Workshop Kepenulisan: Bagaimana Melawan Seksisme dalam Media
Magelang, 13 April 2014—Desa Wisata Candirejo Borobudur kali ini menjadi pusat berkumpulnya kurang lebih 20 pekerja media perempuan seluruh Indonesia, di antaranya pekerja media komunitas, radio perempuan, dan LSM dari Medan, Padang, Makassar, Palopo, Jayapura, Jombang, Cirebon, Yogyakarta, dan lain daerah. Jurnal Perempuan (JP) mendapatkan mandat untuk menyelenggarakan Workshop Kepenulisan Perempuan untuk Media, yang difasilitasi oleh Dewi Candraningrum (Pemimpin Redaksi JP).
Kegiatan kepenulisan ini diselenggarakan oleh COMBINE, salah satu LSM penting di Yogyakarta yang bekerja dalam tata kelola informasi. Salah satu pekerjaan penting mereka adalah tata kelola informasi desa dan bagaimana partisipasi perempuan dapat dilibatkan dalam kebijakan pembangunan desa. Dalam klinik kepenulisan ini, Jurnal Perempuan dalam berbagai bentuk penerbitannya menjadi ajang saling belajar, di antaranya dengan metode kepenulisan buku, jurnal dan blog.
Di samping kepenulisan, jaringan pekerja media juga dibentuk untuk memperkuat gerakan perempuan akar rumput. Dalam klinik kepenulisan dipelajari bagaimana untuk melawan diksi-diksi seksis dalam media, dan alternatif kepenulisan yang ramah dan adil gender pada para Liyan. Selain itu juga dipelajari bagaimana membangun tulisan yang berperspektif feminis. (redaksi-jp)
Kegiatan kepenulisan ini diselenggarakan oleh COMBINE, salah satu LSM penting di Yogyakarta yang bekerja dalam tata kelola informasi. Salah satu pekerjaan penting mereka adalah tata kelola informasi desa dan bagaimana partisipasi perempuan dapat dilibatkan dalam kebijakan pembangunan desa. Dalam klinik kepenulisan ini, Jurnal Perempuan dalam berbagai bentuk penerbitannya menjadi ajang saling belajar, di antaranya dengan metode kepenulisan buku, jurnal dan blog.
Di samping kepenulisan, jaringan pekerja media juga dibentuk untuk memperkuat gerakan perempuan akar rumput. Dalam klinik kepenulisan dipelajari bagaimana untuk melawan diksi-diksi seksis dalam media, dan alternatif kepenulisan yang ramah dan adil gender pada para Liyan. Selain itu juga dipelajari bagaimana membangun tulisan yang berperspektif feminis. (redaksi-jp)