Jurnal Perempuan
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025

Joe Goldberg dan Romantisasi Kekerasan Berbasis Gender: Membaca Serial 'You' Lewat Kacamata Judith Butler

23/5/2025

5 Comments

 
PictureDok. Khairullah Arsyad
Khairullah Arsyad
(Mahasiswa S2 Universitas Hasanuddin)


     You adalah serial thriller psikologis yang tayang perdana di Lifetime pada 2018 sebelum pindah ke Netflix mulai Season 2. Serial ini diadaptasi dari novel berjudul sama, You (2014) karya Caroline Kepnes, dengan sekuelnya Hidden Bodies (2016) menjadi dasar Season 2. 

     Season 1 memperkenalkan Joe Goldberg, seorang manajer toko buku yang terobsesi pada Guinevere Beck, seorang penulis ambisius. Di balik persona “laki-laki baik” yang peduli, Joe melakukan penguntitan, manipulasi, bahkan pembunuhan untuk mengontrol kehidupan Beck. Narasi internal Joe mengungkap bagaimana ia membenarkan tindakannya dengan argumentasi "cinta" dan "penyelamatan", mengekspos bahaya nice guy syndrome.

     Di Season 2, Joe pindah ke Los Angeles dan jatuh cinta pada Love Quinn, seorang perempuan yang ternyata sama manipulatif dan violent-nya dengannya. Season ini mengkritik konsep twin flame atau soulmate yang sering meromantisasi hubungan tidak sehat, sekaligus mengekspos hipokrisi Joe: ia hanya membenci kekerasan ketika dialaminya sendiri.

     Season 3 menampilkan Joe dan Love sebagai pasangan menikah di pinggiran kota, sebuah parodi keluarga ideal yang penuh rahasia gelap. Di sini, Joe kembali menunjukkan kebenciannya pada perempuan yang mencoba mengontrolnya. 

     Season 4 dan 5 membawa Joe ke London dengan identitas baru, Jonathan Moore, yang terlibat dalam lingkaran elite kaya, dan berlanjut pada kisahnya bersama Bronte.

     Cuplikan yang teranyar menampilkan adegan dimana suatu hari, Joe yang sedang menyamar dengan identitas baru mendatangi Marianne, wanita yang dia anggap 'sempurna'. Karena di matanya, Marianne adalah korban sistem yang butuh diselamatkan. "Kau pantas mendapatkan lebih," bisik Joe, sambil menawarkan bantuan untuk membawanya keluar dari lingkaran kekerasan yang sebenarnya ia ciptakan sendiri. Marianne, yang terisolasi dan terjebak dalam trauma masa lalunya, akhirnya setuju. Ia melihat Joe sebagai penyelamat sosok yang memberinya perlindungan dan janji kehidupan baru. Namun, seperti yang selalu terjadi, Joe tidak menginginkan kebebasan Marianne, selalu Joe menginginkan kepemilikannya. Joe tidak senang ketika Marianne mulai menunjukkan tanda-tanda independensi dan mulai mempertanyakan motif Joe, atau bahkan sekadar menghabiskan waktu tanpa dia. 

     Di balik kisah pembunuhan dan ketegangan psikologis, meskipun merupakan karya fiksi, serial You menawarkan kritik feminis yang tajam terhadap relasi gender dalam masyarakat kontemporer. Perempuan dalam bingkaian monolog Joe diatur dalam sebuah narasi bahwa mereka manusia yang pantas dibunuh, disiksa, dan diperlakukan bejat karena hanya Joe mengatakan itu, dengan argumentasi yang meyakinkan. Tidak jarang penonton diajak untuk memahami dan menerima perlakuan misoginis ekstrem sebagai hal yang dapat dibenarkan. Narasi semacam ini mengungkap logika kepemilikan patriarkal yang mengakar, di mana perempuan tidak dianggap sebagai subjek yang utuh, melainkan sebagai objek yang harus tunduk pada fantasi dan kendali laki-laki, yang pada dasarnya menjadi bentuk mekanisme terstruktur yang mengakar dalam membuat tempat di mana perempuan pada titik subordinasi. 

     Judith Butler (1990, h. 179) dalam bukunya Gender Trouble menyatakan gender bukanlah identitas yang stabil atau esensi yang melekat, melainkan sebuah tindakan yang dilakukan secara berulang dan terstylisasi, yang menghasilkan ilusi dari identitas gender yang tetap. Gender adalah sebuah performansi yang dilakukan dalam konteks sosial dan waktu tertentu, yang secara kolektif dipertahankan dan diyakini oleh masyarakat, termasuk oleh pelakunya sendiri. Dengan kata lain, gender adalah konstruksi sosial yang diwujudkan melalui pengulangan tindakan-tindakan tertentu yang membentuk identitas gender tersebut. Konsep ini relevan dalam tokoh Joe Goldberg, yang memerankan dirinya sebagai pria ideal penyayang, cerdas, dan pelindung. Namun, performa gender ini bukan cerminan dari identitas sejatinya, melainkan strategi manipulatif untuk mengontrol dan mendominasi perempuan.

     Joe menciptakan narasi maskulinitas romantik yang diterima secara sosial, tetapi di baliknya tersimpan kekerasan, pengintaian, dan bahkan pembunuhan. Ia mereproduksi kekuasaan patriarkal melalui pengulangan tindakan yang tampak biasa seperti memberi perhatian atau menunjukkan kepedulian, padahal sesungguhnya memperkuat posisinya sebagai subjek dominan. Dalam konteks pemikiran Butler, Joe adalah contoh ekstrem dari bagaimana gender sebagai performansi dapat digunakan untuk mempertahankan struktur kekuasaan dan menciptakan ilusi identitas yang "alami", padahal sejatinya merupakan konstruksi sosial yang penuh kekerasan tersembunyi.

     Implementasi regulasi perlindungan korban kekerasan seksual, termasuk UU No. 12/2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS), masih menemui berbagai kendala. Kurangnya pemahaman aparat penegak hukum mengenai perspektif gender menyebabkan perlindungan hukum bagi korban seringkali tidak optimal (Efren Nova, 2024). Di Indonesia, banyak perempuan seperti Marianne menghadapi kekerasan yang disamarkan sebagai "cinta". Meski UU TPKS ada untuk melindungi, sering kali polisi atau masyarakat masih memandang korban dengan prasangka. Dalam ranah lebih pribadi, perempuan sebagai istri juga berada di bawah represi hukum. Menurut data Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan Tahun 2023, Kekerasan Terhadap Istri (KTI) menduduki jumlah tertinggi sebanyak 674 kasus, sedangkan catatan di lembaga layanan sebanyak 1.573 kasus. Relasi keintiman dalam bentuk hubungan legal tidak menjamin keamanan perempuan, terlebih bagaimana status perempuan yang kadang kala dieratkan dengan kewajiban sebagai 'istri', memperlebar kemungkinan kesempatan terjadinya kekerasan sistemik yang bersifat tekanan hubungan relasional pernikahan.

     Semakin dalam menganalisis serial You, di setiap season-nya juga didapati kritik tajam terhadap budaya pop yang kerap meromantisasi relasi tidak sehat. Serial ini mempertanyakan mengapa masyarakat cenderung memaafkan bahkan mengagumi karakter laki-laki yang posesif dan berbahaya, sementara perempuan yang menunjukkan kekuatan atau resistensi justru dihukum. Hal ini mengungkap bias gender yang mendalam, laki-laki diizinkan untuk kompleks dan multidimensional dengan kesan kebebasan sepihak, sementara perempuan yang melawan sering kali dibingkai sebagai "gila" atau "jahat". Dengan demikian, tidak hanya menghibur, tetapi juga memaksa penonton untuk mempertanyakan norma-norma sosial yang telah lama mengakar, termasuk bagaimana kita memandang cinta, kekerasan, dan kekuasaan dalam relasi intim.  

     Persamaan yang bersangkutan langsung dengan realita adalah bagaimana posisi perempuan memiliki kerentanan dalam status hukum, pluralisme hukum, dan bagaimana masyarakat mengakomodasi adat, sosial, dan budaya justru sering kali melemahkan posisi perempuan. Tak jarang, pemegang hak kekuasaan, hukum, dan pemerintahan yang mayoritasnya adalah laki-laki bahkan tidak bertindak berdasarkan prinsip fraternitas. Hal ini menghasilkan keadaan dimana perempuan harusnya dapat menggunakan haknya dalam persidangan, tetapi dibuat tidak mampu untuk melawan. Relasi kuasa yang biasanya oleh mayoritas laki-laki sering kali tidak mengedepankan konsep liyan yang berpihak pada perempuan secara utuh, oleh konsep dari buku Judith dapat menimbulkan buta keadilan gender.

     Akhir kata, serial ini berfungsi sebagai cermin gelap masyarakat modern, dimana obsesi, kepemilikan, dan kekerasan masih sering kali dibungkus dalam bahasa cinta dan perlindungan. Melalui karakter Joe Goldberg, You menunjukkan bagaimana romantisasi relasi toksik dapat menjadi alat untuk melegitimasi perilaku berbahaya, sekaligus mengungkap ketidaksetaraan struktural yang memungkinkan hal itu terjadi. Beck, Love Quin, Marianne, Kate, dan Bronte adalah gambaran bagaimana perempuan selalu diperdaya dan diposisikan sebagai pihak yang tidak berkuasa di dunia patriarkal.

Referensi:

Butler, J. (1999). Gender Trouble: Feminism and the Subversion of Identity. Routledge.

Komnas Perempuan. (2023). Lembar fakta: Catatan tahunan Komnas Perempuan tahun 2023 “Momentum perubahan: Peluang penguatan sistem penyikapan di tengah peningkatan kompleksitas kekerasan terhadap perempuan”. Komnas Perempuan.

Nova, E., & Elda, E. (2024). Perlindungan hukum terhadap perempuan dari kekerasan seksual: Suatu kajian yuridis empiris implementasi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang tindak pidana kekerasan seksual di Sumatera Barat. Unes Journal of Swara Justisia, 7(4). https://doi.org/10.31933/ujsj.v7i4.444.        

​
5 Comments
Muh.Arsyad
23/5/2025 07:20:05 pm

luar biasa sangat mengispirasi, sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan keilmuan. bagi para pembacanya.

Reply
DDDD
23/5/2025 08:13:10 pm

semangatttt kakakkkkk

Reply
Tasya Asyarah
24/5/2025 10:23:12 am

Luar Biasa, materinya daging semua.

Reply
EN
24/5/2025 11:49:08 am

Awesome!

Reply
s link
29/5/2025 09:40:28 pm

keren sekaliii

Reply



Leave a Reply.

    Author

    Sahabat Jurnal Perempuan

    Archives

    June 2025
    May 2025
    January 2025
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    July 2024
    April 2024
    March 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    July 2023
    May 2023
    March 2023
    February 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    April 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021

    Categories

    All

    RSS Feed

Yayasan Jurnal Perempuan| Alamanda Tower, 25th Floor | Jl. T.B. Simatupang Kav. 23-24 Jakarta 12430 | Telp. +62 21 2965 7992 Fax. +62 21 2927 7888 | [email protected]
  • TENTANG KAMI
    • Profil
    • Kontak
    • Laporan Tahunan
    • Demo Suara Ibu Peduli
    • Rilis JP
  • Jurnal Perempuan
    • Indonesian Feminist Journal
    • Kirim Tulisan
  • YJP PRESS
    • Buku Seri YJP Press
  • KAFFE
  • Podcast JP
    • Radio JP
  • Sahabat JP
    • Daftar Nama SJP
    • International Friends of JP
    • Blog SJP
    • Gathering SJP
  • Wacana Feminis
    • Tokoh Feminis
    • Cerpen/Puisi Feminis
  • Warta Feminis
  • Warung JP
    • Category
    • Daftar Toko Buku
  • Toeti Heraty Scholarship
    • Biodata Penerima Beasiswa 2022
    • Biodata Penerima Beasiswa 2023
    • Biodata Penerima Beasiswa 2024
    • Biodata Penerima Beasiswa 2025