Saat ini jurang ekonomi antara laki-laki dan perempuan terus berlanjut di sebagian besar belahan dunia. Perempuan umumnya menerima pendapatan yang lebih kecil untuk kerja mereka dan cenderung mendapatkan pekerjaan yang tidak tetap, informal dan rentan. Hanya sedikit perempuan yang berada di posisi pemimpin di bidang ekonomi dan angka kekerasan terhadap perempuan juga masih tinggi. Untuk itu kita membutuhkan kebijakan publik yang didesain untuk mengatasi ketidaksetaraan ini dan memastikan bahwa perempuan mendapat kesempatan dan perlindungan hak asasi manusia yang sama dengan laki-laki. Pernyataan ini disampaikan Duta Besar Kanada untuk Indonesia, Peter MacArthur ketika memberikan sambutan dalam Perayaan Hari Perempuan Internasional (HPI) yang diselenggarakan Yayasan Jurnal Perempuan bersama Kedutaan Besar Kanada pada Rabu (8/3) di Balai Sarwono, Jakarta. Lebih lanjut MacArthur mengungkapkan bahwa untuk mendukung perempuan dan anak perempuan secara lebih baik, pihaknya meyakini bahwa kebijakan publik harus berbasiskan hak dan gender serta inklusif. Kebijakan publik dan undang-undang harus sensitif terhadap berbagai dampak yang akan diakibatkan terhadap laki-laki dan perempuan. Lebih dari itu, kebijakan publik harus bersifat transformatif dengan berinvestasi pada kemampuan dan potensi kepemimpinan perempuan dan anak perempuan. Sementara itu Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan Gadis Arivia dalam sambutannya menyampaikan bahwa peringatan Hari Perempuan Internasional merupakan momen untuk melakukan refleksi dan mengevaluasi kembali peranan perempuan di dunia dan di Indonesia. Dalam konteks Indonesia terdapat sejumlah persoalan yang masih dihadapi perempuan, baik persoalan kesehatan, akses atas tanah maupun perkawinan. Seperti UU Perkawinan yang berlaku yang masih belum adil terhadap perempuan namun belum direvisi hingga saat ini. Selain itu juga masih terdapat sejumlah kebijakan yang diskriminatif terhadap perempuan. Gadis menambahkan jika perempuan tidak memahami haknya dan tidak mampu mendesak pemerintah untuk menyusun kebijakan yang adil maka akan sulit bagi kita untuk mendapatkan ruang publik yang adil gender. Menurut Gadis kita membutuhkan pemimpin yang bisa setting the tone, mempunyai nada yang stabil yang bisa memberi inspirasi pada masyarakatnya, seperti halnya Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, seorang pemimpin yang memberikan contoh dan dalam berbagai kesempatan dengan bangga mengaku sebagai seorang feminis. Perayaan HPI ini diisi dengan pemutaran film Empire of Dirt dan diskusi bertema Perempuan dan Kebijakan Publik. Hélène Viau Konselor Politik dan Hubungan Masyarakat Kedutaan Besar Kanada menjelaskan Empire of Dirt yang disutradai oleh Peter Stebbings berkisah tentang tiga generasi perempuan penduduk asli Kanada yang menemukan bahwa keluarga dapat membantu membebaskan mereka dari masa lalu yang kelam dan memberikan kesempatan kedua. Pemutaran film diikuti dengan diskusi yang mengupas tentang film tersebut bersama Hélène Viau dan Gadis Arivia. Momen ini juga menjadi ajang diskusi Jurnal Perempuan edisi terbaru yakni JP92 yang mengambil tema Perempuan dan Kebijakan Publik. Diskusi tersebut mengupas kebijakan dari tiga aspek, pertama dari aspek kebijakan yang dijalankan pemerintah terkait perempuan dengan menghadirkan pembicara Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas Rahma Iryanti. Kedua dari segi implementasi yang secara khusus menyoroti kebijakan jaminan sosial melalui program Kartu Indonesia Sehat-Penerima Bantuan Iuran yang dipaparkan oleh Yulianti Muthmainnah, dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Ketiga dari sisi perspektif feminis dengan pembicara Atnike Nova Sigiro, Manajer Program Forum Asia. Selain pemutaran film dan diskusi, perayaan HPI juga dimeriahkan dengan pertunjukan musik dengan menghadirkan penyanyi pop Oppie Andaresta dan musisi jazz Tesla Manaf. Selain itu pembacaan puisi oleh Zubaidah Djohar dan Dewi Nova juga mewarnai acara yang berlangsung meriah. Perayaan ini diikuti sekitar 250 peserta yang berasal dari berbagai kalangan antara lain mahasiswa, aktivis, akademisi, profesional dan media serta lintas generasi. Sejumlah tokoh perempuan seperti Sjamsiah Achmad dan Mooryati Soedibyo juga hadir. (Anita Dhewy) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |