Pendidikan Publik JP87 Keragaman Gender dan Seksualitas: Mengakui Perbedaan, Merayakan Keragaman6/12/2015
Dalam rangka hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak sekaligus Peluncuran JP87 tentang Keragaman Gender dan Seksualitas, Jurnal Perempuan bersama Ardhanary Institute dan HIVOS menyelenggarakan Pendidikan Publik JP87 pada Sabtu (5/12) di Joglo Patheya, Jakarta. Acara yang dihadiri sebanyak 70 peserta dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa, aktivis, akademisi, dan wartawan ini dipandu oleh Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan Dewi Candraningrum yang juga sekaligus menjadi moderator. Dewi membuka acara dengan mengungkapkan bahwa siang ini merupakan awal bagi kita semua untuk bertemu di bulan Desember sekaligus merayakan perbedaan. Acara dibuka dengan sambutan oleh Sjamsiah Achmad yakni perempuan Indonesia pertama yang berada di UN Women dan juga Ketua Pusat Pemberdayaan Perempuan dalam Politik sekaligus SJP (Sahabat Jurnal Perempuan) sejak tahun 2012. Sjamsiah memberikan ucapan terima kasih pada Jurnal Perempuan dan menyampaikan pesan pada para generasi muda agar meneruskan apa yang sudah diperjuangkan dan dilakukan Jurnal Perempuan. Syamsiah juga mengungkapkan bahwa dirinya tidak asing dengan Calalai, karena sejak kecil dia sudah mengenal dan akrab dengan calalai dan mereka juga sangat diterima dan memiliki tugas tersendiri di dalam masyarakat. Ia mengatakan bahwa calalai adalah juga manusia dan karenanya kita harus bersama-sama membangun masyarakat menjadi lebih baik. Acara dilanjutkan dengan pidato pembuka oleh Direktur Ardhanary Institute Agustine. Dalam sambutannya Agustine menyatakan rasa terima kasihnya kepada Jurnal Perempuan yang tidak hanya berkontribusi pada gerakan perempuan secara umum tetapi juga pada gerakan LGBT. Ia menambahkan bahwa JP edisi 87 merupakan edisi tertebal dan dari segi konten Agustine merasa senang karena teori Queer sudah dibahas dalam jurnal ini. Ia juga berharap para peserta yang hadir dapat membaca jurnal yang tebal tersebut hingga tuntas. Usai pidato pembuka, Pendidikan Publik pada siang hari itu dibuka oleh salah satu pendiri Jurnal Perempuan Toeti Heraty. Sebelum membuka acara Toeti Heraty mengajak para peserta untuk mengheningkan cipta sejenak mengenang Prof. Dr. Benny Hoedoro Hoed, pakar linguistik sekaligus pemilik Joglo Patheya, yang menjadi SJP sejak 2012 dan meninggal bulan lalu. Terkait dengan tema diskusi tentang Keragaman Gender dan Seksualitas, Toeti mengatakan kita bisa membayangkan sebuah kontinum dengan perempuan berada di ujung yang satu dan laki-laki di ujung yang lain dan kita dapat memilih berada dimana saja diantara keduanya. Ada kebebasan untuk menentukan pada kontinum tersebut, kita mau berdiri dimana. Toeti kemudian menceritakan pengalaman dan kedekatannya dengan seorang transgender yang tak lain adalah kaptersnya, juga interaksinya dengan kenalannya di Amsterdam, pasangan lesbian. Sambutan dari pendiri JP disambung dengan sambutan dari Rahayu, pemilik Joglo Patheya yang mengungkapkan terima kasih pada Jurnal Perempuan yang sudah menggunakan restoran miliknya untuk acara pendidikan publik. Dalam kesempatan tersebut Rahayu mengungkapkan keinginannya untuk menjadikan restoran miliknya tersebut sebagai tempat untuk buku-buku almarhum Benny Hoed dan kegiatan-kegiatan yang selama ini didukung almarhum. Karenanya ia berencana untuk mengadakan kursus-kursus bagi ibu-ibu dan anak yatim, salah satunya kursus penerjemahan hukum karena dirinya seorang pengacara. Usai sambutan acara dilanjutkan dengan sesi diskusi yang menghadirkan pembicara ketiga penulis JP87, yakni Gadis Arivia, Pengajar Filsafat, FIB UI sekaligus Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan, Hendri Yulius Wijaya, alumnus Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore dan Masthuriyah Sa’dan, dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dewi Candraningrum moderator diskusi membuka sesi dengan memaparkan bahwa di abad ke-21, pergerakan di Amerika, Eropa, Afrika Selatan dan sebagian besar Amerika Latin menunjukkan bahwa basis perbedaan adalah basis keragaman dan hal itu menjadi satu modus pemberangkatan sebuah perayaan. Jadi tidak ada alasan lagi bahwa perbedaan itu menjadi dasar eksploitasi. Tetapi perbedaan adalah dasar dari perayaan. Gadis Arivia mengawali diskusi dengan memaparkan hasil riset yang dilakukan bersama Abby Gina yang tentang makna hidup bagi LGBT. Gadis mengemukakan ada problem metodologi yang ia hadapi ketika melakukan riset tersebut. Ia dihadapkan pada 4 hal ketika meneliti LGBT, yakni pandangan agama, anggapan bahwa LGBT terkait dengan gaya hidup, asosiasi LGBT dengan kehidupan glamor dan terakhir, banyak LGBT yang tidak mau orientasi seksualnya diketahui. Sementara Hendri Yulius memaparkan kajian tentang teori queer. Ia memaparkan perkembangan teoritis kajian seksualitas dari sejumlah pemikir, mulai dari Foucault hingga Deleuze, termasuk juga kontribusi feminisme. Pembicara terakhir, Masthuriyah Sa’dan mengupas pemikiran Khaled M. Abou El-Fadl yang mengurai ketegangan antara agama Islam dan HAM dengan menggunakan pendekatan social humanity contemporary sebagai pijakan bagi fikih yang ramah LGBT. Paparan para narasumber diikuti dengan sesi tanya jawab yang membuka kesempatan bagi peserta untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan. Baby Jim Aditya mengungkapkan apresiasinya kepada Jurnal Perempuan dan Ardhanary Institute yang menggelar diskusi tentang LGBT secara terbuka. Sebagai psikolog sekaligus seksolog Baby membuka diri bagi teman-teman yang membutuhkan layanan psikologi klinis yang ramah LGBT. Sementara Lui menyampaikan pertanyaan tentang pandangan agama khususnya Islam yang membuat homoseksual menjadi denial ketika terhimpit nilai-nilai agama. Penanya yang lain, Jonta dari Hivos menanyakan rekomendasi bagi mereka yang menindas LGBT atas alasan agama. Diskusi ditutup oleh Julia Suryakusuma yang mengungkapkan rasa harunya mengingat di acara pendidikan publik siang hari itu dia mengetahui bahwa kajian seksualitas yang dulu dia rintis kini ada yang meneruskan. Ia menambahkan sebagai generasi awal kini ia ingin belajar dari generasi ketiga yang hadir hari itu. Usai diskusi acara dilanjutkan dengan open forum berupa yoga dengan instruktur Gadis Arivia dan pemeriksaan payudara dan VCT (Voluntary Consultation and Testing) dari PKBI bagi peserta yang berminat. Pendidikan Publik kali ini juga dihadiri oleh sebagian besar penulis JP87, selain ketiga penulis yang menjadi pembicara, seperti BJD. Gayatri, Hartoyo, Yulianti Muthmainah dan Nur Iman Subono. Dalam acara ini juga ada pameran produk dari Ardhanary Institute, Jurnal Perempuan, ASPPUK dan Sri Kendes. (Anita Dhewy) Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |