perbedaan tersebut sebagai sarana pembebasan.
Kaffe (Kajian Feminisme dan Filsafat) Jurnal Perempuan kali ini akan membicarakan tentang arti penting pemikiran feminisme gelombang kedua dan relevansinya terhadap diskursus hak-hak perempuan dalam konteks Indonesia. Kelas Kaffe Jurnal Perempuan akan membahas sejarah kemunculan feminisme gelombang kedua, tokoh-tokoh feminisme yang berpengaruh, serta aliran pemikiran feminisme pada gelombang tersebut.
Rencana Kegiatan
Narasumber : Prof. Dr. Gadis Arivia
Hari/ tanggal : Jumat, 30 April 2021
Waktu : 19:00 – 21:00 WIB
Peserta : 20 Orang
Kegiatan : Webinar dengan aplikasi Zoom
Kontribusi : Rp 200.000 (Peserta mendapatkan 1X kelas webinar dan buku Filsafat Berperspektif Feminisme cetakan 2 karya Gadis Arivia/ Jurnal Perempuan edisi terbaru).
Tentang Narasumber
Gadis Arivia lahir di New Delhi, 8 September 1964. Ia memperoleh gelar sarjana filsafat dari Universitas Indonesia, Master di bidang Psikologi Sosial dari EHESS (École des Hautes Études en Sciences Sociales), Paris, Perancis, dan Doktor di bidang filsafat dari Universitas Indonesia. Gadis Arivia adalah pendiri jurnal feminis pertama di Indonesia pada tahun 1996, Jurnal Perempuan, dan telah menulis beberapa buku kajian feminisme, kumpulan puisi, dan artikel-artikel ilmiah tentang gender, ekofeminisme serta isu-isu sosial. Selama lebih dari 20 tahun ia mengajar di Departemen Filsafat, Universitas Indonesia, dan kini mengajar di Montgomery College, Takoma Park, Maryland, USA, bidang sosiologi dan sosiologi gender.
Tentang KAFFE
KAFFE adalah Kajian Feminisme dan Filsafat, salah satu program kursus yang diadakan oleh Yayasan Jurnal Perempuan. KAFFE pertama kali diadakan pada tahun 2016 dan telah mengangkat tema-tema yang penting terkait persoalan ketidakadilan gender. Adapun tema-tema yang pernah diangkat antara lain; “Postrukturalisme: Membongkar Bentuk-bentuk Dominasi”, “Islam dan Feminisme”, “Etika Publik dan Keadilan”, “Ekofeminisme”, “Berpikir Kritis” dan lain sebagainya. Di awal tahun 2021, KAFFE akan membincang tentang teori feminisme gelombang pertama dan dilanjutkan pada bulan-bulan berikutnya dengan gelombang kedua dan ketiga.