![]() Pada Senin-Kamis (10–12/12/2024) telah diselenggarakan kegiatan Training Refreshment Mitra dan KAPAL Perempuan di The Margo Hotel, Depok, Jawa Barat. Kegiatan yang diselenggarakan oleh KAPAL Perempuan ini dilatarbelakangi oleh upaya memperkuat semangat gerakan, menguatkan perspektif dan strategi feminisme, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk memperkuat gerakan feminis akar rumput. Kegiatan dihadiri oleh para mitra KAPAL Perempuan yang kebanyakan adalah aktivis perempuan dari akar rumput, di antaranya dari Yayasan Bantuan Hukum dan Pendidikan (BAKUMDIK), Bali Sruti, Kelompok Perempuan dan Sumber-sumber Kehidupan (KPS2K), LBH Perlindungan Anak Morotai, Lembaga Pengembangan Sumber Daya Mitra (LPSDM), PBT, Perkumpulan Pendidikan Penguatan Kepemimpinan Perempuan dan Masyarakat (PEKA PM), dan Yayasan Pengkajian Pemberdayaan Masyarakat (YKPM). Kerja-kerja mereka sangat berkaitan dengan pemberdayaan perempuan dan kelompok masyarakat adat. Sehingga, kegiatan ini menjadi penting untuk meningkatkan strategi yang dapat diaplikasikan pada daerah kerja mereka. Selama tiga hari, para mitra mendapatkan berbagai pelatihan, mulai dari teori dan praktik feminisme hingga pelatihan menulis kreatif untuk meningkatkan kapasitas kepenulisan peserta. Diharapkan kegiatan ini dapat merevitalisasi pendidikan dan pengorganisasian para mitra dalam kegiatan organisasi dan program yang dijalankan. Kelas bertajuk “Refreshment Feminisme, Pluralisme dan GEDSI” dilaksanakan sebagai pembuka kegiatan di hari pertama (10/12/2024). Kelas ini difasilitasi oleh staf KAPAL Perempuan, yaitu Budhis Utami, Indri Sri Sembadra, Murti Aria Saputri, serta diisi pula oleh Endah Trista Agustina dari INKLUSI. Pada hari kedua (11/12/2024), terdapat dua sesi pelatihan. Pelatihan pertama berjudul “Gerakan Sosial dan Gerakan Perempuan dalam Agenda Kerja Organisasi” diampu oleh Dian Kartikasari dari Koalisi Perempuan Indonesia (KPI). Di sesi kedua, dilaksanakan pelatihan bertajuk “Refreshment Pendidikan Kritis dan Pengorganisasian” yang diberikan oleh Misiyah, Yusnaningsi Kasim, dan Muliadi dari KAPAL Perempuan. Pada hari ketiga (12/12/ 2024), Jurnal Perempuan berkesempatan langsung mengikuti kelas yang ada. Sesi pertama pelatihan dengan judul “Gerakan Ekonomi Perempuan melalui Koperasi” dibawakan oleh Suroto, seorang pengamat koperasi. Suroto dengan tegas menyatakan bahwa koperasi adalah gerakan untuk kesetaraan. Keterlibatan perempuan dalam koperasi skala kecil hingga menengah sangat diperlukan sebagai motor perubahan sosial. Sistem koperasi memungkinkan masyarakat untuk melawan sistem kapitalis dan korporasi yang hanya mengejar keuntungan untuk investor. Berbanding terbalik dengan itu, koperasi bertujuan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh anggotanya. Sejarah mencatat koperasi sebagai gerakan sosial untuk menuntut kesetaraan sosial dan ekonomi. Koperasi pertama kali lahir sebagai organisasi modern di Rochdale, Inggris, pada tahun 1844. Inisiatornya adalah 28 orang buruh dan aktivis sosial. Mereka membentuk perusahaan bersama yang berprinsip kesetaraan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dari toko yang awalnya hanya bermodalkan £28, koperasi tumbuh menjadi konsep kesetaraan ekonomi yang dipraktikkan di seluruh penjuru dunia. Dalam konteks gerakan feminis, Suroto menyarankan koperasi sebagai bentuk badan usaha yang cocok untuk diterapkan. Lebih dari itu, model koperasi juga seharusnya diterapkan pada perusahaan negara. Hal itu dilakukan agar penerima manfaat dari perusahaan negara bukan hanya investor yang memiliki sumber daya dan kapital yang besar, tapi juga masyarakat Indonesia. Pada sesi ini, peserta kegiatan juga diminta merancang koperasi bagi organisasi mereka. Diharapkan, rancangan tersebut dapat dikembangkan pada kesempatan berikutnya. Dengan begitu, para peserta dapat membangun badan usaha yang berkelanjutan dan berprinsipkan kesetaraan. Untuk menunjang advokasi dan kerja-kerja yang dilakukan oleh para mitra KAPAL Perempuan, dibutuhkan kemampuan menulis yang mumpuni. Sebab, di luar keperluan administrasi, tulisan yang baik juga bisa menjadi medium pergerakan. Inilah yang berusaha dibangun oleh KAPAL Perempuan pada sesi “Menulis Kreatif”. Sesi ini dibimbing langsung oleh Ignatius Hariyanto, seorang jurnalis dan akademisi kawakan. Advokasi hak-hak perempuan tidak harus disampaikan pada masyarakat dengan cara-cara konvensional, ucap Hariyanto. Dalam beberapa kasus, advokasi yang didiseminasikan dengan medium lain, seperti cerpen maupun karya tulis lain, juga bisa menyentuh dan menggerakkan masyarakat. Contohnya adalah kumpulan cerpen “Saksi Mata” (1994) karya Seno Gumira Ajidarma. Cerpen yang dihimpun di dalamnya sejatinya adalah laporan dan testimoni atas berbagai peristiwa pelanggaran HAM di Indonesia. Kumpulan cerpen ini mendapat Penghargaan Penulisan Karya Sastra 1995 dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan masih dicetak ulang hingga kini.
Selain untuk menjangkau lebih banyak masyarakat lewat tulisan kreatif, kemampuan menulis juga penting bagi aktivis perempuan untuk mendokumentasikan perjuangan mereka. “Menulis juga bisa mendokumentasikan apa yang kita kerjakan,” ujar Hariyanto ketika menyampaikan materi. Pada sesi ini, Hariyanto juga meminta para peserta untuk menulis bebas. Banyak dari peserta yang menuliskan pengalaman personal, hasil kerja dan advokasi, hingga buah pemikiran mengenai pergerakan. Beberapa tulisan berkesempatan untuk dibaca dan dikomentari oleh Hariyanto. Pemantapan dan pendidikan kritis sungguh dibutuhkan oleh aktivis perempuan. Beberapa testimoni dari peserta kegiatan mengungkapkan hal ini. Salah satu capaian dari upaya ini adalah untuk melahirkan pemimpin perempuan di tingkat akar rumput. Selain itu, pendidikan kritis juga diperlukan untuk membongkar akar permasalahan dari ketimpangan yang tidak selalu tunggal. Langkah-langkah ini diperlukan untuk mengupayakan keadaan sosial yang lebih adil dan setara. (Nada Salsabila) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
February 2025
Categories |