Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
Warta Feminis

Membongkar Rasa Malu: Fenomenologi Feminis dalam Kebertubuhan Perempuan dan Laki-Laki

29/8/2024

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     ​Pada Senin (26/8/2024) Justice Peace Integrity of Creation (JPIC) OFM Indonesia menggelar seri ke-12 dari webinar “Philosophy of Human Rights”. Webinar ini menghadirkan Dr. Ruth Indiah Rahayu, seorang Doktor Filsafat yang memperoleh gelarnya dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, akademisi, dan praktisi filsafat, yang membahas topik bertajuk “Malu dalam Pengalaman Kebertubuhan: Tinjauan Fenomenologi Feminis”. Acara ini berlangsung secara daring melalui platform Zoom Meeting dan Live Streaming di Youtube JPIC OFM Indonesia. Webinar ini diikuti oleh berbagai kalangan, termasuk akademisi, aktivis, dan mahasiswa yang tertarik pada isu-isu feminisme, filsafat, dan hak asasi manusia (HAM).

     ​Ruth Indiah Rahayu, dalam paparannya, mengeksplorasi rasa malu yang dialami oleh perempuan terkait dengan kebertubuhan mereka. Ia menjelaskan bagaimana rasa malu sering muncul dari tubuh yang dianggap tidak sempurna, yang kemudian dikonstruksi oleh norma-norma sosial dan budaya. “Malu itu terhubung dengan tubuh karena tubuh kita dibentuk oleh kekuatan sosial,” ujar Ruth. Ia mengaitkan hal ini dengan fenomenologi, sebuah pendekatan filosofis yang menekankan subjektivitas dan pengalaman individu, serta interaksi tubuh dengan dunia luar.  Fenomenologi menawarkan cara untuk memahami pengalaman subjektif perempuan, khususnya dalam menghadapi rasa malu yang dikaitkan dengan tubuh mereka.

     ​Melalui pendekatan fenomenologis, Ruth mengajak para audiens untuk memahami bahwa rasa malu bukanlah sekadar emosi pribadi, melainkan sebuah fenomena sosial yang dipengaruhi oleh kekuatan eksternal seperti norma-norma patriarki dan kapitalisme. Ia juga menyoroti bagaimana rasa malu dapat menyebabkan perasaan rendah diri dan marginalisasi perempuan dalam masyarakat. Dalam konteks ini, Ruth menyebut bahwa fenomenologi mampu memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana tubuh dan rasa malu dibentuk dan dimediasi oleh kekuatan sosial sehingga berdampak pada identitas perempuan.

     ​Webinar ini juga membahas konsep-konsep penting dari filsuf terkenal seperti Edmund Husserl, Maurice Merleau-Ponty, dan Simone de Beauvoir. Ruth menguraikan bahwa Husserl memperkenalkan konsep "tubuh yang hidup" yang menyoroti bagaimana tubuh manusia adalah pusat dari pengalaman subjektif. Sementara itu, Merleau-Ponty menambahkan bahwa tubuh memiliki intensionalitas motorik, yang berarti bahwa tubuh menyimpan memori dan pengalaman yang dapat mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan dunia. "Tubuh bukan hanya objek pasif, tetapi juga aktif dalam merespons lingkungan," jelas Ruth.

     ​Ruth juga merujuk Simone de Beauvoir, seorang tokoh feminis terkemuka, dalam presentasinya di kesempatan kali ini. Beauvoir dikenal dengan kritiknya terhadap eksistensialisme Sartre, khususnya dalam hal bagaimana perempuan sering kali dijadikan "yang Liyan" (the Other) dalam budaya patriarki. Ruth menekankan bahwa pandangan Beauvoir ini relevan dalam memahami bagaimana rasa malu sering kali menjadi bagian dari pengalaman perempuan sebagai akibat dari konstruksi sosial yang mengobjektifikasi tubuh mereka. "Menurut Beauvoir, perempuan menjadi yang Liyan karena mereka dilihat dan dinilai oleh standar yang ditetapkan oleh laki-laki," kata Ruth.

     ​Selain memaparkan teori-teori fenomenologi dan feminisme, Ruth juga menggambarkan bagaimana rasa malu dapat menjadi alat kontrol sosial yang menekan perempuan untuk mengikuti norma-norma tertentu. Ia menyebutkan bahwa dalam banyak budaya, perempuan diajarkan untuk merasa malu terhadap tubuh mereka sejak usia dini. Hal ini, menurut Ruth, adalah bentuk pendisiplinan sosial yang bertujuan untuk menjaga norma-norma patriarki. "Rasa malu menjadi mekanisme kontrol yang efektif dalam menjaga perempuan agar tetap berada dalam 'jalur' yang telah ditentukan oleh masyarakat," ungkapnya.

     ​Selain itu, webinar ini juga mengupas bagaimana kapitalisme dan neoliberalisme turut berperan dalam mengkomodifikasi rasa malu dan tubuh perempuan. Ruth menjelaskan bahwa dalam masyarakat modern, rasa malu sering kali dijual sebagai bagian dari estetika dan penampilan yang diharapkan oleh pasar. "Pasar neoliberal tidak hanya menjual produk, tetapi juga norma-norma tentang bagaimana perempuan seharusnya tampil dan berperilaku," ujar Ruth. Ia mengingatkan bahwa komodifikasi ini semakin memperkuat kontrol sosial terhadap perempuan dan mempertegas standar-standar yang menekan.

     ​Webinar ini tidak hanya menampilkan pemaparan teoritis tetapi juga memberikan ruang untuk diskusi interaktif. Para peserta juga aktif mengajukan pertanyaan dan berbagi pandangan mereka, termasuk tentang bagaimana rasa malu terkait tubuh perempuan di berbagai budaya, serta relevansi konsep tersebut dalam konteks kontemporer yang sering kali menekankan estetika dan penampilan. Salah satu peserta, Esti Susanti, bertanya tentang hubungan antara rasa malu dan keperawanan, serta bagaimana feminisme melihat isu tersebut dalam konteks sosial.

     ​Ruth menanggapi dengan menjelaskan bahwa konsep keperawanan dan kesucian sering kali digunakan sebagai alat kontrol sosial terhadap perempuan. Ia menyebutkan bahwa norma-norma ini merupakan bagian dari sistem pengawasan sosial yang menekan perempuan agar memenuhi standar tertentu. “Keperawanan dan kesucian adalah sistem panoptikon terhadap kebertubuhan perempuan,” tegasnya. Tubuh perempuan adalah milik mereka sendiri dan seharusnya tidak diatur oleh norma-norma yang mengekang kebebasan mereka.

     ​Selain pembahasan teori, Ruth juga mengajak peserta untuk mempertimbangkan bagaimana rasa malu bisa dilampaui. Ia memberikan contoh dari sejarah perempuan seperti Mary Wollstonecraft dan R.A. Kartini yang berhasil mengubah rasa malu mereka menjadi dorongan untuk melahirkan pemikiran-pemikiran baru yang memperjuangkan kebebasan dan kesetaraan. "Melampaui rasa malu bisa menjadi cara untuk mentransendensikan diri dan melahirkan sesuatu yang baru," ujar akademisi feminis tersebut.

     ​Webinar yang berlangsung selama dua jam ini berhasil mengangkat isu-isu penting terkait fenomenologi feminis dan rasa malu dalam kebertubuhan perempuan. Melalui pendekatan fenomenologi dalam memahami dinamika sosial yang terus berkembang, Ruth berhasil membuka wacana baru tentang bagaimana tubuh perempuan dipahami dan diperlakukan dalam masyarakat yang masih sarat dengan norma-norma patriarki. Ruth mendorong para audiens untuk terus mengeksplorasi isu-isu ini dalam konteks lokal maupun global, serta menerapkannya dalam upaya memperjuangkan hak asasi manusia dan kesetaraan gender.
​

     ​Kegiatan ini merupakan bagian dari serial webinar “Philosophy of Human Rights” yang yang diadakan oleh JPIC OFM Indonesia yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman peserta mengenai hak asasi manusia melalui lensa filsafat dan feminis. Dengan pembicara yang kompeten seperti Ruth Indiah Rahayu, seri ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang diskusi akademis atau diskusi publik saja, tetapi juga sebuah panggilan untuk aksi nyata dalam melawan ketidakadilan gender dan memperjuangkan hak-hak perempuan serta keadilan gender. (Putu Gadis Arvia)
​

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024