Rabu, 17 Januari 2018 pukul 12.00, bertempat di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Medan Merdeka, Jakarta Pusat, Yayasan Obor Indonesia bersama dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mengadakan acara peluncuran dan bedah buku yang berjudul “Potret Perempuan Muslim Progresif Indonesia” dan “Islam, Kepemimpinan Perempuan, dan Seksualitas” yang ditulis oleh Neng Dara Affiah, Komisioner Komnas Perempuan. Buku “Potret Muslim Progresif Indonesia” merupakan buku yang ditulis berdasarkan kegetiran penulis atas minimnya narasi pembaruan Islam. Kata progresif yang digunakan dalam judul buku tersebut menjadi kata yang mengungkap bahwa perempuan muslim banyak berkontribusi pada rancangan pembaruan ajaran Islam mengenai isu-isu besar hingga hal domestik. Sementara, buku “Islam, Kepemimpinan Perempuan, dan Seksualitas” lebih mengarah kepada perjalanan spiritual penulis tentang status perempuan dalam Islam. Pasalnya banyak hambatan pada progresivitas perempuan muslim untuk memaknai identitas dirinya sendiri. Sehingga, melalui buku “Islam, Kepemimpinan Perempuan, dan Seksualitas” Neng mencoba untuk kembali mendiskusikan status perempuan yang setara dengan laki-laki. Imam Nahe’i, Komisioner Komnas Perempuan, yang hadir sebagai pembicara menyatakan pemikirannya tentang ajaran Islam yang selama ini terlalu memojokkan perempuan. “Ulama zaman dahulu ada yang mengira-ngira, tidak semua pemikiran ulama berasal dari teks yang otoritatif. Hadirnya penulis perempuan bisa sedikit demi sedikit menggeser pemahaman ketidakadilan dan diperkokoh melalui tafsir kitab kuning dari akarnya,” tutur Imam. Septemmy Lakawa, Kepala Program Studi S-3 Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta yang juga hadir sebagai pembicara menyatakan bahwa patriarki bukan hanya masuk ke dalam ajaran Islam tetapi juga agama-agama lain. Itu mengapa penting bagi perempuan lintas agama untuk kembali mendiskusikan posisi dan status perempuan dalam agama. “Pada buku ini Neng memperlihatkan bahwa Islam adalah agama yang multidimensional, bukan agama yang singular. Neng juga menawarkan bahwa untuk memperoleh perubahan tidak harus menjadi antitesis dari Islam itu sendiri. Akan tetapi, ia mengatakan bahwa Islam sejalan dengan ide kesetaraan juga perdamaian,” tutur Septemmy. Selama ini citra Islam memang kental dengan hal-hal yang anti terhadap kesetaraan. Beberapa ulama turut menjadi penghalang atas progresivitas perempuan muslim. Yuniyanti Chuzaifah, Wakil Ketua Komnas Perempuan menyampaikan pemikiran terkait keberatannya atas argumen para ulama yang menolak kesetaraan dengan alasan bahwa dalam Islam perempuan sudah dimuliakan seperti yang tertera pada HR Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548 yang berbunyi :
Comments are closed.
|
Jurnal Perempuan
terindeks di: Archives
November 2024
Categories |