Kalimantan Barat dikenal sebagai kota khatulistiwa, dengan Pontianak sebagai ibu kota. Dari Pontianak menuju ke sebuah kota kecil yang bernama Singkawang harus ditempuh selama empat jam. Singkawang lah kampung halamanku, kota yang indah dan penuh kenangan.
Ketika saya sedang dalam keadaan terpuruk, orang yang pertama saya ingat adalah mama. Namanya juga manusia, pas sudah susah dan sedih baru ingat sama mamanya. Bahkan dari kecil saja kalau kita nangis, yang kita panggil pasti ‘mama’. kalau kita jatuh pasti mengadunya ke mama. Untuk saya mama itu adalah pedoman kehidupan saya. Ya, memang sering diingat ketika sedang meratapi nasib. Mama selalu berusaha ada di saat saya susah ataupun senang. Mama selalu ngajak anak-anaknya senang bareng-bareng. Tapi anaknya, kalau lagi senang lupa sama mamanya. Yang diajak justru temannya lagi, temannya lagi. Dalam masyarakat keturunan Tionghoa ada pepatah yang kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya: “Kasih ibu seperti air yang mengalir tiada berhenti. Kasih anak kepada ibu hanya seperti hembusan angin yang berlalu”. Aku punya seorang mama yang cantik, tangguh, kuat, seorang mama yang tidak gampang menyerah pada keadaan apapun juga, seorang mama yang selalu berusaha memberikan yang terbaik buat anak-anaknya. Tuhan adalah pencipta langit dan bumi. Apapun yang ada di dunia ini semuanya milik Tuhan, begitu juga dengan waktu. Apabila Tuhan bertanya kepadaku: Apa yang kamu pilih, hidup yang sekarang atau hidup yang dulu? Aku pasti akan menjawab: hidupku yang dulu. Hidupku yang dulu jauh lebih bahagia daripada yang sekarang. Meskipun dulu juga banyak rintangan dan cobaan yang harus aku lalui. Seandainya waktu bisa diputar kembali, ingin sekali aku kembali ke sepuluh tahun yang lalu ketika aku berumur 17 tahun. Pada waktu itulah kenangan-kenangan indah terjadi, yang tidak bisa tergantikan oleh apapun. Tawa dan tangis menemani obrolan kami setiap malam. Malam ini, seorang di antara kami membuka obrolan, “Tadi gue telepon nyokap, eh nyokap gue lagi arisan di Bandung. Jadi kangen jalan-jalan ke Bandung gak sih, guys?”. Seorang lainnya menjawab, “Gue mah cuma kangen tidur di spring bed ukuran king! Sendirian pula”. Begitulah keluh kesah dari mulut teman-teman saya saat bercerita. Pasti tahu dong bagaimana tidur di atas spring bed empuk, sendirian, ditambah sejuknya AC di dalam kamar. Nah, itu yang paling diidam-idamkan oleh mayoritas penghuni di sini. Mungkin orang berpikir penjara itu sadis. Penjara itu tempat orang-orang yang jahat. Begitupun pemikiran saya ketika Polisi Reserse Polda Metro Jaya menangkap saya karena kepemilikan narkotika jenis sabu dan melemparkan saya ke rumah tahanan di Polda Metro Jaya. Kejadian itu terjadi pada 18 Juli 2016. Ketika pertama kali kaki ini melangkah, satu pernyataan yang terlontar ke ibu polisi di sana, “Bu, nanti di dalam saya akan mendapat pukulan?”. Lalu, ibu itu ketawa seolah-olah itu hal yang tidak mungkin terjadi di penjara. Pada tanggal 2 Agustus 2019, dari Jurnal Perempuan memberikan Pekerjaan Rumah (PR) kepadaku untuk mendeskripsikan perasaan saat pertama kali masuk lapas. Jujur aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya karena perasaannya campur aduk. Masih ingat sekali dalam memoriku yang tidak akan pernah aku lupakan. Pada tanggal 18 Oktober 2016, aku dari Bareskrim Mabes Polri Cawang dipindahkan ke lapas di Jakarta. Sekitar jam 5 sore aku sampai di sini. Kira-kira jam 7 malam aku dimasukkan ke dalam karantina. Saat masuk itu sudah dalam keadaan malam. Ketika sampai, aku langsung bertanya dalam hati, tempat ini sebenarnya penjara atau terminal sih? Waktu aku mau melangkah, ada got kecil seperti tempat penyeberangan seperti saat hendak naik kereta saja. Dari kecil setiap orang pasti diajarkan untuk tidur sendiri di kamarnya. Yang berarti dari kecil kita sudah punya kamar sendiri. Saya dari kecil diajarkan untuk tidur berdua adik saya. Bagaimana dengan kalian? Pasti mayoritas mempunyai kamar sendiri dan tidur sendiri bukan? Seberapa banyak sih orang yang tidur dalam satu kamar? Maksimal mungkin tiga orang dalam kamar berukuran 3x4 meter. Sekarang bayangkan, dalam satu kamar berukuran 5x6 meter, saya tidur bersama 22 orang lainnya. Kalimat pertama yang ingin aku tulis adalah kebebasan, yang kata dasarnya ‘bebas’. Kata ini bisa diartikan dengan bebas untuk kemana saja, berbuat apa saja, dan banyak pengertian lain lagi. Dalam kehidupan pribadi setiap orang pastinya mau merasakan kebebasan. Tidak mau dikekang atau diatur oleh siapapun dan apapun, apalagi menyangkut dengan hal yang disukai. Tetapi berbeda dengan kehidupan di dalam penjara. Pasti kebanyakan orang berpikir bahwa penjara itu tempat berkumpulnya para penjahat yang melanggar hukum dan dianggap sebagai sampah masyarakat. Amanatia Junda
(Cerpenis kelahiran Malang. Bergabung dengan Perkawanan Perempuan Menulis dan penerima dana hibah Cipta Media Ekspresi untuk proyek kumpulan cerpen bertema "Merekam Ingatan Perempuan Pasca Reformasi") Suamiku adalah seorang lelaki yang sangat mencintaiku. Suamiku adalah seorang lelaki yang sangat mencintaiku dan tak akan tahan melihatku menderita. Suamiku adalah seorang lelaki yang sangat mencintaiku dan tak akan tahan melihatku menderita, sekaligus menginginkanku untuk membalas cintanya seutuh dirinya mencintai diriku. Seutuh dirinya mencintai tubuhku. Tidak yang lain-lain. |
AuthorKumpulan Cerpen Archives
October 2024
Categories |