
Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise menyoroti ekonomi antara perempuan dan laki-laki yang cukup tinggi. Ia menyatakan jumlah perempuan kurang lebih 126 juta, terhitung tidak terlampau jauh dari jumlah laki-laki. Menurut Yohana jumlah perempuan adalah aset bagi negara untuk lebih bisa mengembangkan perekonomian. Yohana mengakui bahwa budaya patriarki yang melekat sering kali membuat laki-laki menganggap perempuan tidak memiliki kualitas yang berarti. Oleh karena itu, perlu ada pembekalan pada perempuan, salah satunya dengan memajukan industri rumahan, karena industri rumahan sering digarap oleh perempuan.
Di pihak lain, Ketua Umum Persatuan Tuna Netra Indonesia (PERTUNI), Aria Indrawati yang hadir sebagai pembicara menyatakan bahwa pemerintah harus memberi perhatian lebih kepada perempuan disabilitas. Menurutnya, ketika kita berbicara perempuan yang secara sosial tersubordinasi sebenarnya perempuan disabilitas mengalami tekanan dua kali lebih berat. Untuk mendorong perempuan dengan disabilitas berkarya atau bekerja perlu ada akses yang terbuka bagi mereka. Akan tetapi, pemerintah juga perlu memulai dengan beberapa cara sederhana seperti pengakuan terhadap disabilitas sebagai bentuk keberagaman manusia dan bukan sebagai manusia yang tidak normal. Pernyataan ketiga pembicara disampaikan dalam diskusi tentang “Mengurangi Kemiskinan Perempuan Menuju Ekonomi Indonesia yang Kuat dan Berkeadilan” yang diadakan oleh Partai Demokrat pada Senin (19/3) dalam rangka peringatan Hari Perempuan Internasional. (Iqraa Runi)