Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025
Warta Feminis

Sebelum Palestina Bebas, Tidak Ada Perempuan yang Benar-benar Bebas: Sebuah Refleksi dari KCIF 2024

8/7/2024

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     ​LETSS Talk bekerjasama dengan Konde.co melakukan Special Plenary Session: A Consortium for Plural and Inclusive Indonesian Feminism pada the 2nd Annual Kartini Conference on Indonesian Feminism (KCIF 2024) lalu. Sesi ini berlangsung pada Jumat, (28/6/2024). Tema dari konsorsium ini adalah "The Occupied Palestine and Feminist Movements" yang mengundang Loren Lybarger Ph.D. (Ohio University), Nada Tayem (University of Pennsylvania), Dina M. Siddiqi, Ph.D. (New York University), dan Intan Paramadhita, Ph.D. (Sekolah Pemikiran Perempuan). Sesi ini dimoderatori oleh Riri Khariroh, M.A. (Nihadul Qulub Indonesia Foundation).

     Loren Lybarger sebagai pembicara pertama menjelaskan tentang sejarah Konflik Palestina dan Israel. Ia menjelaskan bagaimana populasi Israel berkembang dari tahun ke tahun, sementara populasi Palestina berkurang. Terdapat banyak sekali aturan diskriminatif yang diderita warga Palestina di Israel. Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan banyak gerakan ektrimis terjadi sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan Israel.
 
     Pembicara kedua, Nada Tayem, menjelaskan bagaimana lebih dari 10.000 perempuan telah terbunuh dan lebih dari 6.000 ibu terkena dampaknya. Bahkan, lebih dari 1 juta perempuan Palestina di Gaza tidak memiliki akses kepada makanan dan pengobatan. Kondisinya sangat tidak manusiawi, dan di Gaza perempuan merupakan pelaku kerja perawatan utama, dan saat ini mereka hidup dengan terancam. Nada juga menjelaskan tentang ekofeminisme dalam konteks Palestina.
 
     Dina M. Siddiqi sebagai pembicara ketiga juga menjelaskan bagaimana isu Palestina juga merupakan isu feminis, dan masyarakat global juga harus menganggap isu ini sebagai isu feminis. Sebanyak 80 persen sekolah dihancurkan, rumah sakit dihancurkan, dan rumah ibadah juga dihancurkan. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa mereka mengecam tindakan Israel, tapi tidak melakukan hal lebih. Pembunuhan anak-anak juga terjadi di Gaza, dengan kelaparan dan kurangnya akses kepada kesehatan. Secara aktif, dunia menolak hal ini sebagai genosida, dan sebagai feminis penolakan itu harus dikecam, sebab kejahatan yang dilakukan Israel sudah masuk dalam kategori genosida. Di negara-negara beraliran liberal seperti Amerika pun beberapa orang yang bersuara tentang Palestina ditangkap karena dituduh melakukan aksi antisemitisme. Di sini, narasi menjadi penting, karena narasi yang terbaik akan dianggap menang.
 
     Apa yang bisa dilakukan sebagai feminis? Kita harus melakukan perlawanan terhadap sisitem Postkolonial dan Neokolonial yang mendukung Israel. Kenapa feminis harus peduli pada genosida di Palestina? Sebab isu Israel-Palestina merupakan isu feminis, dan feminis harus melawan bersama. Palestina juga memiliki gerakan kolektif feminis yang melawan. Selama Palestina tidak bebas, maka perempuan juga tidak bebas, karena interkonektivitas antara pembebasan perempuan Palestina dan pembebasan perempuan di belahan dunia lainnya. 
 
     Intan Paramadita sebagai pembicara terakhir mengatakan bahwa konteks feminisme di Indonesia sangat unik. Karena berbeda dengan di luar negeri dimana orang yang vokal tentang isu Palestina bisa dipenjara, di Indonesia dukungan terhadap Palestina adalah diskusi yang umum. Palestina adalah simbol dari perjuangan muslim secara global yang didukung di Indonesia. Di sini, solidaritas menjadi penting, karena solidaritas menjadi simbol dukungan kepada Palestina. Namun, solidaritas tersebut harus diikuti oleh aksi, agar tidak menjadi simbol saja. Karena perlawanan ini bukan hanya terhadap Israel semata, tapi pada sistem kapitalisme global yang masih melakukan kolonialisme di mana-mana.
 
     ​Isu Palestina merupakan isu feminis, karena sampai seluruh perempuan di Palestina bebas, maka tidak ada perempuan di dunia yang benar-benar bebas. Kita harus menggunakan solidaritas feminis global untuk melawan sistem liberal kapitalistik yang menjajah, termasuk di Palestina. Before Palestine is free, no women will be free. (Dian Aditya Ning Lestari)

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025