Pada Jumat (25/10/2024) telah digelar acara "Dari Garut untuk Dunia" di KeKini Ruang Bersama, Cikini, Jakarta Pusat. Acara ini merupakan temu media dan mitra yang dipandu oleh Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa), menghadirkan Nissa Wargadipura seorang aktivis lingkungan dan pendiri Pesantren Ekologi Ath-Thaariq, yang berhasil meraih penghargaan "Food Hero" 2024 dari Food and Agriculture Organization (FAO). Acara ini juga dihadiri oleh Sita Supomo selaku Direktur Eksekutif IKa. Hadir juga Noer Fauzi Rachman, Ph.D., seorang peneliti dan pengajar yang berbagi pandangan mengenai pentingnya agroekologi dalam konteks ketahanan pangan di Indonesia. Turut diundang perwakilan dari berbagai media, serta Agam selaku perwakilan FAO Indonesia. Penghargaan ini diserahkan pada Global Family Farming Forum di Roma, Italia, pada 16 Oktober 2024 lalu. Nissa termasuk dalam daftar 26 individu dari seluruh dunia yang diakui dunia berkontribusi signifikan dalam memajukan akses pangan berkelanjutan, bergizi, dan terjangkau bagi komunitas lokal dan global. Nissa mendapatkan penghargaan tersebut berkat dedikasinya dalam mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya pertanian keluarga dan agroekologi melalui Pesantren Ekologi Ath-Thaariq yang didirikannya pada tahun 2008. Pendirian Pesantren Ekologi Ath-Thaariq ini berangkat dari beberapa krisis sosial, seperti kerusakan ekologis, perubahan iklim, hilangnya pengetahuan kearifan lokal, anak-anak berkebutuhan khusus, hingga stunting dan gizi buruk. Dedikasi Nissa dalam menyebarkan pemahaman tentang pertanian keluarga dan agroekologi berperan penting dalam pengakuan ini. Melalui Pesantren Ekologi Ath-Thaariq, Nissa menyelaraskan ilmu pertanian berkelanjutan dengan nilai-nilai agama. Pesantren ini menawarkan pembelajaran agroekologi, mengajarkan generasi muda tentang ketahanan pangan melalui pendekatan ramah lingkungan, yang relevan dengan tantangan iklim saat ini. Nissa menjelaskan bahwa Ath-Thaariq mendorong pemahaman Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam, dengan tiga pilar utama yakni ilmu pengetahuan, praktik nyata, dan gerakan sosial. Sita Supomo turut mengapresiasi prestasi Nissa. Menurut Sita, pendekatan Nissa yang partisipatif berhasil memperluas dampak dari lingkup keluarga ke masyarakat luas, sehingga meningkatkan ketahanan pangan sekaligus kelestarian lingkungan. IKa telah mendukung inisiatif Nissa sejak 2011, termasuk pemberian hibah untuk pengembangan modul “Green Islam” yang mengintegrasikan nilai-nilai keberlanjutan lingkungan dan feminisme dalam ajaran Islam.
Dalam acara ini, nilai-nilai ekofeminisme terlihat jelas, sejalan dengan pemikiran Vandana Shiva yang mengadvokasi pentingnya pemberdayaan perempuan dalam menjaga ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan. Seperti Shiva, Nissa mengedepankan peran benih lokal sebagai simbol keberlanjutan dan ketahanan pangan. Pendekatan pertanian yang dikelola oleh perempuan ini menghubungkan kedaulatan pangan dengan keadilan sosial, yang mengakui kontribusi perempuan sebagai penjaga tanah dan sumber daya alam yang berkelanjutan. Selain itu, diskusi ini juga membahas pentingnya melawan industrialisasi dan korporatisasi sektor pertanian yang seringkali merusak ekosistem dan meminggirkan komunitas lokal. Vandana Shiva berpendapat bahwa sistem pertanian industrialis hanya menguntungkan segelintir pihak dan mengabaikan kesejahteraan lingkungan serta keanekaragaman hayati. Hal ini tercermin dalam pendekatan Nissa yang mengutamakan penyerbukan alami, tanpa pestisida, dan sistem pertanian polikultur yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem serta meningkatkan ketersediaan pangan lokal. Bagi Nissa, pertanian keluarga dan agroekologi adalah langkah strategis untuk mengamankan ketahanan pangan jangka panjang. Dengan sistem zonasi yang dibuat berdasarkan kebutuhan keluarga, Ath-Thaariq telah mengembangkan 45 zonasi yang spesifik untuk kebutuhan berbeda. Zona-zona ini beragam, dari zona penyimpanan beras, zona dapur bersama, hingga zona lebah madu dan lain-lain, semuanya saling menjaga dan melengkapi kebutuhan dasar pesantren dan masyarakat sekitar. Gerakan cinta lingkungan menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran dan kontribusi penting dalam menghadapi krisis iklim global. Inisiatif Nissa dari Garut, Jawa Barat, diakui secara global, memberikan inspirasi bahwa perubahan dan gerakan ini dapat dimulai dari keluarga, komunitas lokal, demi keberlanjutan dunia. Acara ini menjadi momentum untuk mendorong dan memperkuat jaringan komunitas, swasta, lembaga pemerintah, organisasi masyarakat sipil, media, yang berkomitmen pada keadilan lingkungan dan sosial, serta mengakui peran dan kontribusi perempuan sebagai pemimpin perubahan dalam sektor pertanian yang lebih adil dan berkelanjutan. (Putu Gadis Arvia Puspa) . Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |