Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025
Warta Feminis

Mata Harumi: Sastra sebagai Media Penyambung Rasa Suara Perempuan, Luka, dan Perlawanan dalam Cerita

18/2/2025

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     Pada, Jumat (14/2/2025)  Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menggelar peluncuran kumpulan cerpen Mata Harumi bertajuk "Cerpen Media Penyambung Rasa". Acara yang berlangsung secara hybrid di kantor Komnas Perempuan dan disiarkan langsung melalui YouTube ini menghadirkan berbagai tokoh, termasuk Putu Oka Sukanta selaku penulis Mata Harumi, Andy Yentriyani (Ketua Komnas Perempuan), Saras Dewi (akademisi), Luviana (jurnalis), Fathul Rizkoh (perwakilan kelompok muda), dan Yuni Asriyanti (perempuan pembela HAM). Acara ini juga dihadiri oleh penyintas kekerasan HAM 1965, organisasi masyarakat sipil, media feminis, dan akademisi.

     Peluncuran Mata Harumi bertujuan untuk membuka ruang refleksi mengenai pengalaman perempuan yang terperangkap dalam diskriminasi dan kekerasan, baik di masa lalu maupun dalam konteks kekerasan berbasis gender yang masih terjadi saat ini. Sastra, dalam hal ini, diposisikan sebagai media memorialisasi agar peristiwa kekerasan terhadap perempuan tidak dilupakan dan menjadi pengingat atas pekerjaan rumah yang masih harus diselesaikan demi keadilan gender.

     Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani, dalam sambutannya menegaskan bahwa Komnas Perempuan terus berupaya menciptakan ruang-ruang baru bagi perempuan untuk menyuarakan pengalaman mereka. Ia menekankan bahwa karya sastra seperti Mata Harumi memiliki peran penting dalam mengangkat realitas kekerasan terhadap perempuan, baik dalam konteks sejarah maupun situasi terkini. Sastra, bukan sekadar bentuk ekspresi artistik, tetapi juga sarana advokasi dan penguatan ingatan kolektif agar kekerasan tidak terulang.

     Putu Oka Sukanta, sebagai penulis kumpulan cerpen Mata Harumi, menjelaskan bahwa cerpen-cerpen dalam buku ini bukan sekadar rekaman sejarah, tetapi hasil pengolahan realitas sosial melalui imajinasi. Menurutnya, cerita pendek dapat menjadi jembatan batin antara penulis dan pembaca, memungkinkan pembaca mengalami emosi dan perspektif yang mungkin tidak pernah mereka alami langsung. Dalam beberapa cerpen, ia menyoroti bagaimana patriarki mengontrol tubuh perempuan, mengilustrasikan peran perempuan dalam ruang publik dan domestik, serta bagaimana mereka melakukan perlawanan meski harus menghadapi risiko besar.
Picture
Dok. Jurnal Perempuan
     Akademisi Saras Dewi menyoroti bagaimana sastra membuka ruang bagi imajinasi untuk memahami pengalaman manusia. Dosen Filsafat di Universitas Indonesia ini menegaskan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya berbasis hafalan, tetapi juga penghayatan. Dalam konteks tragedi 1965, memahami luka individu berarti memahami luka kemanusiaan yang lebih luas. Cerpen dalam Mata Harumi tidak hanya menyingkap ketidakadilan terhadap perempuan, tetapi juga menunjukkan bagaimana mereka melakukan perlawanan di tengah sistem yang menindas. Representasi ini menjadi sangat penting, karena tidak hanya mengungkap realitas yang kerap terabaikan, tetapi juga menggugah kesadaran pembaca untuk memahami dan merespons persoalan gender yang masih terjadi hingga saat ini.

     Luviana, jurnalis dari Konde.co, menyoroti interseksionalitas dalam cerpen-cerpen karya Putu Oka. Ia mengungkap bahwa mayoritas tokoh dalam cerpen ini berasal dari kelas bawah dan kelompok marginal, memperlihatkan bagaimana ketidakadilan gender beririsan dengan ketidakadilan ekonomi dan sosial. Salah satu contoh nyata adalah kisah pekerja seks perempuan yang sadar akan posisinya dan menghadapi risiko pekerjaan mereka tanpa perlindungan hukum yang memadai.

     Sebagai perwakilan generasi muda, Fathul Rizkoh menyoroti relevansi cerpen Mata Harumi dengan kondisi saat ini, terutama terkait tren anak muda yang semakin kritis terhadap institusi pernikahan. Cerpen seperti Apakah Masih Perlu Suami? menggambarkan beban ganda perempuan dalam rumah tangga, yang masih menjadi perdebatan dalam masyarakat modern. Ia juga menyoroti kisah Made Jepun, yang menggambarkan stigma terhadap penyintas pemerkosaan dan bagaimana trauma kerap diabaikan oleh masyarakat yang lebih mengutamakan norma kesucian perempuan.

     Dalam sesi diskusi, peserta menyoroti bagaimana adat istiadat sering menjadi alat justifikasi untuk diskriminasi terhadap perempuan. Putu Oka menanggapi dengan menegaskan bahwa sastra bukan sekadar representasi, tetapi refleksi dari kehidupan. Ia mencontohkan bagaimana cerpen-cerpen lain seperti Kumpulan Cerpen Menulis Tubuh dari Jurnal Perempuan, karya Tarian Bumi ciptaan Oka Rusmini, serta Perempuan Berkalung Sorban juga telah menggugat norma budaya dan agama yang menindas perempuan.

     Sebagai penutup, Komnas Perempuan berharap bahwa Mata Harumi dapat menjadi pengingat dan pemantik diskusi lebih luas mengenai keadilan gender. Sastra diharapkan tidak hanya menjadi refleksi sejarah, tetapi juga menjadi alat perjuangan yang mampu menyentuh berbagai kalangan. Sebagaimana ditegaskan oleh Saras Dewi, karya sastra memiliki kekuatan untuk menggoyahkan pemahaman yang mapan, mengajak pembaca merenungkan kembali konstruksi sosial yang selama ini diterima begitu saja.
​

     Peluncuran Mata Harumi bukan sekadar perayaan literasi, tetapi juga bentuk perlawanan terhadap lupa. Dengan menyuarakan pengalaman perempuan melalui sastra, diharapkan upaya menuju keadilan gender semakin mendapatkan tempat dalam kesadaran kolektif masyarakat. (Putu Gadis Arvia Puspa)


Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025