Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
Warta Feminis

KAFFE September 2024: Mendorong Hukum Berperspektif Gender untuk Menghapuskan Kekerasan Seksual Berbasis Digital

27/9/2024

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     Ekosistem digital merupakan ranah yang sangat bias karena berbagai peraturan hukum yang menjadi acuan utama di dalamnya sering kali tidak berperspektif korban kekerasan seksual. Laporan dari Komnas Perempuan mengenai kasus kekerasan berbasis gender seksual telah menyingkap bahwa per 2024 terdapat 1801 kasus berkaitan dengan konteks tersebut. Kuantitas ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2022 dengan 1638 kasus, dan 2021 dengan 940 kasus. Angka-angka ini hanya merupakan bagian dari fenomena gunung es karena pada praktiknya terdapat banyak korban kekerasan seksual berbasis digital yang tidak melapor. Sebagai upaya menggaungkan implementasi hukum dalam menanggulangi kekerasan seksual dalam ranah digital, Jurnal Perempuan menggandeng Lidwina Inge Nurtjahyo melalui kelas Feminisme dan Filsafat (KAFFE) September 2024 pada Senin (23/9/2024) lalu.

     Kegiatan yang dilaksanakan melalui platform Zoom ini diawali dengan pemaparan diferensiasi kekerasan berbasis gender online (KBGO) dengan kekerasan seksual berbasis elektronik (KSBE). Inge menjelaskan bahwa KBGO sangat sarat akan persoalan relasi kuasa antargender yang timpang. Kekerasan jenis ini dilakukan dengan menggunakan perantara teknologi digital, meskipun tindakannya tidak terbatas pada ruang digital. Dirinya juga mencatat bahwa KBGO berkembang pesat utamanya saat masa pandemi karena masyarakat cenderung berkegiatan secara digital. Eksistensinya menjadi pelanggaran terhadap HAM seseorang yang secara khusus berkaitan dengan aspek perlindungan data pribadi.

     Sementara pada sisi lainnya, KSBE biasanya sarat akan serangan terhadap tubuh dan seksualitas, meskipun juga beririsan dengan aspek perlindungan data pribadi. Ia merupakan bagian dari KBGO yang dapat terjadi pada laki-laki, tetapi perempuan mengalami kerentanan yang khusus pada konteks ini. Bentuk-bentuk yang lazim ditemukan meliputi body shaming, pengiriman konten bermuatan seksual dan abusive melalui platform media sosial kepada korban baik secara privat maupun dalam kelompok terbatas, grooming, hingga deepfake dan revenge porn.
Picture
Dok. Jurnal Perempuan
     Pengajar di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia itu mengajukan pemikiran Blomley yang menegaskan bahwa regulasi hukum mampu menciptakan batas-batas dalam membentuk ruang bagi aktivitas manusia. Batasan yang ada ini dapat dikonstruksi melalui regulasi baik yang berasal dari negara, pemerintah, bahkan masyarakat sendiri. Konsepsi inilah yang kemudian dapat digunakan sebagai instrumen dalam mengatur ruang digital melalui sejumlah regulasi.

     Inge menambahkan bahwa perbedaan ruang fisik dengan ruang digital ini terletak pada batasnya. Batas ruang digital bukan lagi tembok, tetapi regulasi yang sifatnya mengatur. Pada negara seperti Indonesia, pengaturan data pribadi pada ruang digital telah diatur melalui sejumlah regulasi mulai dari Undang-Undang (UU) Pornografi No. 44 Tahun 2008, UU ITE No. 11 Tahun 2008, UU TPKS No. 12 Tahun 2022, UU PDP No. 27 Tahun 2022, hingga Permendikbud 30/2021 dan 46/2022.

     Meski begitu, berbagai regulasi ini masih mengalami kendala seperti hukum yang tumpang tindih, keterbatasan pembuktian, hingga adanya perbedaan rezim hukum. Dari segi budaya hukum, kekerasan seksual masih kerap dianggap sebagai sekadar gurauan hingga “penghangat persahabatan”. Kurangnya perspektif yang pro korban juga menjadi hambatan berlapis yang membuat para korban terhambat dalam mendapatkan perlindungan secara penuh.

     Kekerasan berbasis digital memiliki beragam konsekuensi yang signifikan bagi korban, seperti trauma secara fisik dan emosional, hambatan dalam bergaul, tekanan secara ekonomi, bahkan kriminalisasi dan kematian. Oleh karena itu, Inge menekankan pentingnya mengatur restriction order utamanya berkaitan dengan mekanisme pelaporan, perintah, eksekusi, hingga pengawasan terhadap berjalanya satu kasus tertentu.
​

     Di samping itu, perspektif yang pro korban yang berfokus pada perlindungan dan pemulihan hak-hak korban diperlukan dalam konteks ini. Inge juga mengingatkan pentingnya perlindungan data pribadi korban yang lebih serius dalam rangka meringankan beban emosional mereka. Terakhir, bagi Inge penting untuk dilaksanakan pelatihan aparat penegak hukum (APH) sehingga sebagai ujung tombak keadilan, para pembuat kebijakan dapat menafsirkan peraturan secara rigoris dan berperspektif korban dalam menangani berbagai kasus kekerasan.



Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Radio JP
    • Podcast JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024