Kabar menggembirakan datang dari salah satu tokoh feminisme senior Indonesia yaitu Prof. Dr. Saparinah Sadli atau yang biasa disapa ibu Sap. Sabtu, 15 Juli 2017, bertempat di Kemang Jakarta Selatan, Saparinah mendapatkan penghargaan di bidang penelitian bernama Roosseno Award. Penganugerahan Roosseno Award sudah dilakukan sebanyak tujuh kali. Roosseno Award adalah sebuah penghargaan yang diberikan kepada perseorangan atas jasa mereka yang telah melakukan penelitian yang memberikan dampak positif yang luar biasa di Indonesia. Saparinah dianggap layak menerima penghargaan ini karena dirinya merupakan tokoh perempuan yang memperjuang hak-hak perempuan dan kesetaraan gender. Saparinah bukan orang baru dalam isu feminisme atau pergerakan perempuan di Indonesia. Ia merupakan salah satu penggagas berdirinya Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) di Indonesia sebagai usaha beliau untuk mengungkap dan mengadvokasi hak dan keadilan bagi perempuan di Indonesia. Saparinah juga mempunyai peran penting atas lahirnya Women’s Studies (bisa juga disebut Kajian Wanita atau Kajian Gender) di Universitas Indonesia (UI). Saparinah harus melalui jalan panjang dan berliku dalam usahanya memperjuangkan kesetaraan gender di Indonesia. Selain menjadi salah satu pengajar di Program Studi (Prodi) Kajian Wanita UI, Saparinah diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kepemimpinan di Prodi Kajian Wanita UI selama sepuluh tahun pertama berdirinya jurusan pascasarjana tersebut (November 1990 sampai Mei 2000). Bagi Saparinah hal Ini bukanlah tanggung jawab yang mudah dijalani. Banyak sekali cemooh baik dari dalam dunia akademik maupun dari masyarakat yang menganggap bahwa Kajian Wanita bukanlah sebuah kajian yang penting untuk dipelajari. Pengalaman direndahkan/dicemooh dalam dunia akademisi biasanya terkait dengan kejelasan pohon ilmu yang menjadi kiblat Prodi Kajian Wanita. Saparinah tidak lantas putus asa karena beliau percaya pada ucapan Prof. Dr. Iskandar Wahidiyat yang mengatakan bahwa sudah bukan zamannya lagi ilmu harus selalu merunut pada pohon keilmuwan yang selama ini banyak diyakini secara kolot oleh beberapa akademisi. Sepakat dengan Prof. Dr. Iskandar Wahidiyat, Saparinah meyakini bahwa Prodi Kajian Wanita tetap bisa berdiri setara sebagai bidang keilmuwan yang sama dengan kajian di bidang lain. Selain di bidang akademisi, Saparinah juga bergerak pada perjuangan advokasi perempuan khususnya dalam mendirikan Komnas Perempuan di Indonesia pada tahun 1998. Saparinah juga didapuk menjadi ketua Komnas Perempuan dari tahun 1998-2004. Selama Saparinah menjabat sebagai ketua Komnas Perempuan, fokusnya adalah perjuangan keadilan untuk para korban dan penyintas kejahatan pemerkosaan etnis keturunan Tionghoa saat peristiwa reformasi 98 terjadi. Sesuai dengan tema penghargaan Roosseno Award yaitu tentang pengabdian terhadap penelitian untuk Indonesia, Saparinah pernah terlibat dalam beberapa penelitian skala internasional salah satunya riset bersama World Health Organization (WHO) tentang hak reproduksi perempuan. Berdasarkan hasil risetnya, perempuan Indonesia ditinjau dari sisi kesehatan, sangat terpuruk. Angka Kematian Ibu, yang dipergunakan sebagai indikator, sangat tinggi. Keadaan ini bukan baru saja terjadi, melainkan sudah 30 tahun terakhir. Padahal, kesehatan perempuan yang rendah berdampak juga pada anak-anak yang dilahirkan. Seharusnya menurunkan angka kematian ibu dan pendidikan untuk setiap anak perempuan menjadi prioritas. Dua hal tersebut penting agar perempuan dapat memainkan perannya dengan lebih baik. Selain itu juga akan menambah lapangan kerja untuk perempuan yang sekarang sangat terbatas, baik pilihan maupun keamanannya. Tidak seharusnya, seperti yang terjadi selama ini, perempuan bekerja tanpa perlindungan, padahal itu adalah hak yang seharusnya ia dapatkan (Jurnal Perempuan, No.48, 2006). Di usianya yang hampir 90 tahun, Saparinah tidak pernah berhenti mendukung dan memperjuangkan hak-hak dan keadilan bagi perempuan di Indonesia. Saparinah sampai saat ini masih sangat aktif mengikuti perkembangan terkini isu-isu perempuan di Indonesia, ia kerap kali masih datang dan memberikan masukan pada berbagai acara yang terkait dengan isu-isu kesetaraan gender dan feminisme. Dengan berbagai rekam jejak yang begitu baik, hebat dan konsisten terhadap perjuangan kesetaraan untuk perempuan di Indonesia, sudah sangat layak rasanya Saparinah mendapatkan penghargaan Roosseno Award. Selamat Bu Sap! (Naufaludin Ismail) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |