Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025
Warta Feminis

KAFFE Februari 2025: Memperjuangkan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi yang Berkeadilan

6/2/2025

 
PictureDok. Jurnal Perempuan
     Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) merupakan hak yang fundamental. Namun, di Indonesia sendiri, masih banyak pelanggaran dan pengabaian terhadap hak ini. Ketidaktersediaan akses kerap membuat kelompok rentan, seperti perempuan dan anak, mengalami kekerasan seksual, dan kehamilan tidak diinginkan. Berangkat dari keresahan ini, Kajian Feminisme dan Filsafat (KAFFE) oleh Jurnal Perempuan edisi bulan Februari 2025 mengangkat tema “Menyuarakan Hak dan Melampaui Tabu: HKSR Sebagai Hak Asasi dan Tanggung Jawab Bersama”. Pertemuan ini diadakan pada Minggu (2/2/2025) secara daring dengan menghadirkan Dr. Diana Teresa Pakasi, S.Sos., M.Si., seorang pengajar Ilmu Sosiologi, FISIP, Universitas Indonesia, sebagai pengampu.

     Diana membuka sesi diskusi dengan menyampaikan bahwa persoalan HKSR berangkat dari kontrol atas tubuh perempuan dan subordinasi seksualitas perempuan. Hal tersebut diperparah dengan nilai-nilai budaya yang melanggengkan praktik berbahaya, mitos, dan tabu terkait kesehatan reproduksi perempuan. Selain itu, rendahnya akses informasi, edukasi, dan layanan kesehatan reproduksi juga turut memperparah kondisi ini. “Ini semua saling terkait,” jelas Diana.
 
     Kesehatan reproduksi sendiri, menurut Diana, tidak hanya meliputi aspek-aspek fisik saja, tetapi juga mental dan sosial. Kesehatan reproduksi juga menyoroti bagaimana seseorang dapat menikmati kehidupan seks yang aman dan memiliki kapasitas, serta kebebasan. Selain itu, dalam kesehatan seksual juga menyoroti soal kualitas hidup dan relasi personal seseorang. Diana juga menekankan bahwa HKSR ini tidak hanya fokus pada pasangan yang sudah menikah atau pasangan usia subur, tetapi ini juga penting untuk orang muda.
 
     Kemudian, Diana menjelaskan bahwa aspek-aspek seksualitas sangat dipengaruhi oleh konstruksi sosial masyarakat. Konstruksi masyarakat ini, menurut Diana, memengaruhi kerentanan perempuan terkait kesehatan seksual dan reproduksi.
 
     “Anggapan bahwa perempuan harus melayani laki-laki ini menciptakan kerentanan terhadap perempuan dalam praktik-praktik berbahaya dan kenikmatan seksual,” jelas Diana.
 
     Lebih lanjut, Diana mengungkapkan bahwa gerakan feminis sangat berperan dalam advokasi HKSR. Gerakan feminis juga, menurut Diana, menuntut negara untuk memberikan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi kepada perempuan. “Isu HKSR ini tidak terlepas dari isu ketimpangan gender dan ketimpangan sosial lainnya. Oleh karena itu, perhatian terhadap pemberdayaan perempuan tidak bisa dilepaskan dari perjuangan HKSR,” ungkap Diana.
Picture
Dok. Jurnal Perempuan
     Diana kemudian menyoroti tantangan terkait pemenuhan HKSR, salah satunya komitmen negara terkait pemenuhan HKSR, baik secara politik maupun alokasi anggaran. Ditambah, menurut Diana, konservatisme dalam agama juga memengaruhi pemenuhan HKSR yang berkaitan dengan isu KB, layanan aborsi, dan edukasi seksualitas.
 
     Selain itu, Diana juga menjelaskan bahwa ketimpangan sosial, patriarki, heteronormativitas, pemerintahan yang otoritarian dan populis juga berkelindan memengaruhi sulitnya pemenuhan HKSR. “Dalam konteks pemerintahan yang otoritarian dan populis, advokasi dan kerja-kerja organisasi perempuan atau masyarakat sipil yang pro demokrasi dan menyuarakan HKSR rentan mendapatkan tekanan bahkan intimidasi,” jelas Diana.
 
     Dalam sesi tanya jawab, seorang peserta bertanya mengenai aspek yang harus diperhatikan dalam implementasi agenda global ke tingkat lokal dalam konteks pemenuhan HKSR. Diana pun menjawab bahwa dalam translasi tersebut perlu adanya proses negosiasi. Contohnya, dalam konteks pencegahan perkawinan anak juga terjadi proses negosiasi. “Saat kita melakukan advokasi, itu bukanlah kerja yang instan. Mungkin ICPD, CEDAW, Beijing +10 memiliki norma-norma tersebut, tetapi bagaimana hal tersebut diperjuangkan dalam konteks lokal itukan membutuhkan waktu dan negosiasi,” papar Diana.
 
     Diana juga menjelaskan pentingnya kita melihat pemetakan isu dan aktor. Dalam konteks HKSR, penting untuk memperhatikan isu-isu yang dapat diadvokasikan terlebih dahulu. “Misalnya, dalam kesehatan reproduksi, kita bisa masuk melalui isu-isu agama baru kemudian mekanisme untuk pencegahan perkawinan anak,” jelasnya. (Michelle Gabriela Momole)

Comments are closed.
    Jurnal Perempuan
    ​
    terindeks di:
    Picture

    Archives

    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021
    December 2020
    October 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025