Yayuk Yuliati: “Perempuan Buruh Tani Masih Miskin”
(02 Mei 2014)
(02 Mei 2014)
Malang, 30 April 2014—Dalam wawancara dengan Jurnal Perempuan, Dr Yayuk Yuliati (ketua Pusat Penelitian Gender dan Kependudukan UNIBRAW) menjelaskan bahwa perempuan di pegunungan Tengger adalah penguasa pengetahuan pertanian. Semakin modern, perempuan semakin menguasai pertanian karena laki-laki melakukan migrasi ke perkotaan untuk mencari cash-money. Akademisi sekaligus aktivis perempuan kota Malang ini menjelaskan bahwa perwakilan perempuan di legislatif adalah hutang peradaban yang harus kita bayar, agar kesejahteraan perempuan petani dapat lebih baik, karena kebanyakan mereka hanya menjadi buruh. “Keterwakilan perempuan pada periode 2009-2014 secara kuantitas meningkat dibandingkan periode sebelumnya (2004-2009), yaitu dari 10% menjadi 16% (DPRD), dari 11% ke 18% (DPR RI), dan dari 21% ke 28% (DPD RI). Meskipun demikian posisi mereka dalam mewakili kaum perempuan di Indonesia masih belum jelas. Hal ini diindikasikan dengan produk berupa kebijakan-kebijakan yang membela kepentingan perempuan masih belum tampak. Padahal banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh perempuan yang sampai saat ini belum ada pemecahannya, seperti peraturan perundang-undangan yang diskriminatif terhadap perempuan buruh, terutama di tempat kerja dan skala penggajian; tindak kekerasan, perkosaan, dan penyiksaan fisik terhadap perempuan tanpa mendapat perlindungan hukum yang memadai; adanya sindikat penipuan dan perdagangan perempuan untuk dipekerjakan dengan penghasilan yang menjanjikan, dan lain-lain kekerasan yang semakin banyak”. “Pusat Penelitian Gender dan Kependudukan Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Brawijaya memiliki tugas untuk mendokumentasikan dan menyebarkan hasil-hasil penelitian mengenai perihal di atas demi keadilan dan kesetaraan bagi perempuan”, pungkasnya. (pemred-jp)