
Penjelasan singkat di atas mengenai post-truth merupakan materi yang disampaikan oleh Dr. Haryatmoko, pengajar Universitas Sanata Dharma dan Universitas Indonesia, kepada peserta Kajian Filsafat dan Feminisme (KAFFE) di kantor Jurnal Perempuan, Kamis (22/3). Lebih lanjut Haryatmoko menyampaikan bahwa jurnalisme memiliki peran penting untuk melawan post-truth, yakni jurnalisme baru yang berfokus pada verifikasi data serta melakukan pemeriksaan data secara sistematik. Jurnalisme dan etika komunikasi, menurut Haryatmoko, harus bekerja sama untuk mengedepankan cerita yang benar dan sesuai fakta yang mampu mengendalikan sentimentalisme serta menundukkan insting buruk agar nalar lebih dihargai daripada emosi yang kasar.
Materi yang disampaikan oleh Dr. Haryatmoko dengan judul “Era Post-Truth: Hoax, Disinformasi, dan Emosi Sosial” merupakan bagian dari program Kajian Filsafat dan Feminisme (KAFFE) yang diselenggarakan oleh Jurnal Perempuan. Program KAFFE ke-10 kali ini mengangkat tema “Post-Truth” dengan menghadirkan Dr. Haryatmoko, Rocky Gerung, dan Atnike Sigiro sebagai pengajar. (Bella Sandiata)