Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025
Warta Feminis

Partai NasDem Gandeng Pakar Perempuan Galakkan Inklusivitas Hukum Bagi Kepentingan Perempuan dan Kelompok Marginal

5/8/2024

 
PictureDok. Partai NasDem
     Pada Rabu (31/7/2024) lalu, Partai Nasional Demokrat (NasDem) menyelenggarakan simposium bersama para pakar hukum perempuan sebagai rangkaian dari Pra-Kongres III. Kegiatan ini diselenggarakan secara hybrid pada Ballroom NasDem Tower, Jakarta Pusat dan platform Zoom. Bertajuk “Quo Vadis Negara Hukum: Perempuan Berbicara”, kegiatan ini mengundang 9 orang pakar, yakni Sulistyowati Irianto (Guru Besar Antropologi Hukum UI), Mamik Sri Supatmi (Pengajar Kriminolog UI), Bivitri Susanti (Pakar Hukum Tata Negara Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera), L. G. Saraswati Putri (Pengajar Filsafat UI), Iftitah Sari (Peneliti ICJR), Jane Rosalina Rumpi (Kepala Divisi Impunitas KontraS), Atnike Nova Sigiro (Ketua Komnas HAM), Jaleswari Pramodhawardhani (Peneliti LIPI, Deputi V KSP 2016-2024), dan Nursyahbani Katjasungkana (Ketua Dewan Pembina YLBHI).

     Taufik Basari (Ketua DPP Partai NasDem) melalui sambutannya menyatakan, “Partai NasDem menyerap apa yang disampaikan oleh para tokoh perempuan ini agar nantinya dapat dijadikan bahan pada kongres di bulan Agustus mendatang.”

⁠     Sulistyowati Irianto membuka kegiatan dengan memaparkan perihal pentingnya keterlibatan teori feminisme dalam kerangka hukum. Lensa feminisme baginya memungkinkan adanya rekognisi atas penindasan terhadap perempuan sehingga terdapat ruang untuk mempertanyakan bagaimana akomodasi pengalaman mereka, sebagai kelompok rentan, dalam pasal-pasal tertentu. Mamik Sri Supatmi juga menerangkan kondisi sistem hukum yang belum efektif dalam melindungi perempuan. Maraknya kasus femisida yang mencerminkan bahwa kebencian, perendahan, hingga prasangka terhadap perempuan masih menjadi persoalan struktural, jelas Mamik. Senapas dengannya, Iftitah Sari turut mengeksplisitkan contoh lain dari ketidakadilan sistem hukum, yakni masih teraktualisasinya hukuman mati. Padahal, sebagai negara hukum, hak asasi manusia (HAM) seharusnya menjadi aspek yang diprioritaskan. Ketika hukuman mati dijalankan, maka sejatinya ia berbanding terbalik dengan konsepsi HAM.

     Keprihatinan mengenai praktik negara hukum saat ini turut dijabarkan oleh Bivitri Susanti. Melanjutkan pemaparan Iftitah Sari, eksistensi hukum baginya harus menjadi instrumen bagi keadilan dan kesejahteraan bangsa. Namun, hari-hari ini hukum dipegang oleh segelintir kelompok dengan berbagai kepentingan, sehingga alih-alih berpihak pada rakyat, hukum akhirnya hanya melanggengkan kekuasaan. Saraswati Putri menambahkan bahwa kondisi ini pada akhirnya hanya menjauhkan hukum dari prinsip keadilan. Dalam pandangannya, hukum seharusnya memuat aturan yang menegakkan keadilan daripada mempertahankan status quo.

     Jane Rosalina Rumpi pada gilirannya menekankan bahwa partai politik harus mengambil peran sebagai agen yang mengkritisi produk hukum. Partai politik memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa hukum yang dibuat benar-benar mencerminkan kepentingan rakyat dan bukan sekadar melayani kepentingan segelintir pihak.

     Atnike Nova Sigiro melalui gagasannya mengingatkan bahwa pengakuan hak atas keadilan merupakan perwujudan sila kedua dan kelima dalam Pancasila. Oleh karena itu, penting untuk memastikan demokrasi yang menjamin kesetaraan bagi seluruh lapisan masyarakat sehingga tidak menjadi hak istimewa segelintir kelompok elit semata.

     Jaleswari Pramodhawardani dan Nursyahbani Katjasungkana menegaskan bahwa perumusan kebijakan perlu menjadi lebih inklusif dan berperspektif gender sehingga memastikan perempuan, serta kelompok marginal lainnya mendapatkan akses keadilan yang sama. Baginya, kebijakan yang inklusif dan berperspektif gender akan sensitif dalam mengakomodasi pengalaman kelompok rentan yang selama ini terpinggirkan. Pada penghujung kegiatan, gagasan-gagasan tersebut ditanggapi oleh anggota dewan dari berbagai fraksi, diantaranya PAN, PKS, dan PDI Perjuangan.  (Ni Putu Putri Wahyu Cahyani)

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025